21. Kesempatan terakhir

126 16 6
                                    

"Manusia harus nya punya target dan batas, karena besok tak selama nya akan jadi besok. Mungkin saja besok adalah akhir."
- Aksara remaja -



Xinhao hanya bisa diam, tak hentinya dirinya menitikkan air mata. Di satu sisi, Xinhao tak ingin terus-terusan seperti ini, satu sisinya lagi, ia berat jika harus memafkaan Zhixin lagi dengan begitu saja. Xinhao bingung, ia tidak mengerti, kenapa dirinya seperti ini? Kenapa tak ada orang bisa menyarankan sesuatu untuknya selain menyelesaikan masalah ini dengan cara mengalah dan memaafkan Zhixin saja?


Tak lama, listrik yang tadinya padam kini menyala, rumah yang tadinya gelap gulita kini sudah kembali seperti semula.

"Aku tau, berat bukan kau untuk memaafkanku? Aku tau." Isak Zhixin.

Xinhao diam. Zhixin mengerti, tetapi kenapa Zhixin seolah memaksa Xinhao untuk memaafkannya?

Zhixin melepaskan pelukannya, ia menatap Xinhao yang menatapnya dengan sendu.

"Tapi, bisakah kau memberiku kesempatan terakhir? Aku janji, aku janji kali ini tidak akan mengecewakanmu lagi, aku tidak akan mengulangi hal yang sama lagi, aku akan terus bersamamu, disampingmu, menjadi kakakmu, Shuai..." kata Zhixin sembari mengenggam tangan Xinhao dengan tangannya yang gemetar.

Xinhao menatap Zhixin dengan tatapan sendunya, Xinhao seolah tidak mempunyai rasa luluh lagi pada kata-kata Zhixin. Tak ada rasa apapun selain rasa amarahnya pada Zhixin yang masih ia simpan di hatinya.

Sudah seribu kali, bahkan lebih, Xinhao sudah mendengar kata-kata seperti ini keluar dari mulut Zhixin. Semuanya hanya omong kosong, Zhixin yang Xinhao percaya tidak akan membohonginya, mengecewakannya, membuatnya seperti ini, ternyata adalah kebalikannya. Justru Zhixin lah yang membuat masa-masa remajanya penuh dengan kesedihan bukan kesenangan. Xinhao kecewa, kenapa dulu ia sampai berekspetasi setinggi itu? Kenapa? Kenapa ia mempercayai seorang Zhixin?

"Jika kau melanggar janjimu, apa yang akan kau lakukan, Zhixin? Apa nanti aku akan merasakan yang lebih dari ini?"tanya Xinhao.

"Aku tidak akan melanggar janjiku, tetapi kau beri aku satu kesempatan lagi. Aku mohon.. kau Su Xinhao yang baik, kan? Kali ini saja, aku akan membuktikan bahwa aku benar-benar membutuhkanmu, Shuai." Jawab Zhixin.

Hening, hanya ada isakan tangis dari Zhixin, sudah di katakan, bukan? Xinhao bingung, ia bingung ingin memberikan Zhixin kesempatan lagi atau tidak.

Xinhao menatap Zhixin yang terus menangis di hadapannya, mata Xinhao bergulir pada sudut ruangan, entah kenapa dirinya melihat bayangan putih di sana, sosok yang tak asing baginya. Xinhao mengedipkan matanya selama beberapa kali, bayangan putih itu masih ada, apa benar? Ini nyata?

"Kak Jiaqi..." lirih Xinhao.

Bayangan putih itu berwujud seorang cowok, berdiri di sudut ruangan, menatap Xinhao dengan tatapan yang sulit diartikan. Bayangan itu mengangguk pada Xinhao sembari tersenyum getir pada adiknya yang masih menatap kearah sudut ruangan.

"Kak Jiaqi mau aku ngasih kesempatan buat Zhixin?"gumam Xinhao.

Xinhao pasti mengira jika ia menyuruh Zhixin menatap ke sudut ruangan, Zhixin pasti tidak akan melihat apa yang ia lihat, ia pasti akan mengatakan Xinhao salah melihat.

Sweet Seventeen ː SuZhu ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang