"Kamu lagi ngapain?"
Iris tersentak dari lamunannya. Di tengah derasnya air mata langit yang berjatuhan membasahi tanah, wanita itu berbalik untuk menemukan cintanya berdiri disana. Di teras belakang rumah keluarga yang selama ini menampungnya.
"Nunggu pelangi datang.."
Iris melihat Saka mendongak menatap langit yang gelap kelabu. "Kayaknya pelangi ga akan datang." Ujarnya. Melihat hujan dan keadaan awan, Saka yakin langit akan terus menangis hingga sang raja siang akhirnya memberikan singgasananya pada sang bulan.
"Gapapa... Aku ga masalah kalau hanya bisa menyapa hujan." Mengabaikan kehadiran Saka, Iris kembali berbalik dengan kepala mondongak membiarkan tetesan hujan menyerang wajahnya.
Sedangkan Saka mengulurkan tangannya merasakan tetesan air membasahi tangan. Menimbang apakah ia harus bergabung dengan separuh jiwanya atau tetap disini memandangi dari kejauhan seperti yang biasa ia lakukan.
Dan keputusannya jatuh pada pilihan pertama. Tubuhnya yang terbalut hoodie berwarna serasi dengan langit itu ikut bergabung membiarkan hujan membasahi.
Langkah tegap dan yakin menuju perempuan yang selalu tersemat dalam doa dan tangan yang semula bersembunyi di kantung hoodie, kini meraih pinggang ramping Iris lalu menarik tubuh yang sudah basah sepenuhnya itu dalam dekapan.
Tak ada penolakan. Mata mereka memejam meresapi kehangatan yang menghangatkan hati rongga dada dengan buncahan emosi yang membara.
"Kamu yakin kamu nunggu pelangi?" Saka membuka suara. Dagunya ia tempatkan di bahu sempit Iris yang menghadap padanya dengan raut bingung.
"Maksud kamu?"
Senyum lembut terbit di lengkungan bibir Saka. "Kamu ga teringat sesuatu? Tentang kamu, aku, dan hujan."
Dan lengkungan melawan gravitasi bumi itu menular di bibir gadis yang sorot matanya tak lagi bernyawa.
Ini rahasia yang pernah Iris senggol sebelumnya. Apa ini saat yang tepat untuk mengisahkannya pada kalian semua?
Tentang Saka, Iris dan Hujan.
***
Desember 2017...
Saat itu, hujan tengah mengguyur begitu deras di Wissenshaft High School yang sudah sepenuhnya sepi. Hanya tersisa anak manusia yang baru saja keluar dari perpustakaan setelah mempersiapkan banyak materi untuk perlombaan olimpiade.
Saka tampak begitu semangat melihat hujan pertama yang ia lihat pasca operasi pengangkatan sel kanker yang ada di dalam tubuhnya. Berbanding terbalik dengan gadis yang berwajah muram durja di sebelah Saka. Dingin yang menguar darinya mengalahkan angin hujan yang menyepoi membuat deruan keras di telinga.
"Mau hujan-hujanan, ga?" Tawar si pria.
Dan si wanita hanya menjawab dengan delikan mata yang menusuk jiwa. Tapi tidak masalah bagi Saka yang mulai terbiasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello, goodbye!
Romansa"Aku ingin hidup." -Taksaka Giovano "Aku ingin mati." -Iris