PART 6. Bundaaa!

12.8K 1K 23
                                    

"DEL! BANGUN TA! KAMU ITU ANAK GADIS BANGUNNYA SIANG!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"DEL! BANGUN TA! KAMU ITU ANAK GADIS BANGUNNYA SIANG!"

Adel melenguh, menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut tebal. Ini hari Sabtu, jadi biarkan Adel menikmati tidur panjang tanpa harus memikirkan pekerjaan sehari saja. Apalagi otaknya mendadak memutar pada memori saat Kina bermain bersamanya.

Gadis itu langsung duduk dengan mata setengah terpejam. "Pasti Kina kekurangan kasih sayang. Makanya jadi ketus gitu."

Tok.. Tok.. Tok..

"Turun kebawah, Del! Ini loh ada tamu!" suara Alana kembali menggema.

Adel malas-malasan turun dari kasur. Lalu berjalan keluar kamar dengan sempoyongan, menuruni tangga sampai beberapa kali hampir terpeleset. Wajahnya masih sembab karena mengantuk.

"Mana tamunya?" tanya Adel, matanya terpejam.

Tidak sadar kalau dua tamunya menatap gadis itu dengan tatapan geli menahan untuk tidak tertawa. Alana yang melihat itu menepuk jidatnya pelan, gimana caranya dapet pacar kalau Adelnya kaya begitu?

"Bundaaa!" pekik Kina, dia berlari menghampiri Adel.

Adel spontan membuka matanya, terkejut melihat kehadiran Kina. "Iya, nak?" balasnya, membuat Alana dan Arlan tertawa pelan. Terdengar aneh kalau Adel memanggil Kina seperti itu.

Beda lagi dengan isi pikiran Adel.

Eh?

Tunggu, dia tadi manggil gue apa?

Bocah itu memeluk kaki Adel erat seolah tidak mau melepaskannya. Adel yang belum sepenuhnya sadar hanya diam, mencoba mencerna ini semua. Bayangkan kalian ada diposisi Adel. Bangun tidur langsung disuguhi kejadian menganehkan.

"Maaf ya, Kina kemarin galak sama Bunda." ucap Kina.

Adel buru-buru berjongkok, menyejajarkan tingginya dengan Kina. Bocah itu nampak berseri menatap Adel dari dekat.

"Tante ini bukan Bundanya Kina. Tante ini--ADUH!" ucapan Adel terpotong karena Alana menendang kaki anaknya itu.

"Iya ini Bundanya Kina sayang." tutur Alana. "Terus ini Oma Alana, oma-nya Kina. Sekarang keluarga Kina banyak." ucap Alana sambil mengelus puncak kepala bocah itu.

"Yeee! Kina seneng banget deh! Tadinya Kina nggak punya Oma. Ya kan, Yah?" tutur bocah itu pada Arlan.

Membuat Adel menoleh bingung pada cowok itu. Tidak punya Oma? Apa maksudnya?

"Yaudah, kita sarapan dulu, yuk! Biar Bunda ngobrol dulu sama Ayah." Alana mengajak Kina ke dapur.

Meninggalkan Adel yang diam mematung masih dengan posisi berjongkok menatap Arlan yang berdiri dengan outfit santainya. Hingga teguran dari cowok itu membuat Adel spontan berlari menuju kamar dengan wajah memerah menahan malu.

"Kamu ngapain, Del? Berak?"

•••

"Jadi nak Arlan ini belum punya pacar, ta?"

Alana menyenggol-nyenggol lengan putrinya yang sedang memasang wajah cemberut. Menyebalkan, dia hanya diam disini sambil mendengar perbincangan kedua orang tuanya dengan Arlan. Cowok itu cepat sekali akrab dengan orang tua Alana.

"Belum, Tante."

"Apa ndak ada niat cari istri gitu? Udah dua puluh delapan loh. Kasihan Kina pengen punya Bunda." tutur Alana.

Arlan tersenyum. Terasa seperti Mamanya mengingatkan agar dia segera menikah. Terakhir dia mendengar ucapan itu tiga tahun silam. Saat Mamanya masih sering memanjakannya.

"Saya masih nyaman sendiri, Tan." balas Arlan kikuk.

Alana nampak kecewa. Namanya emak-emak ya pasti kalau tanya begitu, artinya mau dicomblangin sama anaknya.

"Kamu hebat loh bisa mendirikan perusahaan sendiri. Nggak kaya anak saya, pemalas sekali. Kalau nggak disuruh kerja, pasti tiap harinya cuma tidur, baca novel, sama nonton Drama Korea." jelas Dean sambil melirik putrinya yang melotot tidak terima aibnya diumbar.

"Pasti Papanya bangga banget, ya?" tambah Alana.

Sontak Arlan melempar senyuman kikuk. Papanya bangga? Bahkan Arlan saja tidak bertemu dengan Papanya sejak sepuluh tahun lalu. Terakhir saat hari kelulusan SMA-nya.

"Oma, Opa. Ayo ikut Kina main didepan!" bocah itu menarik tangan Alana dan Dean antusias.

"Iya-iya, aduduh. Sayangku." balas Alana sambil mengikuti tarikan Kina. Begitu juga Dean yang ikut keluar.

Meninggalkan Adel dan Arlan yang menatap kepergian tiga orang itu dengan tatapan sendu. Adel tau kalau Papa dan Mamanya sangat menyukai anak kecil. Keduanya adalah tipe orang tua yang sangat memanjakan anaknya. Sampai Adel jadi tidak tau diri dan terus semedi didalam rumah tak mau keluar.

"Keluarga kamu hangat sekali, ya?" tutur Arlan.

Adel menoleh. "Ya, walaupun Papa sama Mama kadang nyebelin, saya sayang sama mereka. Saya masih bersyukur karena Allah memberi waktu dan kesempatan pada saya untuk berusaha membahagiakan mereka."

Arlan mengangguk dengan rahang mengetat berandai jika keluarganya juga bisa seperti itu. "Kamu harus lakukan itu. Sayangi terus mereka."

"Penyesalan baru datang saat kamu kehilangan semuanya."

Adel menatap cowok yang sedang mengamati keluar rumah itu, menatap Kina yang sedang asik bermain. Arlan seperti menyimpan sebuah luka yang dia pendam sendiri.

"Bapak punya cita-cita?" tanya Adel dengan senyuman tipis.

Arlan mengangguk.

"Membangun keluarga yang bertahan selamanya."

To be continued..

Ada apa dengan Arlan?😥

Kepo?
Terus pantengin sampai part akhir!
See you tomorrow!

Amour Fate | Takdir Cinta| Lengkap✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang