"Nih, lo lihat sendiri."
Renata mengarahkan laptopnya pada Gabriella, agar temannya itu dapat melihat dengan leluasa.
Sebuah rekaman CCTV yang sudah Renata minta datanya oleh tim IT sekolah. Untungnya, para guru-guru serta staff disekolah mengetahui kasus yang terjadi. Jadi, Renata bisa dengan mudah mendapatkan data rekaman CCTV tersebut.
Gabriella mengernyit. Melihat seseorang berjalan dengan santai menuju ruang perpustakaan. Ia terlihat sedang mengamati perpustakaan dari luar, lalu ia pergi.
Rekaman lain menunjukkan ada seseorang yang sama. Ia membawa sebuah kamera dan sebuah gantungan kunci yang terdapat boneka beruang.
"Itu Windy." Ucap Renata.
Gabriella mengangguk paham. Ia melihat rekaman selanjutnya. Kali ini, seseorang yang berbeda terlihat sedang mondar-mandir didepan toilet wanita. Tak lama kemudian, ia pun pergi dan Arabelle keluar dari toilet.
Ia sedikit terkejut.
"Ngapain sih ini orang," gumamnya kesal.
Dan, ini adalah rekaman yang terakhir. Seseorang yang sebelumnya ia lihat tengah mondar-mandir didepan toilet wanita, di rekaman kali ini ia berada didepan ruang ganti wanita, bersama dengan Windy. Namun sayangnya, keberadaan mereka sedikit tertutup oleh sebuah pilar.
Gabriella menghentikan rekaman tersebut, lalu ia perbesar layar ketika wajah 'seseorang' ini sedikit terekspos walaupun blur.
"Cowok?" tanya Gabriella memastikan.
"I think so," sahut Gloria.
Ah, sungguh. Wajahnya tak bisa terlihat dengan jelas.
"Tapi at least dia pake hoodie yang bisa kita kenalin nggak sih?" ucap Renata.
"Iya sih, tapi pasti dia udah nggak bakalan pake hoodie itu lagi lah. Apalagi kasus ini udah nyebar disekolah," sahut Gabriella.
Renata meringis, "Iya juga ya..."
Gabriella melirik Arabelle yang tengah meringkuk. Matanya terpejam. Sepertinya, gadis itu tertidur.
Ia berjalan menghampiri pacarnya, lantas ia memeluknya. Arabelle reflek membuka matanya, ia pun menyandarkan kepalanya pada dada Gabriella, lalu kembali terpejam.
Gabriella tersenyum teduh. Ia suka jika gadisnya sudah manja seperti ini.
"Kayaknya ini butuh orang dalem deh," celetuk Gloria.
"Maksud lo?" sahut Renata bingung.
Gloria menatap Renata serta Gabriella secara bergantian, "Gue butuh bantuan Kak Jeffrey."
Gabriella mengernyit, "Bantuan siapa???" Gabriella bukan tidak mendengar, ia hanya ingin memastikan apa dia salah dengar atau tidak.
"Kak Jeffrey. Kenapa dah lo kayak shock gitu?" heran Gloria.
"Itu mantannya Arabelle, Glo," jawab Renata.
Gloria melotot, "LAHHH, gue lupa!"
Gabriella memutar bola matanya. Gloria si pelupa, sudah biasa.
"Emang kenapa harus minta bantuan dia?" tanya Gabriella heran.
"Dia bisa nge-hack identitas orang, Gab," jawab Gloria. Gabriella mengangguk paham.
Selesai Renata membereskan laptopnya kedalam tasnya, mereka langsung menuju mobil yang terparkir rapih di halaman rumah Gloria. Tentu saja itu mobil orang tuanya.
"Lo mau ikut di mobil atau naik motor lo aja? Si Abel ngantuk gitu," ucap Gloria.
Belum sempat Gabriella menjawab, Renata sudah menyela, "Udeh lo berdua di mobil aja. Motor lo biarin dirumah Gloria dulu. Kesian temen gue ngantuk itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Happiness.
Teen FictionThere is only one happiness in this life; to loved, and be loved. Warn GxG❗