Arlan merasa bersalah karena membuat Adel salah paham kemarin, perempuan itu terlihat menghindarinya saat di kantor. Menegur sapa seperlunya saja tanpa senyuman. Bahkan saat dipanggil ke ruangan Arlan, gadis itu cepat-cepat pergi jika tugasnya selesai.
"Kamu bisa kasih ini ke Adel, Vin?" tanya Arlan pada Revin yang dia suruh datang ke ruangannya.
Revin menatap Bosnya itu penuh tanda tanya, namun tak urung kepalanya mengangguk dan dia menerima cokelat Silverking dari Arlan.
"Dalam rangka apa nih, Pak? Perasaan valentine udah kelewat lama." tutur Revin sambil menutup mulut dengan telapak tangan.
Arlan menggaruk tengkuk. "Cepat kamu kasihkan saja!"
"Tenang Pak, saya dukung kok." Revin nyengir sambil mengacungkan kedua jari membentuk peace.
Arlan mendengus. "Dukung apa? Kamu pikir saya lagi ikut pemilu?"
"Buruan pergi sana!" usir Arlan.
Revin keluar dari ruangan Arlan sambil mesam-mesem mengingat kisah antara Adel dengan bosnya itu. Kentara sekali kalau mereka memiliki sesuatu yang spesial. Apalagi kemarin Adel tidak masuk kerja kompak dengan Arlan yang juga tidak hadir.
Cowok itu menghampiri Adel yang sedang memijit tumitnya sambil sesekali meringis.
"Kenapa tuh, Sis?" tanya Revin cemas.
Adel menggeleng pelan. "Kayaknya keseleo dikit."
Revin melotot. "Bahaya itu Sis, gue panggilin Pak Arlan, ya?"
"Ehh! Nggak us--"
"PAK! PAK ARLAN! ADEL KESELEO PAK!"
Adel menutup wajahnya dengan telapak tangan saat melihat Arlan datang terburu-buru dengan raut wajah cemas. Sementara Revin mengedipkan sebelah matanya, seolah berujar 'good luck' melalui tatapan matanya.
"Sakit, Del?" Arlan berjongkok didepan gadis itu.
"E-ehh! Nggak usah, Pak." Adel mendadak merasa tidak enak.
Arlan menghembuskan nafas pelan, perlahan dia mencopot high heels yang Adel pakai. Lalu mengambil minyak yang dipegang Adel, memijit pergelangan kaki gadis itu pelan dan lembut setelah mengolesinya dengan minyak urut.
"Maaf kalau ucapan saya kemarin membuat kamu marah, Del." tutur Arlan.
Adel diam memandangi kakinya yang dipijit Arlan.
Cowok itu mendongak, pandangan matanya langsung bersitatap dengan Adel yang kebetulan menunduk.
"Tapi soal pertanyaan itu...saya serius, Del."
•••
Saya sudah boleh mencintai kamu?
Udah keren belum, Del?
Pertanyaan mana yang Arlan maksud diantara kedua itu? Kaki Adel berangsur membaik, namun gantian kepalanya yang cenat-cenut karena memikirkan tingkah aneh Arlan. Walaupun Adel tidak menyukainya, tapi yang Arlan lakukan seolah sedang menarik ulur perasaan Adel.
"Au ah! Gue nggak ngerti!" Adel menghela nafas frustasi.
"Cinta itu memang menyusahkan, Del." tutur Revin yang sejak tadi mengamati sikap Adel sambil menopang dagu.
Adel melotot. "Cinta pale lo! Gue cuma--"
"Sttt.. Diam, nikmati, dan rasakan. Kalau udah tau perasaan apa itu, lo bisa kasih tau gue." potong Revin dengan santainya.
Gadis yang menjadi bahan bullyan cowok itu hanya mendengus keras sambil mencengkeram botol minumannya erat.
"Tadi pagi lo makan nasi basi lagi ya, Vin?" tanya Adel. Dia rasa otak Revin kekurangan gizi.
"Yaelah say! Gue bukan bakteri kalik. Masa makanannya nasi basi mulu!" dumel cowok itu dengan nada kesal.
"Lagian nasi basi banyak kuman-kuman kamseupay!" tambah cowok itu sambil bergidik ngeri.
Adel ikut bergidik, bukan karena membayangkan nasi basi, namun karena geli mendengar cara bicara Revin. Cowok itu terkadang membuat dia merinding karena gaya bicaranya. Adel sampai lupa kalau Revin ini masuk ke jajaran kaum Adam.
"Vin, lo ganteng, deh." tutur Adel.
Revin mendelik. "Apa!?"
"Enggak, lo cantik." ralat gadis itu.
Revin langsung mesam-mesem kesenangan. "Awww.. Makasih!"
"Gendeng!" seru Adel.
Revin ikut terkekeh pelan lalu dia duduk disamping Adel. Menarik kepala gadis itu dan menyenderkan di pundaknya. Adel hanya menurut tanpa berniat melawan.
"Capek, kan? Lo tidur aja." ujar Revin.
Adel bergumam pelan. "Makasih."
Namun baru beberapa saat memejamkan mata, suara penuh dengan nada otoriter dan juga perintah mendengung di gendang telinganya. Membuat gadis itu terpaksa membuka mata.
"Ini jam bekerja, bukan malah tidur."
To be continued…
KAMU SEDANG MEMBACA
Amour Fate | Takdir Cinta| Lengkap✔
Humor"Kok nama kontak saya ada setannya, Del?" Arlan menambahkan saat tidak sengaja melirik layar ponsel Adel. Gadis itu langsung melempar senyum. "Iya, karena bapak itu sikapnya haluuuss banget. Setan kan makhluk halus..." "JADI BAPAK ITU MASUK KATEGORI...