H,G! | 8. Petaka Buah Premium

448 107 12
                                    

"Adeeek?!! Liat niiih!! Abang sama Mama bawain melon kesukaan Adek!!!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Adeeek?!! Liat niiih!! Abang sama Mama bawain melon kesukaan Adek!!!"

Seruan Mikael membuat Saka yang semula bermalas-malasan di kasur segera melompat girang menuju lantai bawah. Bahkan ponselnya saja sudah tergeletak malang di karena yang empunya punya sesuatu yang lebih menarik perhatian.

"Melon?! Melooon!!" Seru Saka lalu menghambur mengambil buah berbentuk bulat berwarna hijau dengan terkstur kulit kasar tersebut. "Makasih Mamaaa!!" Saka berjalan ke arah sang Bunda yang tengah menyusun hasil belanjaan ke lemari pendingin untuk memberi kecupan di pipi.

"Sama Abangnya ngga bilang makasih?" Mikael pura-pura protes.

"Ngga! Karena abang bawa semangka ke rumah." Saka memandang buah bulat yang lebih besar dari melon itu dengan tatapan sengit. Ia tak suka semangka. Rasanya hanya seperti makan air gue tanpa aroma.

"Enak juga semangka dibanding melon!" Teriak Mikael tak terima buah favoritnya di ledek oleh bocah kelas satu SMA itu.

"Enak juga melon!" Ujar Saka tak mau kalah.

"Semangka!"

"Melon!"

"Semangka!"

"Melon!"

"Semang-"

"Yang pasti enak itu buah anggur, kok." Sela Rosa mengakhiri perdebatan tak guna putra-putranya. "Dan kalau ada Papa, pasti bilang buah persik yang paling enak."

Keluarga Dewangga merupakan pecinta buah. Semua buah-buahan mereka sukai walau masing-masing punya buah favorit yang berbeda.

Baikah.. Lupakan perseteruan buah favorit. Kembali ke topik lain tapi masih seputar buah.

"Dek, tau ngga sih? Kalau di jepang ada buah termahal di dunia." Ujar Mikael.

Saka menggeleng polos. Ia tak tahu. Yang harganya murah seperti yang sedang ia peluk saja rasanya sudah menakjubkan. Apalagi kalau harganya mahal? Saka penasaran. "Emang bedanya apa, Bang, sama yang kita pegang sekarang. Kulitnya terbuat dari emas?"

Melihat adiknya mulai terpancing, Mikael menampilkan wajah antusias di wajah. "Katanya rasanya lebih manis dan lebih wow gitu."

"Rasanya berubah dong?" Tanya Saka yang Abangnya jawab dengan gelengan kepala.

"Sama, Dek. Cuma ini lebih enak. Lebih manis. Lebih wangi. Lebih legit. Lebih-"

"Stop! Saka gamau denger. Nanti Saka penasaran." Saka menutup telinganya dengan kedua telapak tangan.

Menyeriangai kian lebar, Mikael semakin memajukan tubuh. "Mau taruhan ga?"

"Taruhan?"

"Heh apa ini taruhan-taruhan?! Ngga boleh ya!" Peringat Rosa dari balik kulkas. Siapa yang memperkenalkan kedua putranya pada kata-kata itu?

Hello, goodbye!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang