"Ayo sini! Makan ambil sendiri jangan manja!"
Seruan Zafran itu merupakan komando yang membuat sembilan pemuda yang tadi masih terpingkal kini bangun mengerubungi meja makan besar yang penuh makanan yang wanginya sangat amat menggugah selera. Ada ayam serta iga bakar, sup, tempura udang dan banyak lagi menunggu untuk disantap.
"Ma... Saka mau melon." Saka memeluk sang Bunda dari belakang.
"Makan nasi dulu, ya? Biar netral dulu perutnya. Kamu bilang kan tadi makan siangnya telat."
"Saka maunya disuapin Mama kalau gitu." Ujar si Bungsu. Tak ada yang mempermasalahkan. Itulah Saka jika sedang mendalami perannya sebagai putra bungsu keluarga Dewangga.
"Ih! Udah gede juga! Makan sendiri aja. Kalau makan sendiri nanti Mama kupasin melonnya." Rosabelle mencoba menawar. Beruntung putranya itu menurut.
"Hehehe... Makasih Mama. Muach!" Saka mencium pipi sang Bunda secara berlebihan. "Sayang deh sama Mama." Lalu beranjak mencari kursi kosong untuk makan.
"Mama itu punya Papa, Ka. Curi-curi kesempatan aja." Keluh Zafran. Dia masih marah sebenarnya. Pada si bungsu yang bersikeras untuk tak segera memeriksakan diri ke dokter.
"Iri aja deh, Papa. Itukan Mamanya Saka. Ngalah dikit dong." Saka mengambil mangkuk lalu mengisinya dengan sedikit nasi lalu membanjirinya dengan kuah sup tanpa melihat raut kusut sang Ayah.
"Mama kan istrinya Papa. Heran deh ini anak satu. Perasaan Mikael ga segininya. Ga malu apa manja gitu di depan Iris?" Kadang jika sedang kalut, Zafran memang suka meracau ke hal-hal absurd. Seperti sekarang. Dan untungnya Saka mulai menyadari kekalutan yang sang Ayah rasakan.
"Udah-udah, kok malah rebutan Mama sih?!" Ros menegur si Bungsu dan suaminya. Lalu pandangannya beralih pada tamu-tamu lain yang sudah mengerjap tak sabar untuk menyantap makanan yang teredia. "Langsung makan aja, Nak. Makan yang banyak, ya?Tapi jangan kenyang-kenyang. Katanya mau makan s'mores dan jagung bakar."
"Siap nampung kok, Ma!" Seth, Yorick dan Hugo bersorak kompak.
Kegiatan makan itu berlangsung lumyan ramai karena perbincangan ringan serta gurauan terus mengudara dari ketujuh pemuda yang tak henti-hentinya saling meledek.
"Ma? Ada sayap ayam, ga?"
Dan suara ribut di meja makan kian ramai saat Jamesdan Joanna bertanya di saat yang bersamaan. Si teman tapi mesra yang tak kunjung official itu kini tampak merona malu-malu mendengar ledekan teman-temannya.
"Ada kok. Ini." Jenny yang menjawab. Lalu menyodorkan satu piring berisi sayap ayam yang di goreng lalu dibalur bumbu pedas pada James dan Joana.
"Makasih ya, Ma. Supnya enak banget." Ujar Iris tulus pada Ibunda Saka.
Yang di puji tersenyum senang lalu memajukan wajah mengecup pipi peremuan yang putra bungsunya suka ini. "Makan yang banyak ya, sayang."
Di tengah suasanan damai Iris dan Rosabelle, ternyata Saka dan ayahnya masih belum berhenti berseteru. Susah payah Saka menahan sang Ayah agar tidak menyenggol sedikitpun keadaannya lalu membuat kawan-kawannya khawatir dan hanya berakhir membuat Zafran kian kesal.
"Papa sebel ya sama Saka?" Tanya Saka memelas. Dan tak ayal, itu menarik perhatian yang lain. Trutama Jhonny yang sudah menyorot sahabatnya memberi peringatan dengan mata. Memaksa Saka sama sekali tidak membuat keadan membaik. Saka malah akan tertekan dan akan memperburuk keadaan.
Menghela nafas, Zafran menyangkal, "Nggak gitu.."
"Yaudah kalau gitu siapa yang minta maaf duluan?"
"Kan Papa yang sewot duluan. Berati Papa yang minta maaf ke Saka."
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello, goodbye!
Romance"Aku ingin hidup." -Taksaka Giovano "Aku ingin mati." -Iris