Ravika tersenyum begitu seorang wanita paruh baya membuka pintu mansion Leionelle, Bibi Allen. Sudah dua kali Ravika bertemu dengan wanita itu, pertama saat ia menginjakkan kaki disini untuk menjadi penari polo pribadi Leionelle, dan yang kedua saat dimana Leionelle membawanya dalam keadaan pingsan.
Terlebih sosok Bibi Allen yang begitu perhatian, mampu membuat Ravika nyaman berada di sisi wanita itu.
"Bibi," Sapa Ravika sambil menghambur ke dalam pelukan wanita itu.
"Ravika," Bibi Allen membalas pelukan Ravika tak kalah erat.
Sesaat setelah pelukan keduanya terlepas, Ravika menoleh dan menatap Yazan, "Terima kasih, Yazan."
Yazan mengangguk dengan senyuman tipisnya, "Sama-sama, Nona. Mari," Pria kepercayaan Leionelle itu berbalik dan meninggalkan Ravika serta Bibi Allen.
"Bagaimana kabarmu, Nak? Bibi merindukanmu," Ungkap Bibi Allen sambil membawa Ravika masuk ke dalam hunian seorang Leionelle Archiles.
Ravika tersenyum. Hatinya menghangat begitu Bibi Allen mengatakan bahwa wanita itu merindukannya. Sederhana namun berkesan bagi Ravika yang memang tidak pernah mendapatkan perhatian dari ibunya.
"Bibi, kita baru saja bertemu dua hari yang lalu." Balas Ravika seraya terkekeh pelan.
Bibi Allen ikut tertawa, "Ya, Bibi tahu. Tetapi entah mengapa Bibi cepat sekali merindukanmu,"
Ravika terdiam saat menatap mata Bibi Allen. Entah Ravika salah atau tidak, Bibi Allen tampak menyimpan kerinduan yang mendalam. Entah kepada siapa.
"Duduklah, Nak.." Ravika tersentak kaget ketika Bibi Allen menarik tangannya, "Bibi akan mengatakan kepada Leionelle bahwa kau datang. Tunggu sebentar,"
Ravika mengangguk, "Terima kasih, Bibi.."
Wanita berusia 25 tahun itu duduk di sofa besar yang berada di ruang tengah sambil mengamati rumah besar ini.
Ravika bisa melihat foto-foto yang tergantung di dinding dan tersimpan rapi di atas meja. Foto Leionelle dengan keluarganya, dan juga ada foto Leionelle dengan Bibi Allen.
"Permisi," Ravika menoleh dan mendapati seorang wanita berkisar usia 30 mendatanginya.
"Ah, ya?" Spontan Ravika langsung berdiri dan menatap wanita itu tidak enak.
Wanita itu tertawa pelan melihat tingkah Ravika. "Tidak apa-apa, Nona. Saya hanya ingin mengantarkan minuman untuk Nona."
Ravika mengangguk sambil membulatkan bibirnya saat wanita itu meletakan segelas jus di hadapan Ravika.
"Silahkan dinikmati, Nona."
"Terima kasih banyak,"
Wanita itu mengangguk, "Saya permisi,"
Ravika meneguk segelas jus itu sambil menatap jam yang menempel di dinding, pukul 8 malam.
Hari-hari sebelumnya di jam yang sama pasti ia sudah bersiap untuk menari, tetapi setelah perkataan Madam Bonanza beberapa hari yang lalu, Ravika tidak lagi di perbolehkan menginjakkan kaki di club itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wild Butterfly [End]
RomanceRavika Estelle berpapasan dengan Leionelle Archiles di gang pertokoan yang kumuh. Hanya tatapan beberapa detik yang terjadi di antara mereka. Namun hal tersebut membuat kobaran obsesi dan gairah terpendam di dalam diri Leionelle muncul. Untuk perta...