37. Box In The Attic

11.4K 530 25
                                    

"Ibu," Kegiatan Ravika yang tengah membersihkan tumpukan buku dan koran di ruang tengah terhenti saat melihat Alysse melewatinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ibu," Kegiatan Ravika yang tengah membersihkan tumpukan buku dan koran di ruang tengah terhenti saat melihat Alysse melewatinya.

Ia memperhatikan penampilan Alysse yang terbilang rapih dan sangat terbuka. "Ibu mau kemana?"

Alysse menatap Ravika sekilas. "Pergi."

"Tapi, Bu, Ibu baru saja membaik, kalau aku boleh menyarankan sebaiknya jangan keluar rumah terlebih dahulu."

Lirikan sinis Alysse layangkan untuk putrinya itu. Alysse mendekat dan berdiri di hadapan Ravika. "Lihat dengan mata kepalamu sendiri. Aku sudah sembuh, tidak perlu lagi obat-obat sialan dan istirahat tidak berguna semacam itu."

Ravika menggeleng, berusaha menahan ibunya yang hendak pergi. "Tapi, Bu.."

"Jangan menyentuhku, sialan!" Alysse menepis kasar tangan Ravika yang menyentuh lengannya. Ia tidak perduli sekalipun putrinya itu meringis kesakitan. "Jauhkan tangan kotor mu dariku." Telunjuk nya terangkat di depan wajah Ravika yang murung. "Kau sudah tidak menghasilkan uang dengan cara yang ku mau. Aku tidak mengatur mu lagi, jadi jangan pernah ikut campur dengan urusanku lagi, apapun itu!"

Ravika menunduk. Berusaha menahan air mata yang hendak keluar dari mata memerahnya.

Bukan bermaksud menuntut atau apapun, tetapi seperti inikah perlakuan ibunya setelah Ravika selalu mencurahkan perhatian dan kasih sayang selama ini?

"Urusi saja hidupmu yang menyedihkan itu.." Perkataan menusuk Alysse layangkan sebelum pintu rumah di tutup dengan begitu kasar, menciptakan debuman suara keras.

Tubuh Ravika meluruh di karpet beludru berwarna abu-abu itu. Ia meringkuk dengan tubuh bergetar, tidak kuasa menahan rasa sakit akibat perkataan dan perbuatan ibunya sendiri.

Sebenarnya apa yang salah dari dirinya? Apakah Ravika melakukan kesalahan yang tidak bisa termaafkan? Tetapi apa?

Tangan Ravika mencengkeram dress selutut yang ia kenakan. Wanita itu mencoba menahan isak tangisnya yang hendak tumpah begitu saja, Ravika tidak mau menangis lagi, tidak mau.

Sudah cukup waktu yang terbuang dan air mata yang ia keluarkan untuk menangisi perbuatan Alysse selama ia bernafas di bumi ini, sekarang Ravika harus belajar untuk bisa menerimanya dengan lapang dada.

Ia harus bisa terbiasa dengan semua hal menyakitkan tentang ibunya.

Bagaimanapun Alysse adalah ibu kandungnya, ibu yang melahirkan serta membesarkannya, walaupun tanpa cinta dan kasih sayang.

Suara ponsel yang berdering membuat Ravika menoleh dan menatap ponselnya di atas sofa. Wanita itu menghapus air mata yang masih mengalir di pipinya dan segera mengangkat panggilan.

"Selamat pagi, sayang." Sapaan hangat itu membuat senyum di wajah Ravika perlahan timbul.

Ia mencoba menahan isak tangisnya dan segera menjawab. "Selamat pagi, Lei."

Wild Butterfly [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang