am ende aufgebe

201 19 1
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


.
.
.
.
.

"Kalian ngak lelah sepanjang malem bercerita? Sekarang udah hampir subuh, dan aku yakin yang mulai semua ini Chenle noona. Mom, dad ayo balik tidur aja dong. Jangan jadiin jisung kayak anak pungut"

Bujuk si bungsu dengan mata yang tertutup, antara mau melanjutkan tidur atau ngerasa gak rela jadi satu satunya orang yang tertidur disana. Hei, jisung juga pengen denger kisah cinta kedua orang tuanya, gimana bisa mereka yang awalnya gak direstui bisa kembali bersama dan pecah telor,

Dan tadaa! Lahirlah dia

"Heh bocah, kalau mau lanjut bobo ya sana balik ke kamar. Jangan ganggu waktu curhat aku ya! Kamu kan don't know beban yang aku hadapin sekarang, mumpung masih kecil bahagialah dulu, jangan mau cepet gede! Puasin main main dan nikmatin masa kecil, kalau udah gede siap siap nangis tiap hari" Chenle berkacak pinggang disebelah sang adik, niatnya ingin mengusir si bungsu dari kamarnya.

Jisung menggeleng kesal, padahal dia akan menginjak usia 11 tahun ini tapi kakaknya selalu mengganggap nya bayi kecil yang harus dijaga. "Aku juga mau tau, ngak selamanya noona nutup kuping dan mata jisung kan?"

"Ji kalau kamu ngantuk, balik tidur sana. Tapi kalau kamu milih untuk stay disini dan ngedengerin, ngak masalah. Dan Chenle, mungkin kamu niatnya baik buat ngejaga jisung tapi lama kelamaan dia juga akan bertumbuh dewasa, kamu punya kesibukan dan dunia sendiri. Ngak akan ada waktu untuk terus jaga jisung, mungkin kamu perlu percaya adik kamu bakal jadi pribadi dewasa yang kuat, yang suatu saat bakal gantiin mom and dad jagain kamu" Mark menengahi keduanya, maniknya bertaut dengan kurva bulan pemilik hatinya.

"All of us punya proses pendewasaan sendiri, Chenle punya problem, Jisung juga akan punya problem yang sama. Suatu saat kamu akan tau, dengan tangisan, kamu bangkit dan akan berjalan maju dengan pribadi yang berbeda. Bukan lagi anak kecil yang harus bertumpu pada orang tuanya, tapi seorang manusia dewasa yang bisa nentuin jalan hidupnya sendiri"

Jisung memegang kepalanya sambil memikirkan makna perkataan sang ibu, yaa ucapan orang dewasa tentu sulit untuk dicerna anak kecil seusianya.

"Aah jangan bahas tentang masa depan terus dong, kalau bisa jisung mau terjebak di tubuh bocah terus kalau gini. Noona bilang hidup itu rasanya bittersweet. Just 10 persen sweet and sisanya bitter. Kalau aku grown up as a man, pasti aku bakal ngehadapin rasa pahit yang noona rasain juga kan? Ji gak mau!" Protesan si kecil dibarengi dengan tawa lumba-lumba khas Chenle, gadis itu memukul bantal di pahanya barbar sebelum dijewer oleh Mark.

"Kamu ngajarin apa ke jisung? Berhenti ngedoktrin bad thing please" yang dijewer hanya mengulas senyum tak bersalah.

Jeno menggelengkan kepala pelan, tingkah rusuh ketiganya ditengah malam hari seperti ini pastinya akan menggangu orang banyak, jika saja Chenle tidak memasang peredam suara di kamarnya. 

We're Never Meant To Be Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang