Sekolah tengah heboh pasal akun instagram yang entah milik siapa, menyebarkan sebuah foto tidak senonoh bahkan sampai berani menandai akun milik si korban pelecehan.
Arabelle Gauri, tentunya.
Kasus ini sudah meluas sepenjuru sekolahan sebab sudah pasti warga sekolah mengenal siapa Arabelle.
Banyak dari mereka yang tidak terima, serta turut andil dalam melaporkan foto tersebut agar segera di takedown oleh pihak instagram.
Kini, Arabelle sendiri tidak datang kesekolah. Ia takut. Ia tidak mau bertemu orang-orang untuk sementara.
Tentu saja, Gabriella tidak akan tinggal diam. Ia terus mencari siapa pelakunya, dibantu oleh teman-temannya, serta beberapa murid lain yang ingin membantu juga.
Gabriella marah, sangat marah. Ia tidak terima gadisnya harus diperlakukan seperti ini oleh oknum tidak bertanggung jawab.
"Akunnya masih belum hilang! Harus berapa orang yang nge-report sih biar akunnya hilang?!" seru Gabriella frustasi.
Renata merangkul Gabriella, "Tenang dulu, Gab. Jangan kebanyakan emosi, nanti energi lo habis."
"Iya, Gab. Pasti bakalan langsung di tindak lanjuti kok. Apalagi kan, yang report banyak. Lo tenang dulu, jangan habisin energi lo," Gloria menyetujui ucapan Renata.
Gabriella memejamkan matanya, berusaha untuk meredam emosinya.
"Mati orang itu ditangan gue, Ren," ucap Gabriella penuh tekanan.
"Ssstt iya-iya, Gaby. Makanya, lo harus simpen tenaga lo buat ngehajar dia. Jangan emosi dulu, oke?" sahut Renata.
Segala cara sudah mereka lakukan untuk menemukan si pelaku. Namun, sepertinya si pelaku terlalu pintar menyembunyikan identitasnya.
"Kalian udah coba buat lacak akunnya dulu sebelum akunnya hilang?" tanya Karin, ia salah satu dari murid yang dengan sukarela ingin membantu.
"Udah, Rin. Nggak ada hasil. Kita semua udah ngelakuin semua cara semaksimal kita," jawab Renata.
"Kira-kira, kalian pernah ngelihat orang yang mencurigakan nggak disekitar Arabelle? Atau mungkin Gaby pernah lihat?" tanya Hilda.
"Jujur, nggak. Abel selalu aman-aman aja kalo lagi sama gue," jawab Gabriella.
Dari tempatnya, Ella berpikir keras. Rasanya, ia pernah mengalami hal yang sedikit janggal.
"Gue boleh buka suara?" Ella bertanya. Semua orang menatapnya.
"Boleh banget, El. Ada apa??" sahut Renata.
"Waktu itu, pas gue lagi mau jalan ke toilet, gue lihat ada Abel yang baru aja keluar dari ruang ganti. Waktu itu kelas kalian emang lagi ada pelajaran olahraga, kan?"
"Iya, bener," sahut Renata.
"Nah, tapi gue lihat ada yang janggal. Nggak lama Abel keluar dari ruang ganti, ada satu orang juga keluar darisana," lanjut Ella.
Gabriella mengernyit, "Siapa? Cewek atau cowok?"
"Cewek, tapi gue nggak lihat mukanya karena dia pake hoodie," jawab Ella.
Gabriella menghela napas kecewa. Kalau begini caranya, artinya sama saja. Tidak ada titik terang.
"Tapi, dia bawa-bawa gantungan kunci gitu, dan ada boneka beruangnya. Kalo kalian butuh..."
Ella merogoh saku almamater nya, lantas ia meletakkan boneka beruang yang dimaksud.
"Ini jatuh pas dia lagi masukin gantungan kunci itu ke kantong roknya. Jadi, gue ambil aja karena tadinya pengen gue balikin." Final Ella. Gloria terus memerhatikan boneka tersebut dengan teliti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Happiness.
Fiksi RemajaThere is only one happiness in this life; to loved, and be loved. Warn GxG❗