Six years ago...
Memandangi aliran air sungai yang tenang disore hari, sembari menikmati eskrim vanila, ialah healing terbaik bagi Arabelle.
Suasana sore hari itu syukur sedang bagus. Ia bisa berlama-lama disana tanpa khawatir hujan akan turun.
Ia mengguncangkan kakinya, memandangi sepasang sandal kelinci kesayangannya yang melindungi kedua kaki mungilnya.
Bocah itu tengah menangis dalam diam, eskrim ditangannya pun mulai mencair mengotori tangan kanannya. Mulutnya pun berlumuran eskrim sampai mengenai pipinya.
Sungguh, ia sudah seperti bocah yang kehilangan orang tuanya.
"Abel?"
Bocah cilik itu menoleh, memandang kearah seseorang yang memanggilnya.
Ia turun dari kursi taman yang ia duduki sebelumnya, setelahnya, ia membuang cone eskrimnya sembarang.
"Kamu kok tau, aku ada disini?" tanya Arabelle.
"Aku udah hapal kali, kamu kalau lagi ngambek pasti larinya kesini."
Anak itu, Gabriella, segera menghampiri Arabelle. Ia mengeluarkan sebuah sapu tangan dari kantung celananya, lalu membersihkan tangan dan mulut Arabelle dengan telaten.
"Aku kan lagi ngambek sama kamu," ucap Arabelle.
Gabriella mengangguk kecil, "Iya, aku tau," jawabnya.
"Terus kenapa kamu samperin aku? Kalau aku marahin kamu, emang kamu nggak takut?" balas bocah itu.
Gabriella menggeleng tanpa ragu, "Ya nggak. Orang kamu marahnya gemes gini. Malah pengen aku peluk jadinya."
Kedua pipi Arabelle memerah seketika. Ia mengulum bibirnya kedalam, lalu memukul pundak Gabriella pelan.
"Ih, Gaby!"
"Kenapa? Kok malah 'ih'?"
Arabelle menggeleng pelan, "Ih aja. Habisnya kamu sih."
"Kok jadi aku?" Gabriella mengernyit bingung.
Tanpa membalas omongan Gabriella, bocah itu langsung melenggang pergi dari hadapannya, dengan pipinya yang masih memerah.
"Abel!" seru Gabriella. "Kamu dicariin sama bunda, tau! Ayok pulang sama aku!"
Dari arah sana, Arabelle menggeleng kecil, "Nggak mau! Aku mau pulang sendiri!"
Huh, bocah itu memang sangat keras kepala.
Gabriella berlari, lantas ia meraih tangan Arabelle untuk digandengnya.
"Pulang sama aku, nggak ada penolakan."
Arabelle memandangi Gabriella dengan mata polosnya yang masih berlinang air mata. Bibirnya mengerucut, khas seorang anak kecil ketika sehabis menangis.
tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
Happiness.
Teen FictionThere is only one happiness in this life; to loved, and be loved. Warn GxG❗