wählen zu gehen

149 22 9
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.
.
.

Makan malam bersama keluarga lee jauh dari kata hangat dan nyaman, Jeno terus merasa risih dengan tatapan tajam dari sang nyonya rumah. Haruskah ia merasa heran? Jika memang wanita paruh baya itu membencinya, lalu mengapa ia diundang untuk makan malam bersama hari ini?

"Jeno-shi mau ambil praktek dimana? Mau koas di rumah sakit besar atau pergi ke desa?" Beruntung paman Mark membuka suara, membuat kegugupan nya mulai berkurang. Jeno memang selalu merasa terintimidasi saat orang lain menatapnya seolah ingin menelanjangi dirinya.

Tentu ibunda Mark adalah salah satu dari mereka, Jeno bisa meyakini bahwa wanita itu membenci statusnya yang berasal dari kalangan bawah. Seorang gadis miskin yang berani-beraninya mendekati putranya, ah rasanya akan sangat mungkin jika dia dilempar segelas air dingin dan diusir keluar melihat bagaimana ekspresi wajah nyonya lee yang memalingkan wajahnya jijik saat Jeno melayangkan sebuah senyuman.

"Saya belum sempat memutuskan, tapi sepertinya saya akan mengambil koas di Rumah Sakit Universitas Nasional Seoul." Garpu dan sendok yang berada di tangan nya ia letakan dengan gerakan anggun, sengaja memanas-manasi wanita paruh baya yang duduk berhadapan dengan nya.

Mark tersenyum cerah mendengar balasan yang tidak pernah ia duga sebelumnya, tentu saja karena pria itu sudah lebih dahulu mengambil tugas sebagai dokter pendamping di IGD rumah sakit yang dimaksudkan oleh sang kekasih.

"Kamu sengaja cari tempat praktek yang sama kayak Mark?" Sebuah pertanyaan dari wanita bersanggul cepol itu membuat Jeno menarik sebuah senyum simpul, "Saya menjadi seorang dokter bukan karena Mark. Cita-cita saya tidak akan berubah meskipun Mark memilih untuk kuliah bisnis.  Jika tante tidak suka, saya akan mencari tempat praktek lain kok"

Peralatan makan yang berada di tangan wanita paruh baya itu beradu dengan piring kaca. Dalam sepersekian detik ia berjalan cepat mengitari meja makan, tentunya tujuan nya adalah Jeno.

"Dari semua gadis yang mendekati Mark, kamu adalah satu-satunya orang yang berani berbicara dengan saya dengan ucapan seperti itu. Apa kamu punya cukup kepercayaan diri bahwa saya akan merestui hubungan kalian? Meskipun kamu berhasil mengangkat derajat ayahmu yang rendahan itu, saya tidak akan pernah mengizinkan marga Lee tersemat sama kamu" Tatapan nyalang yang ia terima dari ibu Mark membuat hatinya merasa teriris iris, sebuah fakta yang tidak lagi baru di telinganya.

Bahwa ia sulit diterima masyarakat hanya oleh karena statusnya yang dianggap rendahan.....

Melihat putra semata wayangnya akan membuka suara membela, ibu satu anak itu lebih dahulu menyela. "Diam di tempatmu Mark, ibu akan berbicara empat mata dengan gadis yang selama ini kau puja. Ibu akan buktikan padamu bahwa ia tidak jauh dari kata murahan" 

Jung Jeno......

Gadis kuat itu tidak akan menceloskan satu titikpun air mata hanya untuk kata-kata remeh seperti ini, semuanya sudah sangat biasa ia terima.

We're Never Meant To Be Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang