.
.
.
.
."DORR"
Sebuah tangan hinggap di bahu Jeno, sukses mengejutkan sosok incaran nya. Gadis bermata sabit itu menyipitkan mata, menatap tajam si pelaku seakan-akan berkata "aku akan membunuhmu sekarang juga".
Ia kalu mengebaskan rambutnya acuh dan berjalan tanpa menghiraukan siapapun. Di tangan nya terdapat sebuah tas laptop dan beberapa buku catatan kedokteran.
Sosok yang tadi ditinggal pun berlari mengejar ketertinggalan nya. Pria itu lalu berhenti tepat dihadapan sang gadis. "Jangan ngambek babe, mata kamu tinggal segaris kalo marah. Kalau aku gemes gimana? Mau pipi kamu aku cubitin sampai merah?" Pria itu mengulas senyum, lalu mengusak rambut Jeno gemas.
"Lepasin Mark! Aku punya proposal yang belom dikerjain, deadline nya besok. Aku ngak mau ngulang matkul cuman karena tugas ini!" Gadis itu menepis tangan sang kekasih, lalu pergi begitu saja menuju ruang kelasnya.
Mark yang merasa diacuhkan sendari tadi memilih untuk mengekori Jeno layaknya anak ayam yang mencari induknya. "Aku bakal selesain proposal kamu hari ini, kamu ngak perlu khawatir"
Pria itu mendudukan dirinya disebelah sang kekasih yang sibuk mengetik tugas kuliahnya, sedangkan Jeno menatap Mark balik dengan tatapan menyelidik, jari jemari nya yang lincah bergerak berhenti seketika.
"Aku cuman butuh dua jam untuk nyelesain proposal sepanjang 30 halaman" lanjut Mark dengan mantap, seakan membalas ketidakyakinan Jeno.
"Bukan nya kamu juga punya tugas proposal? Rajin banget Mark Lee mau kerjain tugas aku wah wah wah" gadis itu bertepuk tangan heboh, matanya membentuk kurva sabit yang indah. Seketika Mark merasa sedang terbang di awan dan melihat bulan dan bintang yang bertaburan.
"Aku udah ngumpulin proposal itu sejak dua hari yang lalu, waktu kamu masih nikmatin waktu liburan. Jadi sekarang baru saatnya kamu sibuk, back to university ya Jen" Mark menaikan satu alisnya main main, niatnya sih memberikan booster agar wajah gadis itu tidak terlihat suntuk.
Tiba-tiba saja, Jeno mencondongkan tubuhnya kearah Mark tanpa peringatan. Gadis itu menubrukan bibirnya dengan bibir ranum Mark, yang dibalas pangutan panjang oleh si empu. "Eungh" Jeno menepuk dada Mark pelan saat merasa pasokan oksigen di tubuhnya menipis.
Pria itu melepas pangutan keduanya dengan sedikit tidak rela. Ia lalu beringsut menjauh lalu mengambil laptop Jeno yang layarnya sudah menghitam.
Jarinya menekan kusor laptop dan mulai mengerjakan tugas sang kekasih dengan ketikan ketikan cepat. Meninggalkan Jeno yang terbengong tak percaya melihat betapa gesitnya Mark. "heol kamu ngetik apaan, cepet banget kek setan! Tugas dari Professor Lee perlu pake kata-kata medis"
Mark menoleh cepat, tapi hanya tatapan nya saja yang terfokus pada Jeno sedangkan tangan nya tetap bergerak diantara huruf huruf pada keyboard.
KAMU SEDANG MEMBACA
We're Never Meant To Be
Novela JuvenilHidup ini diibaratkan dengan cerita yang tertulis dalam sebuah buku, yang jika tidak dibuka maka tidak akan kita ketahui kisah yang berada didalam nya. Terkadang kisah yang tertulis dalam sebuah buku tidak selalu berakhir indah, seperti yang selama...