H,G! | 10. Modus Versi Saka

485 112 12
                                    

"Naik motor gapapa, kan?" Tanya Saka pada Iris. Perempuan disisinya itu hanya mengerjap beberapakali sebelum mengangguk.

"Kamu ngga keberatan, kan, kalau kita belanja dulu? Mama ada titip makanan buat kemping nanti malam."

Iris mengernyitkan dahinya aneh ketika Saka kembali ber aku-kamu ria. Sejujurnya begitu lebih baik. Karena sejak awal perkenalan pun mereka menggunaan aku dan kamu.

Hanya saja sejak hubungan keduanya merenggang, entah kenapa aku-kamu terdengar terlalu ramah bagi Iris yang tak lagi ingin beramah-tamah.

"Gapapa, Ka." Jawab Iris. Tangannya terangkat menyentuh kening pria dihadapannya. Mengelap keringat yang meleleh dari anak rambut Saka.

"Kamu kuat? Kita tukeran sama Sam aja kalau kamu gakuat sama panasnya. Aku takut heat stroke kamu kambuh." Ujar Iris khawatir.

Entah wanita itu sadar atau tidak kalau ucapannya membuat pipi Saka merona dengan jantung yang bergemuruh heboh.

Iris dan khawatir pada seorang bukanlah kata yang bisa digabungkan dalam satu kalimat. Tapi baru saja Iris mengkhawatirkannya. Hal yang menyenangkan karena akhirnya merasakan sifat peduli Iris lagi.

Takbisa menahan lengkungan senyum yang memaksa mengembang, Saka menampakkan ekspresi tercerah di wajahnya. "Kuat, kok." Lalu ia menaiki kuda besinya setelah memakai helm. "Eh, tunggu dulu."

Iris yang tengah berancang-ancang naik, harus berhenti. "Kenapa?"

Tak menjawab dengan kata-kata, Saka memilih untuk menjawabnya dengan tindakan. Pria itu melepaskan almamater yang ia pakai lalu memberikannya pada Iris yang menerima dengan wajah bingung. "Untuk apa?"

"Nutupin paha kamu."

Iris tersenyum simpul lalu menangguk. Melanjutkan kegiatannya menaiki motor besar milik Saka.

Tak butuh waktu lama, motor besar berwarna merah buatan Jepang itu bergerak keluar dari halaman sekolah.

Ah, jika kalian heran kenapa Saka memaafkan Iris semudah itu, maka jawabannya adalah dia merasa salah pada taruhan yang ia lakukan dengan sang Kakak. Lalu frasat yang datang membuat Saka tak ingin membuang banyak waktu untuk membalas benci dengan benci.

"Pegangan ya, Ai! Aku mau ngebut!"

Iris yang duduk kaku di jok belakang sedikit mendekat sambil mencengkram erat tas milik Saka agar seruan Saka terdengar. "Kamu ngomong apa?"

"Pegangan, Ai! Aku mau ngebut. Hari sabtu biasanya rame. Biar kita ngga telat sampe rumah!" Saka kembali berseru.

Pegangan? Pegangan kemana? Ini pertama kalinya ia naik motor jadi wajar ia eperti orang bodoh. Saka memintanya pegangan. Perasaan, Iris sudah berpegangan ke tas Saka. "Aku udah pegangan kok." Ujar Iris bingung.

"Hah?! Pegangan kemana?" Saka menunduk untuk melihat perutnya yang masih tak terbelit apapun.

"Tas kamu!"

Saka berdecak geli. Pantas saja tak terasa. "Kamu ngga peka atau gimana?"

Iris kembali mendekatkan tubuhnya pada Saka yang suaranya menyatu dengan deru angin. "Maksudnya?"

"Itu modus biar kamu peluk aku!"

Iris berdecih geli. "Modus yang aku tau itu nilai yang paling banyak muncul dalam suatu kumpulan data!"

"Tapi kamu paham, kan, modus yang aku maksud yang kayak gimana?" Senyum Saka kini menampilkan deretan giginya yang rapih saking lebarnya ia tersenyum. Memperhatikan wajah perempuan dibelakangnya yang tampak begitu lucu dari kaca spion.

Hello, goodbye!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang