#21: Makan malam.

1K 96 0
                                    

Gabriella terpaksa harus meninggalkan rumahnya dalam tiga hari. Ibunya menelpon, menyuruhnya untuk datang kerumahnya.

Entah ada apa, ia tak diberi tahu.

Mau tidak mau, Arabelle harus berangkat kesekolah sendiri. For your information, ia belum juga mengakhiri hubungannya dengan Jeffrey. Ia terlalu bingung bagaimana cara mengungkapkannya.

Arabelle menolak untuk dijemput Jeffrey pagi tadi. Ia memilih naik ojek online saja.

Setelah waktu istirahat usai, Arabelle serta timnya dipanggil untuk berkumpul di ruang perpustakaan.

Arabelle membawa map kuning berisi contoh-contoh soal miliknya, serta dompet berisi alat-alat tulisnya.

"Baik. Empat hari lagi, olimpiade akan dimulai. Persiapan apa saja yang sudah kalian lakukan selama ini?" ujar Mr. Wilson, membuka pembicaraan mereka.

"Yang jelas, kita udah mempelajari tiga materi yang harus kita kuasai, Mister. Kita juga udah ngerjain contoh soal yang Mister kasih waktu itu." Jawab Sherly, Mr. Wilson menganggukkan kepalanya.

"Sekarang, serahin lembaran kertas jawaban yang sudah kalian isi."

Arabelle, Sherly, dan Gino segera memberikan lembar jawaban masing-masing. Mr. Wilson mengambilnya, lantas ia memeriksa jawaban tersebut dengan teliti.

Ketiga anak manusia itu saling melempar pandangan. Rasa gugup, cemas, dan khawatir menjadi satu dalam diri mereka.

"Saya memang nggak salah memilih kalian bertiga untuk mewakili olimpiade tahun ini," ucap Mr. Wilson, membuat Arabelle, Sherly, serta Gino sontak membulatkan mata.

"Saya yakin, kalian pasti bisa. Kalian pasti bisa mengharumkan nama sekolah seperti kakak kelas kalian tahun lalu." Sambung Mr. Wilson.

Setelah mendiskusikan banyak hal, mereka bertiga pun di izinkan untuk kembali ke kelas masing-masing. Mereka bersorak, saling memberi semangat untuk berjuang empat hari kedepan.

Arabelle berdiri disebelah Gino, sosoknya yang tinggi membuat Arabelle tenggelam ketika berdampingan disebelah cowok itu. Sherly terkikik.

"Bel, lo tuh pernah nggak sih disangka anak kelas sepuluh sama orang-orang?" tanya Sherly penasaran.

"Pernah!! Malah disangka anak SMP juga pernah kok," jawabnya sembari cemberut.

Gino menyahut, "Justru, lo malah kelihatan kayak anak SD, Bel."

Arabelle melotot, lantas ia mengepalkan tangannya sembari berucap, "Ini kalau dipukul ke lengan lo, lumayan sakit loh, Gino."

Bukannya takut, Gino justru malah tertawa.

Sungguh? Ada anak kelas sebelas SMA semenggemaskan ini?

"Tinggi lo berapa, Bel?" tanya Gino.

"Mmm, terakhir ukur tuh seratus lima puluh senti meter. Kenapa emangnya? Mau diledekin lagi?" jawab Arabelle sedikit sensi.

Gino tertawa renyah, "Nggak, Bel, nanya doang kok. Gue tuh nggak pernah ketemu sama cewek SMA sekecil ini. Lo gemesin soalnya."

Arabelle tersenyum senang. Jangan lupakan, ia akan merasa sangat tinggi ketika dipuji.

"Gue emang gemesin sih, thank you Gino!" jawabnya penuh percaya diri. Gino terkekeh.

"Gino, lo tuh nggak boleh modus. Arabelle udah punya pacar tau," ujar Sherly.

Arabelle tersenyum canggung, Sherly memang benar sih.

"Gue cuma muji anjir, bukannya modus! Tapi, lo beneran udah punya pacar, Bel?" tanya Gino penasaran.

Happiness.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang