Saka tertidur di kamar tamu karena usai menangis dan muntah tadi, tubuhnya lelah bukan main. Tenaganya terkuras habis.
Ketika ia membuka mata, ia melihat jam sudah menunjukkan jam 01:00 dini hari. Mengerjapkan mata, Saka menoleh ke sebelah kasurnya yang diisi oleh sang Mama dan Papa.
Menghela nafas, bergerak begitu pelan, Saka turun dari kasur untuk kembali ke kamarnya yang ternyata masih sangat ribut. Suara musik keras serta seruan heboh terdengan redup redam dari luar kamar.
Membuka pintu, Saka melihat kamarnya sudah berantakan. James dan Rain di sofa dekat jendela, sedangkan Hugo ada diatas kasur.
"Abis darimana lo?" Tanya Hugo.
"Ketiduran dibawah." Saka menjawab diplomatif.
"Lo pucet, Ka." Kini Rain yang membuat pernyataan.
"Namanya juga baru bangun tidur." Saka memilih mengambil buku paket di meja belajar untuk mulai membaca.
Saka duduk di kursi belajar. Membiarkan teman-temannya yang lain lanjut bermain game. Baru saja ia membuka buku tebal berwarna putih itu, ponselnya bergetar tanda panggilan masuk.
SAMbel dower~ is calling...
"Woy anjirlah! Pada nginep ga ngajak gue!" Protesan itu menggantikan salam sapa yang seharusnya diucapkan terlebih dulu untuk memulai percakapan.
Tapi tak apa. Saka sudah hafal dengan kelakuan sahabatnya. Jadi ia bisa memaklumi. "Tinggal kesini doang ribet banget dah."
"Jam berapa ini, nyet! Kalau gue dibegal kan bahaya." Sam kembali dengan dramanya yang Saka malas tanggapi. "Lo belum tidur?"
"Belum ngantuk." Bohongnya. Yang sekaligus tidak bohong. Karena nyatanya memang ia belum ngantuk. Bagaimana bisa ngantuk kalau ia baru saja bangun?"
"PRANG!!"
Saka mengernyitkan dahinya mendengar keributan di seberang telpon. "Lo lagi simulasi kemalingan atau gimana?"
Sam tertawa mendengar selorohan Saka. "Lagi masak mie gue. Eh si meong nyenggol mangkok. Untuk belum ada mienya."
"Keluarga yang masuk ke daftar orang terkaya ternyata makan mie instan juga ya?" Mengingat uang bulanan Sam mampu membeli mobil sport import dari luar negeri.
"Gue kan merakyat.. Oh ya, Ka...."
"Hmm?"
"Iris tadi nangis."
Kegiatan Saka yang tengah mewarnai poin penting dengan highlighter berwarna neon green terhenti. Ia yang tadi malas-malasan mengangkat telpon Sam, kini memberikan seluruh atensinya. "Kok bisa?! Kenapa?"
"Kayaknya dia kesel sama yang lo bilang di kelas seni tadi. Waktu lo belain gue." Jelas Sam.
"..... Sorry, Sam."
"Ngapain minta maaf, nyet??! Gue ga marah kok. Cuma ya... Mungkin lo utuh tau aja."
"...."
BRAK!
Pintu kamar Saka tiba-tiba terbuka memunculkan dua sepupunya yakni Kelvin dan Andy. Secara tidak santai, Kelvin segera bergabung dengan Hugo yang berteriak protes kegiatannya terganggu.
"Bang Saka!!! Maen game yuk!" Teriak Adik Karina itu lantang. Demi Tuhan ini jam satu subuh!
"Eh? Itu Andy, Ka?" Tanya Sam heboh.
"Iya."
"Loudspeaker, dong!! Gue pengen ngomong." Pinta Sam lebih heboh.
"Dek? Ada yang mau ngomong sama lo." Saka melemper ponselnya pada Andy.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello, goodbye!
Romance"Aku ingin hidup." -Taksaka Giovano "Aku ingin mati." -Iris