22. Pressure

18.5K 913 17
                                    

"Siapa namamu?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Siapa namamu?"

Ravika menatap mata pria berkisaran usia 59 tahun itu dengan ragu. "Ravika Estelle, Sir."

Pria itu tertawa pelan. "Jangan memanggilku seperti itu, Nak. Panggil saja Paman."

"Ba--baik, Paman."

"Kau sangat cantik, Ravika."

Ravika menundukkan kepalanya. "Terima kasih, Paman."

Pria paruh baya yang Ravika lihat sedang berbicara dengan Leionelle di lorong rumah sakit saat itu memang benar adalah pamannya.

Dan mengejutkannya lagi pria itu adalah pemilik rumah sakit dimana saat ini ibunya tengah di rawat.

Oleh karena itu Ravika cukup segan ketika Paman Leionelle yang mengobatinya langsung.

Leionelle yang tengah terdiam melihat Pamannya mengobati luka di kaki Ravika ikut terkekeh. Merasa lucu dengan tingkah Ravika yang menunduk sambil memainkan jari jemari nya.

"Sudah selesai,"

"Terima kasih, Paman.. Emm.."

Senyuman di wajah paruh baya itu semakin melebar dan mampu menghangatkan dada Ravika.

"Walton Archiles. Kau bisa memanggilku Paman Walton."

Ravika mengangguk. "Terima kasih sudah mengobati ku, Paman Walton."

"Sama-sama, Ravika."

Ravika menatap Leionelle yang kini menaikkan sebelah alisnya. Terlihat menyebalkan di mata Ravika.

"Leionelle.." Ravika berbisik dengan tangan yang di goyangkan, seolah meminta Leionelle menghampirinya.

Ia cukup canggung dengan keberadaan Paman Walton di sebelah nya.

"Berhenti mengganggunya, Leionelle." Tegur Paman Walton dengan senyum yang tidak luntur.

Leionelle tertawa seraya berjalan menghampiri Ravika. Pria itu duduk di sisi kanan, dan turut mengusap kaki wanitanya.

"Masih terasa perih?"

Ravika menggeleng. "Tidak."

"Luka memerahnya akan hilang besok. Kau tidak perlu khawatir, Leionelle." Ujar Paman Walton sambil berjalan menuju kursi kerjanya.

"Baguslah." Tambah Leionelle. "Kau bisa berjalan sendiri? Atau ingin aku gendong lagi?"

Spontan Ravika menggelengkan kepalanya. "Aku bisa berjalan sendiri."

Leionelle membantu Ravika berdiri dengan tangan yang melingkar di pinggang wanita itu.

"Paman, terima kasih. Aku akan mengantarkan Ravika terlebih dahulu."

Ravika melepaskan tubuh Leionelle. "Aku bisa sendiri, Leionelle. Kau tidak perlu mengantarkan ku."

"Tidak bisa." Tentu saja hal itu di tolak mentah-mentah oleh Leionelle. Jangan harap ia akan membiarkan Ravika berjalan sendiri menuju ruangan ibunya di saat kaki wanita itu terluka.

Wild Butterfly [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang