Flashback On...
Malam Jum'at selalu identik dengan hantu, kisah horror serta mitos-mitos mengerikan yang membuat bulu kuduk merinding. Hidup lama dengan tabiat seperti itu, sebenarnya agak mempengaruhi Saka.
Mencoba mengalahkan takut, Saka akhirnya memantapkan niat untuk mengajak gadis yang unya tempat special di hatinya ke suatu tempat yang ingin ia datangi.
Malam ini adalah malam pengumuman penerimaan siswa baru di Wissenshaft High School. Dan dengan kerja keras dan Doa, Saka mampu masuk ke sekolah yang menguras kantong itu tanpa biaya sogokkan untuk orang dalam
Dan lebih bagusnya lagi adalah Iris, gadis yang semula begitu ketus namun kini menjadi sangat menggemakan di mata Saka, juga di terima disana.
Sudahlah double-double kebahagiaan Saka.
Jadi untuk merayakannya, Saka ingin mengajak Iris ke sebuah pasar malam yang di gelar di tengah lapangan kota.
Bagaimana bisa ia tahu tempat itu? Dari abangnya tentu saja. Abang yang sedang menertawainya dengan nada paling menjengkelkan. "Katanya cuma temen... Tapi gugupnya kayak mau ngelamar cewek aja."
Saka mendelik pada sang Kakak. Helm di tangannya masih belum ia pakai karena ragu. "Bang, ini Saka ga malu-maluin, kan?"
"Lo pake baju, kok. Jadi gue ga malu." Jawab Mikael asal. Tangannya sibuk memegang piring berisi irisan semangka merah ranum menggugah selera. Tidak bagi Saka tentunya.
"Tapi rumah Iris tuh gede banget, Bang. Gedeee banget. Kamar adek tuh ukurannya ga jauh beda sama kamar mandi Iris." Ya, itulah yang membuat Saka ragu.
Ia takut Iris malu karena Saka datang membawa motor matic berwarna putih milik bundanya. Saka baru akan dibelikan motor nanti setelah masuk SMA katanya.
"Ribet banget sih, Dek. Lebih malu lagi kalau udah pake motor Burio ditambah telat dateng pula." Malik nampaknya begitu kesenangan tak memberi jalan keluar untuk kegalauan sang Adik.
Ia tertawa puas ketika wajah Saka tampak memelas lalu menyesal di detik selanjutnya karena si bungsu Dewangga mengadu pada sang Bunda.
"Abaang!! Anterin Adek ke Pasar malam, gih! Pake mobil aja! Kasian Iris kalau kena angin malam! Bahaya!" Teriak si Mama mutlak.
Giliran Mikael yang mendelik pada Saka yang tengah menjulurkan lidahnya penuh ledekan. Ah, senangnya jadi bungsu.
"Bawain permen gulali sama popcorn! Awas aja kalau ngga!" Ancam Mikael yang akhirnya pasrah menjadi supir dua bocah yang sepertinya dalam mode pedekate.
"Siap, Bang!"
*
"Kamu gapapa, kan, ke tempat ini?" Tanya Saka sungkan.
Si bungsu itu gugup bukan main. Bagaimana tidak? Dia membawa anak miliuner tersohor yang kamarnya bisa menyamai luas lapangan bola, ke tempat hiburan rakyat dengan penghasilan miring. Duh! Harga diri Saka sedikit tercoreng sebenarnya. Tapi ia tak mau membawa Iris ke tempat-tempat mewah karena Saka pikir, tempat mewah mana yang belum pernah Iris kunjungi?
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello, goodbye!
Romance"Aku ingin hidup." -Taksaka Giovano "Aku ingin mati." -Iris