H,G! | 19. Tetaplah Hidup

542 99 13
                                    

Waktu berlalu begitu cepat. Tiga bulan terlewati dari kejadian mengerikan di kamar mandi keluarga Hartono dimana gadis yang semua orang anggap kembaran sang pewaris utama itu mencoba mengakhiri hidup dengan menyayat nadinya.

Seratus hari lebih terlewati bagi keluarga Dewangga usai mendengar vonis mematikan yang di dapatkan oleh putra bungsu keluarga mereka. Dan dari hari ke harinya tak menjadi lebih mudah bagi mereka.

Tubuh mereka bernyawa. Raga mereka masih ada. Namun rasanya jiwa mereka yang melanglang buana pada negeri mimpi dimana semuanya baik-baik saja.

Keadaan Taksaka tak baik-baik saja. Si bungsu Dewangga makin banyak terlelap di banding membuka matanya menatap dunia untuk sekedar memberi keluarganya segenggam harap.

Operasi sudah dilakukan dan beberapa komplikasi mulai bermunculan. Di tengah harapan yang mencoba mereka genggam, keputus asaan justru ikut menyesakkan dalam pelukan.

Dan itupula yang membawa Rosabelle keluar dari kamar putranya. Tepatnya ke rumah sahabat terbaik yang ia punya untuk menemui gadis yang mungkin bisa memberi sedikit perubahan ke arah yang lebih baik bagi Saka.

Walau gadis yang ia cari juga tak kalah terluka, Rosabelle tak punya pilihan lain. Seperti yang sudah dijelaskan, harapan dan keputus asaan nya beriringan ia genggam membuatnya egois dan mungkin akan sedikit memaksa nanti.

"Mama? Keadaan Saka gimana?"

"Saka sakit apa sih? Kok ga sembuh-sembuh?

"Terus kita kenapa gaboleh nengok?"

"Emang separah itu ya, Ma?"

Serbuan pertanyaan itu menyerang Rosabelle tepat ketika kakinya menginjak lantai ruang tamu keluarga Jhonny.

Ternyata sahabat Saka tengah berkumpul disini. Mereka diminta oleh Jenny untuk menghibur Iris yang kembali ke mode Ratu Es nya. Ah, selain itu mereka juga menemani Sam yang ikut pindah ke kediaman Hugo.

Pertengkaran Sam dengan orangtuanya masih tercetak jelas di kepala mereka.

"Ini kan yang kalian mau?! Iris bunuh diri! Iris mati! Itu yang kalian mau, kan?!"

Seperti kesetanan Sam berteriak di hadapan orangtuanya yang datang ke rumah sakit tepat ketika sang bulan mulai menguasai langit. Pemuda yang selalu penuh tawa dan canda jenaka itu murka dan terus menghardik kedua orangtuanya.

Tak peduli sang Ibu sudah pucat pasi dengan airmata yang mengalir begitu tahu makna dari pergi yang Iris maksud adalah seperti ini.

"Jangan harap bisa ketemu Sam lagi kalau kalian gamau Sam berakhir sama kayak Iris! Oh ya... Bik Inah ga akan ada di neraka. Neraka lebih cocok untuk seorang pembunuh dan pemerkosa."

Dan usai pertengkaran yang membuat pipi Sam dihadiahi tamparan dari kepala keluarga Hartono, sahabatnya terus berada disisi Sam yang mendadak menjadi pendiam.

"Kan kalian harus hibur Iris dulu." Jenny menyelamatkan Rosabelle dari serbuan tanya itu. "Kalian jangan kepedean deh Saka pengen ketemu kalian." Ujarnya mencoba mencairkan suasana. "Hibur Iris dulu, nah kalau berhasil, baru kita nengok Saka sama-sama."

Wajah Seth, Hugo, Rain, James, Sam dan Yorick terlihat kecwa mendengar jawaban itu. Tapi mereka menurut saja. Padahal mereka sudah menyiapkan rencana untuk menerobos masuk rumah sakit tempat Saka di rawat.

"Iris di kamar, Sa. Ayo.." Jenny menuntun sahabatnya ke sebuah kamar yang dulunya kamar tamu dan sekarang di tempati Iris.

"Ash, lo tau ga sih? Kemarin Ennik tuh di gangguin sama hantu kaki bengkok di lorong lab matematika. Lo inget, kan, sama si mbak buruk rupa yang sering kita omongin?" Dari luar, suara Elle terdengar.

Hello, goodbye!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang