PART 57. Aku Boleh Jujur?

5.3K 507 18
                                    

"Boleh aku jujur?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Boleh aku jujur?"

Adel berujar lirih dengan wajah memerah. Arlan yang masih diam dengan menggenggam tangan gadis itu sontak menganggukkan kepalanya beberapa kali. Gadis itu ikut tersenyum, lalu berujar dengan nada mirip seperti cicitan.

"Aku selalu nungguin Mas kembali."

Arlan tertegun. "Sampai berapa lama kamu menunggu saya?" tanya cowok itu.

Adel mengendikkan bahu. "Sampai aku lelah dan memutuskan untuk berhenti?"

Cowok itu mengucap syukur pada Tuhan didalam hati. Karena ternyata hati Adel masih terbuka untuknya.

"Kalau saya bilang 'ayo mengulang semua dari awal' kamu mau?" tanya Arlan lembut.

Adel menggeleng. "Enggak."

Senyuman Arlan langsung memudar. Apakah itu artinya penolakan? Namun melihat senyuman Adel yang tulus dan tatapan mata geli gadis itu membuat keningnya mengernyit. Mencoba menerka.

"Aku nggak mau mengulang, tapi aku maunya membuat cerita baru sama Mas. Sebagai perempuan dan laki-laki, bukan bos dan karyawati." tutur Adel sambil tertawa pelan melihat wajah cemas Arlan yang terlihat imut.

Cowok itu menghembuskan nafas lega sambil ikut tertawa pelan. Adel pintar membuat dia khawatir. Apalagi saat Arlan mendengar berita Satrio meninggal, dia cemas Adel akan melakukan hal-hal yang bisa membahayakan dirinya sendiri.

"Hujannya udah berhenti." tutur Adel sembari mendongakkan kepala menatap langit.

Arlan mengangguk. "Saking fokusnya melihat wajah kamu, saya sampai lupa sama dunia."

•••

"Loh? Arlan? Masih disini?"

Dean yang baru saja pulang membeli makanan burung heran melihat Arlan masih dirumahnya. Padahal waktu sudah menunjukkan pukul delapan malam. Pria paruh baya itu memikirkan bagaimana Kina dirumah sendirian.

"Iya, Om. Masih gerimis, saya kan kesini naik motor." balas Arlan sambil tersenyum.

Pria itu mengangguk maklum. "Terus Kina? Apa nggak kasihan dirumah sendiri?"

Arlan menggaruk tengkuk. "Kina--"

"Kina ikut sama ibu kandungnya, Pa. Cuma sesekali aja ngunjungin Mas Arlan." potong Adel yang datang membawa segelas kopi.

Dean berjengit kaget mendengar jawaban Adel sekaligus panggilan yang Adel sematkan untuk Arlan. Sejak kapan berubah?

"Manggilnya udah Mas-Mas an aja, nih?" pria itu menaik-naikkan alisnya.

Adel membuang muka. Mendorong punggung pria itu agar masuk kedalam dan tidak terus-terusan menggodanya nanti. Sementara Arlan hanya bisa meringis menahan rasa malu. Adel terus mendorong pria itu sampai ke dapur.

"Iya-iya, Del. Yang mau berduaan sama Masnya." goda Dean.

Adel memberengut. "Paa! Jangan rese ih!"

"Kalian jangan macem-macem, loh." peringat Dean serius.

Gadis itu malah semakin kesal. "Macem-macem apa sih, Paa?"

Pria itu terkekeh gemas melihat wajah cemberut putrinya. "Nggak boleh nyosor-nyosor, pegang-pegang, dan juga peluk-peluk!" titah Dean tidak mau dibantah.

Adel mengangguk jengah. "Iyaa Papaa!"

Pria itu mengacak puncak kepala Adel pelan. Lalu berujar dengan nada jahil dan raut wajah tengil.

"Yaudah, buruan disamperin Masnya, udah sama-sama kangen pasti."

Adel mendelik. "PAPAAA!"

•••

"Kamu pernah ingin menyerah saat gadis senja saya datang, Del?"

Adel membalas pertanyaan Arlan dengan anggukkan kepala walau matanya menatap bingung kenapa Arlan mempertanyakan itu. Apakah cowok itu sudah menemukan gadis senjanya yang asli? No! Adel masih terlalu takut ditinggal lagi.

"Kamu ikhlas?" tanya Arlan lagi.

Kali ini Adel menggeleng. "Paling jujur dari dalam hati, aku nggak ikhlas banget, Mas."

Arlan terkekeh. "Oh iya? Kenapa?"

"Ibaratnya. Aku yang ajarin Mas menulis, tapi dia yang Mas ajak untuk membuat kisah." balas Adel kesal. "Kan ngeselin banget."

Arlan tertawa, hendak mencubit pipi Adel karena gemas. Namun saat melihat dua pasang mata memperhatikannya dengan tajam, tangan cowok itu mengambang di udara dan menampar pipinya sendiri. Berusaha sadar agar tidak di cap buruk calon mertua.

"Kalau Mas sendiri? Gimana rasanya waktu aku nolak datang ke bandara waktu Mas mau berangkat ke Bali?" tanya Adel.

Cowok itu berpikir. "Mau jawaban jujur atau setengah jujur?"

"Jujur, dong!" jawab Adel cepat.

Arlan memasang wajah serius. "Rasanya tuh, Del. Saya kaya kehilangan arah, nafas saya susah, nyawa saya hilang separuh--"

"Kok bisa nyawa hilang separuh!?" potong Adel bingung.

Arlan tersenyum. Puas karena Adel berhasil masuk kedalam jebakan batman yang dia buat. Kemudian dia menjawab.

"Iya, kan separuhnya ada di kamu."

To be continued..

Sa ae Pak Arlan🤣
Spam vomen!
Hari ini satu part dulu ya :(
See you tomorrow!

Amour Fate | Takdir Cinta| Lengkap✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang