#17: Class meeting.

1K 114 0
                                    

Tok tok tok.

"Bel?"

Arabelle beranjak dari kasurnya, lantas ia segera membuka pintu kamarnya yang baru saja di ketuk.

Cewek itu tersenyum, ternyata, Gabriella yang datang.

"Kenapa, Gaby?"

Gabriella tersenyum canggung, "Gapapa, gue lagi pengen aja nyamperin lo. Boleh, kan?"

Arabelle mengernyit, merasa bingung. Mengapa sahabatnya itu merubah cara bicaranya seperti semula?

"Hm? Boleh, kok. Yuk, masuk."

Setelah mendapat izin, Gabriella masuk kedalam kamar serba merah muda tersebut. Dilihat nya Arabelle tengah berbicara di telpon, yang ia tebak, itu pasti Jeffrey.

"Kak, nanti aku telpon lagi ya, ini lagi ada temenku main kerumah. Bye bye!"

Gabriella tersenyum getir. Tapi, ia tak boleh lagi bertindak bodoh seperti sebelumnya.

Kalau ia melakukan hal yang lebih bodoh, maka, ia yakin pasti akan ada hal yang lebih menyakitkan lagi dari ini.

"Kenapa Gaby mau main kesini?" tanya Arabelle, tak lupa dengan senyum khasnya.

"Gapapa, kangen aja sama lo. Nggak boleh emangnya gue main kesini?"

Arabelle terkekeh, "Boleh, Gaby, boleh kok. Gue nggak ngelarang."

Hening. Mereka tak ada topik pembicaraan. Entah, mereka sama-sama merasa canggung saat ini.

"Bel, gue boleh nanya?" Gabriella memecah keheningan.

"Tanya aja, Gaby,"

Sempat terdiam beberapa detik, sebelum akhirnya Gabriella kembali bersuara, "Biasanya, lo selalu cerita sama gue tentang hari lo. Kenapa sekarang udah nggak, Bel?"

Kali ini, Arabelle yang diam. Ia mengalihkan pandangannya, tak mau menatap Gabriella.

"Bahkan lo jadian sama Jeffrey, lo nggak cerita sama gue. Gue ini siapa lo sebenernya?"

Arabelle menggigit bibir bawahnya gugup, "Sahabat gue. Lo sahabat baik gue."

Lagi-lagi, Gabriella hanya tersenyum getir. Apa disini hanya dirinya, yang menempatkan Arabelle di posisi ter-spesial dalam hidupnya?

"Iya, gue sahabat lo." Ucap Gabriella, ia menunduk, guna menyembunyikan wajahnya yang terlihat lesu.

Gue tau lo nggak sebodoh itu buat paham sama perasaan gue, Arabelle.

"Gue pulang aja ya, Bel, maaf ganggu lo lagi telponan tadi," ucap Gabriella.

Arabelle memandanginya, ia mengangguk menanggapi, "Lo nggak ganggu kok. Tapi, yaudah kalau emang lo mau pulang. Jangan tidur malem-malem ya, Gaby."

Gabriella mengangguk, lantas ia segera berdiri, "Iya, cantik."

Jangan peduli, gue malah makin sakit.

***

Ternyata, inilah yang dimaksud. Perasaan gundah yang ia rasakan sejak Arabelle dirawat dirumah sakit, ia sudah menemukan jawabannya.

Gabriella hanya tak ingin Arabelle-nya dimiliki orang lain.

Sayangnya, ia tak bisa apa-apa. Disandingkan dengan Jeffrey, jelas ia kalah telak. Arabelle tentu lebih memilih cowok itu dibanding dirinya.

Sungguh, Gabriella tak ada semangat sama sekali. Ia hanya terbaring lesu sembari meruntuki kebodohannya.

Arabelle mulai berubah, semenjak ia keluar dari rumah sakit.

Happiness.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang