#22: Missing Hugs.

1K 95 0
                                    

Arabelle tidak bisa tidur.

Sekarang sudah hampir pukul dua belas malam, dan Arabelle belum juga mengantuk sedari tadi.

Ia gelisah, ia gugup. Besok adalah hari besarnya. Olimpiade akan segera dilaksanakan besok.

Biasanya, Gabriella akan menemaninya dan memberinya semangat secara langsung. Gabriella juga akan memeluknya sembari mengelus pucuk kepalanya seperti biasa.

Kali ini, Gabriella tak ada di sisinya. Cewek itu belum pulang dari rumah Ibunya.

"Kamu kapan pulangnya? Besok bisa nggak nonton aku langsung ditempat?"

Gabriella menghela napasnya tak yakin. Seharusnya, ia berada disamping cewek itu untuk menyemangatinya.

"Aku juga nggak tau, Bel. Mama lagi butuh aku banget sekarang."

Mendengar jawaban Gabriella, membuat Arabelle semakin lemas.

Padahal, ia sudah membayangkan banyak hal menyenangkan yang akan mereka lakukan nantinya, setelah olimpiade usai.

"Aku nggak bisa apa-apa kalau gitu."

Tanpa Gabriella ketahui, Arabelle menangis tanpa isakan. Ia hanya tak mau Gabriella mendengarnya menangis.

Yang Arabelle inginkan, hanya ada Gabriella disampingnya saat ini.

"Nanti aku coba ngomong sama Mama, aku ada tugas penting disekolah yang nggak bisa aku tinggal."

"Nggak usah, Gaby. Jangan gitu. Mama kamu kan lagi butuh kamu."

"Tapi kamu juga butuh aku, kan?"

Arabelle mengangguk lesu, "Ya iya sih ... tapi prioritasin Mama kamu, Gaby."

"Aku masih ada adekku, Bel. Ada dia yang bisa jagain Mama. Kemarin Mama minta aku kesini karena adekku lagi ada kegiatan sekolah aja yang mengharuskan dia buat nginep."

Arabelle terdiam. Sejujurnya, ia memang butuh Gabriella. Tapi, ia tak mau egois.

Mama nya lebih penting dibanding dirinya.

"Jangan, siapa tau Mama kamu masih butuh kamu. Mama kamu masih belum sembuh, kan?"

"Kata dokter, nggak lama lagi juga Mama udah di izinin pulang."

Arabelle mengernyit bingung, "Loh, Mama kamu dirumah sakit??"

"Iya, kemarin pas aku baru banget dateng, ternyata Mama sakit. Aku langsung mutusin buat bawa Mama ke rumah sakit aja biar dapet perawatan intensif."

"Ahh, gitu."

"Udah ya, kamu jangan khawatir. Nanti biar aku ngomong sama adek aku, buat jagain Mama karena aku harus pulang. Aku juga mau liat kamu besok olimpiade."

Arabelle tersenyum samar, secercah kesenangan hinggap di hatinya seketika.

"Tapi, gapapa emang?"

"Gapapa kok cantik, santai aja. Aku kan udah janji mau beliin kamu eskrim."

Arabelle terkekeh. Dari seberang sana, terdengar Gabriella ikut terkekeh.

"Iya, Gaby."

***

Arabelle menggosokkan kedua tangannya, ia menghela napas gugup. Olimpiade akan berlangsung sekitar pukul sembilan pagi.

Sekarang, jarum jam baru menunjukkan pukul setengah tujuh.

Dirinya sudah berada disekolah. Ia bersama dengan timnya saling berpegangan, memanjatkan doa bersama menurut kepercayaan masing-masing.

Arabelle menyisir rambut panjangnya kebelakang, meminimalisir rasa gugupnya. Ia lupa membawa karet rambut yang biasanya selalu melingkar dipergelangan tangannya.

Happiness.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang