Tok tok tok.
Suara pintu berderit, membuat Arabelle menoleh ke sumber suara.
Matanya yang sayu menangkap kemunculan Gabriella disana, bersama dengan Renata yang membawa sesuatu di tangannya.
Arabelle tersenyum manis. Gabriella memang tidak pernah absen datang untuk menjenguknya.
"Abel!!" Renata menyapa dengan semangat. Ia senang sekali, akhirnya ia bertemu kembali dengan teman sebangku nya, sahabat baiknya.
"Hai Rena," Arabelle balas menyapa dengan suara paraunya.
Tiba-tiba saja, Renata merubah raut wajahnya. Ia memasang raut wajah sedih sembari berlari memeluk Arabelle yang tengah berbaring.
"Gue kangen bangetttt, nggak ada akhlak lo ya malah rebahan terus!" cerocos Renata, membuat Arabelle terkekeh geli.
"Gue lagi sakit loh, malah dikatain," sahut Arabelle bercanda.
Gabriella meletakkan tas sekolahnya di sofa, lantas ia mendudukkan dirinya disana. Membiarkan Renata menghabiskan waktu temu kangennya dengan teman sebangkunya.
Sejujurnya, ia sangat bersyukur Arabelle sudah bisa tersenyum seperti sedia kala. Walau kenyataannya, ia belum pulih sepenuhnya.
Bahkan, tidak ada sepuluh persennya.
"Males deh ah, acara sekolah tadi nggak ada lo. Tadi si Sherly sama Gino mengharukan banget tau nggak sih, lo harus lihat fix!" ocehnya lagi. Ia merogoh saku seragamnya, lantas membuka ponselnya untuk mencari sebuah video yang direkamnya saat di sekolah tadi pagi.
Arabelle meraih ponsel milik Renata. Ia menyimak video tersebut dengan baik.
"Kita bener-bener bangga sama diri kita sendiri, terutama sama Arabelle. Jujur, dia banyak berkontribusi dalam menjawab soal kemarin. Kita berdua berterimakasih banget sama dia. Sayangnya, dia hari ini nggak bisa hadir, ya."
"Kalau Arabelle ada disini, pokoknya kita makasih banget sama lo, Bel. Lo hebat, lo mau berjuang sama-sama. Lo nggak pelit ilmu. Lo mau berbagi ke kita semua."
Arabelle tersenyum lebar, tak menyangka Sherly dan Gino akan mengatakan hal seperti itu.
Kemudian, air matanya mengalir. Entah, ia merasa tersentuh dengan perkataan mengharukan dari kedua teman se-timnya.
"Lo harus terus berjuang ya, Bel, jangan nyerah demi kesembuhan lo. Kita semua yakin kok, lo itu anaknya kuat, lo itu hebat. Jangan patah semangat yaa!"
Baik, Arabelle tak dapat menahan isakannya kali ini. Ia sangat bersyukur, semua orang begitu menyayanginya.
Terlebih, ia mempunyai Gabriella disisinya. Yang siap sedia menjaganya, disaat sang Bunda tak dapat menjaganya seharian penuh karena harus bekerja.
Gabriella menghampiri nya, lantas ia memeluk gadisnya dengan penuh rasa. Membiarkan Arabelle menangis didalam dekapannya.
Renata dengan segala tingkah konyolnya, tak kuasa menahan tangisnya. Sungguh, anak seceria Arabelle harus melewati semua ini?
"Abel, lo harus janji sama kita semua. Terlebih sama Bunda lo dan Gaby," ucap Renata, Gabriella melepas pelukannya terhadap Arabelle.
"Apa?" sahut gadis bersurai kecoklatan itu.
Renata menyunggingkan senyuman tulusnya yang jarang ia tunjukkan, "Lo harus sembuh. Lo nggak boleh patah semangat. Gue yakin, bakal ada keajaiban setelah ini semua berlalu."
Arabelle tersenyum, lantas ia mengangguk lucu, mengiyakan ucapan Renata. Gabriella terkekeh gemas, Renata tertawa kecil melihat respon sang sahabat.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Happiness.
Teen FictionThere is only one happiness in this life; to loved, and be loved. Warn GxG❗