"Adel dipanggil Pak Arlan tuh."
Adel menoleh malas kearah Revin. Cowok itu datang membawa informasi menyebalkan. Yang membuat Adel heran, kenapa selalu dia yang dipanggil? Memangnya tidak ada orang lain? Bukan masalah jalan wira-wiri, tapi masalah sikap Arlan yang menyebalkan.
"Ada apa, Pak?" tanya Adel saat sampai diruangan Arlan.
Ternyata cowok itu tidak sendiri. Ada seorang perempuan yang berdiri didepan mejanya dengan membawa sebuah kotak bekal mungil.
"Pakaikan saya dasi." ucap Arlan sambil menyodorkan dasinya kearah Adel.
Gadis itu melongo. Kan ada perempuan lain juga diruangan ini, kenapa Arlan malah menyuruhnya?
"Loh? Kan ada aku, Lan. Kok kamu malah nyuruh dia, sih!?" protes wanita itu.
Arlan memutar bola mata. "Terus apa hubungannya?"
"Kan kamu bisa minta tolong sama aku, aku kan pacar kamu, Arlan!"
Arlan berdiri. "Anda bukan pacar saya. Bahkan saya tidak mengenal anda sebelumnya!"
Adel yang tidak mau melihat perdebatan buru-buru meraih dasi dari tangan Arlan dan melingkarkannya di kerah baju cowok itu. Arlan masih menatap sinis kearah wanita yang sekarang melotot kearah Adel itu.
"Heh! Lancang banget ya!?" wanita itu menarik tangan Adel.
Hingga gadis itu oleng dan jatuh ke lantai. Dia meringis merasakan pantatnya nyeri karena menyentuh lantai dengan kerasnya.
"Del, ada yang sakit?" buru-buru Arlan membantu karyawatinya berdiri.
"Enggak, Pak. Saya kebal."
Setelah Adel berdiri, Arlan kembali menatap wanita itu dengan tatapan penuh emosi. Sementara Adel masih merapikan bajunya yang kusut gara-gara wanita itu.
"Keluar dari ruangan saya! Saya paling tidak suka melihat sampah berserakan!" bentak Arlan dengan tatapan dingin.
Membuat wanita itu dan juga Adel ikut terkejut. Adel melirik kearah Arlan. Selama dia bekerja disini belum pernah dia melihat cowok itu berbicara dengan nada membentak. Biasanya hanya marah dengan sedikit unsur guyonan.
"Arlan, kamu ngusir aku?" tanya wanita itu tak percaya.
"Pergi." ucap Arlan tak terbantahkan.
Wanita itu menatap Adel sinis sebelum keluar dari ruangan Arlan. Tinggal Adel yang memasang raut kikuk karena melihat Arlan masih mencoba mengatur emosinya.
"Pak saya lanjut kerja, ya?" ucap Adel canggung.
Arlan berdehem pelan. Lalu duduk dikursi kebesarannya sambil memijit pelipis pelan. Adel yang melihat itu mengurungkan niat keluar dari ruangan bosnya.
"Bapak mau saya ambilkan teh?" tawar Adel.
Membuat Arlan mendongak, lalu mengangguk pelan dengan bibir mengatup rapat.
"Baik Pak, tunggu sebentar." Adel berjalan keluar.
Cowok itu menatap kepergian Adel dengan tatapan mata bingung. Kesambet apa karyawatinya yang satu itu hingga rela menawarkan teh pada Arlan?
•••
Adel kembali tidak hanya dengan segelas teh. Melainkan juga kotak P3K untuk mengobati luka bakar Arlan yang kemarin, sekaligus mengganti perban cowok itu. Diobatinya luka bakar Arlan hati-hati, cowok itu tidak berusaha sok kuat. Beberapa kali dia memekik kesakitan.
"Tahan, Pak. Lagian ceroboh banget kemarin." omel Adel.
Arlan diam, menatap karyawatinya dari dekat membuat tubuhnya merasakan sebuah gejolak aneh yang tidak bisa dia artikan apa.
"Em.. Del. Kamu bisa merawat bocah?" tanya Arlan tiba-tiba.
Adel mendongak. "Bisa, Pak. Kenapa?"
"Besok bisa bantuin saya ngerawat bocah? Kebetulan besok saya mau rapat lama." jelas Arlan.
Gadis itu membalas dengan anggukan kepala pelan. Dia sih bisa-bisa aja ngerawat bocah, tapi tergantung bocahnya juga. Kalau bandelnya minta ampun, Adel lebih baik menyerah deh.
"Memang anak siapa, Pak?" tanya Adel sambil mengoleskan salep ke luka Arlan.
Arlan meringis kesakitan. "Anak saya."
"ADUH!"
"ANAK BAPAK!?"Keduanya memekik bersamaan. Adel memekik karena kaget dengan jawaban Arlan. Sementara Arlan memekik karena tangannya yang luka diremat kuat oleh Adel.
"Bapak kapan nikah!?" tanya Adel tak percaya.
Arlan buru-buru menutup mulut gadis itu. "Jangan keras-keras, saya nggak mau ada orang dengar."
Adel menghempaskan tangan Arlan dari mulutnya. Lalu menatap cowok itu menyelidik dengan tatapan geli bercampur takut.
"Jangan-jangan bapak--"
"Hust! Jangan berpikir macam-macam. Dia anak angkat saya, saya belum pernah menikah sama sekali!" jelas Arlan buru-buru. Takut Adel akan salah paham.
Namun bukan Adel kalau langsung percaya begitu saja. Dia masih setia dengan tatapan penuh selidik. Menyorot ke Arlan seolah cowok itu ketahuan maling ayam tetangganya.
"Ibunya cewek yang tadi ya, Pak?" tanya Adel ngawur.
Arlan mengacak rambut frustasi.
"Bukan gitu, Del!"
To be continued..
Yang masih setia mantengin lapak ini mana suaranya??📢📢
Makasih banget❤
Loly bukan apa-apa tanpa kalian😭
Semoga kalian masih terhibur ya sama cerita Pak Arlan dan Adel✨
See you next part!
KAMU SEDANG MEMBACA
Amour Fate | Takdir Cinta| Lengkap✔
Humor"Kok nama kontak saya ada setannya, Del?" Arlan menambahkan saat tidak sengaja melirik layar ponsel Adel. Gadis itu langsung melempar senyum. "Iya, karena bapak itu sikapnya haluuuss banget. Setan kan makhluk halus..." "JADI BAPAK ITU MASUK KATEGORI...