27. A reality

109 18 3
                                    

"Terkadang, kembalinya mereka yang telah lama hilang tak memberikan banyak kenangan indah, namun mereka akan meninggalkan begitu banyak luka."
- Aksara remaja -


Zhu Zhixin dan Zuo Hang sedang duduk di kursi yang berada di depan ruang ICU. Sudah hampir dua jam mereka menunggu kabar, tetapi tak kunjung mendapatkan kabar terbaru dari seseorang yang sedang ditangani di dalam sana.

Tak lama setelahnya, Haoxiang, Syafira, Sahara dan Xian datang, menghampiri dua cowok yang sama-sama berdiam diri itu.

"Zhixin, gimana keadaan Xinhao?"tanya Sahara pada anaknya yang sedang melamun.

Zhixin tak menjawab. Bisa dilihat jika Zhixin sangat tak percaya dengan apa yang ia lihat tadi. Matanya yang sembab itu membuat mereka tahu jika Zhixin menangis tadi.

"Xinhao masih ditangani sama Dokter di dalem, Tante." Jawab Hang.

"Hang, gimana bisa? Gimana ceritanya Xinhao bisa ditemuin gak sadarkan diri?"tanya Xian dengan raut wajah khawatir.

"Yang nemuin Xinhao juga gak tau gimana ceritanya. Dia cuman mau pulang, pas dia di deket sungai, dia lihat sesuatu, dia deketin dan ternyata itu Xinhao. Gak ada apa-apa di situ kecuali tas Xinhao." Balas Hang datar.

Hening. Tak ada percakapan. Sahara masih setia berada di sebelah Syafira, menenangkan sahabatnya itu. Bagaimana pun, Xinhao itu sudah seperti anak Sahara juga.

"Kakak kemana? Kata Bapak yang nelfon Hang, dia udah nelfon Kakak, tapi gak aktif. Kakak niat gak sih nyari Xinhao?"tanya Hang pada Haoxiang.

"Maksud kamu apa?"tanya Haoxiang kembali.

Hang bangkit berdiri, ia mendekati Haoxiang, menatap wajah lelaki itu dengan datar.

"Kalau terjadi apa-apa sama Xinhao, sebagai sahabatnya..." kata Hang pelan sembari menggeleng pelan sejenak, lalu berbicara kembali, "... saya gak akan diem aja."

Ucap Hang lalu duduk kembali. Matanya masih menatap wajah Haoxiang yang sepertinya kebingungan. Untuk sekarang, Hang memang tidak bisa menyalahkan Zhixin. Sebagaimana Hang tau, jika Xinhao maupun Zhixin tidak dekat lagi semenjak ada masalah itu.

Haoxiang hanya bisa diam. Ia sebagai Kakaknya Su Xinhao saat ini tidak bisa berkutik. Ternyata tanggung jawab seorang Kakak itu sangat berat, tak seperti yang Haoxiang pikirkan. Haruskah ia menyerah? Mengingkari janji-janji yang telah ia buat pada mendiang sahabatnya? Haoxiang tidak becus menjadi Kakak, menjaga Xinhao saja ia bisa lalai.

Ia tidak bisa, Haoxiang belum bisa menerima resiko yang akan terjadi. Bagaimana jika Xinhao kenapa-napa? Haoxiang tidak ingin itu terjadi. Janjinya apa? Tidak ingin Xinhao kenapa-napa dan akan menjaganya dengan baik, kan? Tetapi sepertinya itu sudah ia ingkari pada sahabatnya, Jiaqi, yang telah tiada.

Haoxiang gagal, Haoxiang tidak bisa jadi Kakak yang baik seperti Ma Jiaqi, Haoxiang bukan Jiaqi, sekuat dan sekeras apapun ia melakukan yang terbaik, pasti ujungnya akan gagal. Itulah yang Haoxiang sedikit ragukan kala Xinhao menjadi adiknya.

Tiga jam berlalu, setelah lama menunggu, seorang Dokter dan beberapa suster yang ada di belakangnya keluar dari ruang ICU itu.

"Keluarga pasien?"

Sweet Seventeen ː SuZhu ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang