Grand final telah usai beberapa menit yang lalu. Poin tertinggi berhasil diraih oleh tim dari SMA Citra Perwira, yaitu tim Arabelle, Sherly, serta Gino.
Senyum ketiga anak manusia itu merekah lebar, merasa sangat bangga dengan pencapaian mereka bersama.
Sama halnya dengan orang-orang yang mendukung mereka penuh. Tentunya ada keluarga Sherly, keluarga Gino, dan Bunda Arabelle yang setia menonton seraya menghapus air mata bahagianya.
Tak lupa dengan keberadaan Gabriella, yang duduk tepat disebelah Bunda.
Suara mulai mendominasi ruangan aula yang luas, seluruh pemirsa ramai bertepuk tangan ketika sebuah piala dan tiga buah medali emas di berikan pada sang juara.
Arabelle berada di tengah, Sherly disebelah kiri, serta Gino disebelah kanan. Ah, mereka jelas tidak akan pernah melupakan momen membanggakan ini.
Kamera mulai memotret ketiga nya. Senyum bahagia masih menghiasi wajah mereka masing-masing. Sampai orang-orang mulai menyadari sesuatu, raut wajah mereka pun terlihat panik.
"Arabelle, kamu sakit??" tanya sang fotografer, Arabelle mengernyit bingung.
Sherly menepuk pelan pundak Arabelle, raut wajahnya tak kalah cemas, "Lo mimisan."
Arabelle spontan menyentuh hidungnya, ia pun terkejut. Hari ini, dia sudah dua kali mimisan. Kepalanya sedikit pusing.
"Lo gapapa, Bel?" Gino memastikan keadaan cewek mungil disebelah nya. Arabelle hanya tersenyum, meyakinkan bahwa dirinya baik-baik saja.
Namun, ucapannya berbanding terbalik dengan apa yang sebenarnya terjadi. Sebab, tiba-tiba saja Arabelle ambruk dan membuat suasana semakin ricuh.
***
Gabriella menggigit bibirnya cemas, ia menggenggam tangan Bunda yang sedari tadi menangis karena khawatir.
Arabelle masih ditangani di ruang IGD. Gabriella cemas, sangat cemas. Jika gadis itu sudah mimisan, maka, itu bukanlah pertanda baik.
Pasti ada yang salah darinya.
Setelah menunggu kurang lebih setengah jam, sang Dokter yang menangani Arabelle keluar dari ruang IGD. Sang Bunda dan juga Gabriella segera menghampiri beliau.
"Gimana, Dok?" tanya Tiffany, sang Bunda.
Dokter itu menghela napasnya, "Saat ini, pasien akan tetap di tempatkan di ruang IGD. Pasien terkena anemia aplastic. Kondisi ini terjadi karena kerusakan pada sel punca di sumsum tulang. Kerusakan ini menyebabkan produksi sel darah melambat atau menurun, hal ini akan menyebabkan jumlah sel darah merah, sel darah putih, dan keping darah berkurang."
Tiffany menganga tak percaya, begitu juga dengan Gabriella. Arabelle yang malang mengalami hal seperti ini?
"Penyebab nya apa, Dok?"
"Apa pasien punya kelainan genetik turunan dari orang tuanya?"
Tiffany mengernyit, lantas ia menggeleng, "Nggak, Dok. Nggak ada."
"Apa pasien sering mengalami pendarahan? Misalnya muntah darah, gusi berdarah, mimisan, atau—"
"Mimisan! Dia sering banget mimisan, Dok. Hari ini aja, dia udah dua kali mimisan." Gabriella memotong ucapan sang Dokter.
"Nah, itu salah satu gejalanya. Pasti pasien juga sering merasa lemas, pusing, bahkan sampai pingsan, kan?"
Gabriella mengangguk mengiyakan, "Iya, Dok."
"Baiklah. Pasien sudah boleh di jenguk. Tapi, tolong jangan sampai membuatnya terusik." Final sang Dokter. Tiffany serta Gabriella tak lupa berterimakasih sebelum Dokter itu melenggang pergi darisana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Happiness.
Teen FictionThere is only one happiness in this life; to loved, and be loved. Warn GxG❗