19. Duka Xinhao [1]

145 19 2
                                    

"Puncak dari bahagia adalah tangis, puncak dari duka adalah tawa."
- Sweet Seventeen -


Hari sudah sore saat Su Xinhao sampai dirumahnya dengan menaiki taksi online. Ia turun dari taksi itu setelah membayar ongkos. Xinhao memasuki pekarangan rumahnya, ia mendapati sebuah mobil yang tak asing terparkir di halaman rumahnya, tak perduli akan itu, dia langsung memasuki rumahnya yang pintunya tertutup rapat.

Xinhao menutup pintu rumahnya setelah ia masuk, ia hendak ingin langsung ke kamarnya, tetapi pandangannya tertuju pada Jiaqi, kakaknya, dan Haoxiang yang juga ada di situ. Kedua cowok itu sedang mengobrol, tetapi Xinhao datang dan membuat mereka menatap kearah cowok yang baru datang itu.

"Kau sudah pulang? Kenapa cepat sekali?"tanya Jiaqi.

"Kepalaku pusing, makanya aku pulang duluan." Jawab Xinhao yang masih berdiri di tempatnya.

"Kau bersama Zhixin?"tanya Jiaqi lagi.

"Enggak." Jawab Xinhao singkat lalu langsung menuju kamarnya, meninggalkan kedua cowok yang kebingungan dengannya.

"Qi, apa Xinhao sering seperti itu sekarang?"tanya Haoxiang.

Jiaqi diam sejenak, untuk saat ini ia benar-benar tidak tau apa yang membuatnya seperti itu. Belum pernah ia melihat Xinhao sedikit berbeda kecuali ia sedang ada masalah dengan seseorang. Siapa lagi kalau bukan Zhixin?

"Iya. Aku tidak tau apa yang membuatnya seperti itu. Keluarganya baik-baik saja, tapi ia bersikap seperti mempunyai masalah besar yang bisa membuatnya seperti depresi berat." Jawab Jiaqi setelahnya.

"Bukannya aku ingin campur urusanmu. Tetapi, entah kenapa aku berpikir bahwa adikmu, Xinhao, lebih banyak menghabiskan waktunya dengan si Zhixin Zhixin itu dibanding dengan kakak kandungnya sendiri, kau Jiaqi. Aku hanya berharap, suatu hari nanti, Zhixin yang telah menghabiskan waktunya bersama Xinhao lebih banyak dibanding dirimu tidak akan membuat Xinhao kecewa. Aku tidak bisa membayangkan jika perasaan Xinhao hancur karena Zhixin." Ucap Haoxiang.

Jiaqi diam lagi, entah kenapa ia memikirkan hal yang sama seperti apa yang Haoxiang katakan. Selama ini, Jiaqi belum pernah melihat Xinhao kecewa, ia tidak bisa membayangkan adik kecilnya merasakan sakit yang seharusnya tak dulu ia rasakan.

"Haoxiang, apa kau bisa menjaga Xinhao jika nanti aku kenapa-napa?"tanya Jiaqi.

Dahi Haoxiang mengkerut ketika ia mendengar pertanyaan itu keluar dari mulut sahabatnya.

"Apa maksudmu? Kenapa-napa bagaimana? Memangnya kau mau pergi? Pergi meninggalkanku? Mama mu? Xinhao?"tanya Haoxiang kembali.

"Aku bertanya, kau hanya cukup menjawab. Bisa tidak? Kau adalah orang yang ku percaya. Apa kau bisa menjaga Xinhao jika aku pergi nanti?"

Haoxiang cukup tertegun. Ia tidak mengerti kenapa Jiaqi bertanya seperti ini.

"Iya, Jiaqi. Aku bersedia. Aku bisa. Xinhao sudah seperti adikku, aku akan menjaganya, aku akan menyayanginya seperti kau menyayanginya." Jawab Haoxiang setelahnya.

Jiaqi tersenyum getir, ia tau Haoxiang tidak akan pernah mengecewakannya, Haoxiang selalu dapat dipercaya. Yang terpenting adalah, Jiaqi sudah mendapatkan orang yang bisa menjaga adiknya dengan sepenuh hati, tulus dari hatinya. Yan Haoxiang, sahabat terbaik Jiaqi.

Sweet Seventeen ː SuZhu ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang