Brak!
Adel terlonjak, lalu mengelus dada kaget saat melihat dua box ayam ditaruh diatas mejanya dengan semangat. Gadis itu mendongakkan kepala, melihat Arlan yang tersenyum manis kearahnya. Cowok itu memberikan senyuman paling manis yang belum pernah Adel lihat.
"Makan dulu, Del. Lapar, kan?" tutur Arlan.
Gadis itu mengangguk kagok. "Makasih, Pak."
"Yasudah, silahkan makan."
Adel menganggukkan kepala lalu meraih plastik itu. Namun gerakan tangannya terhenti saat Arlan menarik kursi yang berada didepannya. Cowok itu meraih satu box ayam lalu membukanya dengan semangat. Adel yang melihat itu mengerutkan kening.
"Bapak ngapain disini?" tanyanya.
Arlan mendongak bingung. "Kamu rabun berapa, Del?"
Adel mendengus. "Maksud sayaa.. Kenapa makannya harus disini?"
"Loh? Memang tidak boleh? Ini meja yang beli saya loh."
Adel menghirup nafas dalam-dalam kemudian meraih satu box lain yang masih berada didalam plastik. Membukanya dengan perlahan hingga aroma ayam geprek menguar dari dalam box itu. Dia melirik Arlan yang sudah lahap makan.
Gemesin juga kalau makan, batin Adel sambil tersenyum tipis.
"Kamu nanti pulang naik apa, Del?" tanya Arlan.
Adel tersadar dari lamunannya. "Ojol, Pak."
"Sayang uang kamu, nanti saya antar saja sampai rumah." tutur Arlan, membuat Adel tersedak ayam geprek yang dia makan.
"Uhuk-uhuk!"
Cowok itu dengan sigap mengambil botol minum dari plastik lalu membukakan tutupnya dan menyodorkannya kepada Adel. Gadis itu menerima dengan pikiran bingung. Kenapa Arlan mendadak perhatian begini? Apa cowok itu habis menang lotre?
"Nggak usah, Pak. Saya--"
"Saya sekalian mau bertemu Papa kamu." potong Arlan.
Adel mengerutkan kening. "Mau ngapain?"
"Ngelamar kamu."
"Uhukk-hmphh!"
Kali ini gumpalan nasi yang belum sempat dia kunyah langsung tertelan begitu saja memasuki kerongkongan membuat Adel hampir muntah kalau dia tidak membekap mulutnya. Gadis itu langsung menenggak air mineral sampai tandas.
Arlan terkekeh. "Urusan perusahaan, Del."
Gadis itu menganggukkan kepala pelan. Kemudian kembali fokus dengan makanannya, mencoba meredam detak jantungnya yang terus membabi buta.
"Memangnya.."
Arlan menggantung ucapannya, Adel mendongakkan kepalanya bingung.
"Kamu mau kalau saya lamar beneran?"
•••
"Makasih, Pak. Udah anterin saya."
Arlan menganggukkan kepalanya, dia menaruh tangan kanannya diatas kepala Adel. Membuat gadis itu diam membeku dengan manik matanya yang membesar. Cowok itu mengacak puncak kepala Adel sambil melempar senyuman lebar.
"Selamat malam. Mimpi indah, ya." tutur Arlan.
Adel langsung cegukan ditempat. "Bapak-hik! Nggak mau mam-hik-pir dulu? Katanya mau kete-hik-mu sama Papa?"
Arlan tertawa pelan. "Besok saja ya, saya nanti mampir bareng bapak penghulu."
"Penghulu?"
"Iya, buat nikahin kamu." jawab Arlan ngasal.
Plak!
Dengan kekuatan penuh Adel menepuk lengan cowok itu hingga menimbulkan bunyi yang cukup keras di indra pendengaran. Arlan mengusap lengannya yang terasa panas. Dia meringis pelan, Adel memang benar-benar galak.
"Yasudah, saya pulang ya? Jangan rindu."
Cowok itu buru-buru berlari saat Adel sudah mengangkat tangan kanan hendak menampol lengannya lagi. Cowok itu tertawa saat sudah sampai didalam mobil. Dia membuka jendela setengah dan nyengir kearah Adel.
"Makasih, Del. Lain kali saya anterin kamu pulang lagi, ya?" tutur Arlan.
Adel melongo. "Tapi Pak--"
"Assalamualaikum!" potong Arlan dengan nada semangat.
"Waalaikumsalam!" jawab Adel spontan.
Mobil itu melaju meninggalkan Adel yang berdiri sendirian dipinggir jalan. Dia menatap mobil yang semakin menjauh itu dengan sorot mata bingung sekaligus penuh selidik. Tidak biasanya Arlan bersikap sangat manis. Cowok itu benar-benar mencurigakan.
•••
"Ayah udah pulang!?"
Kina langsung berlari menubruk sang Ayah. Memeluk pria dua puluh delapan tahun itu dengan erat. Arlan yang gemas menciumi puncak kepala Kina sembari mengangkat tubuh mungil gadis itu kedalam pelukannya. Dia sangat menyayangi Kina.
"Kina laper nggak?" tanya Arlan.
Bocah itu mengangguk. "Laper banget, Yah."
"Mau makan apa? Khusus hari ini semua yang Kina mau akan Ayah turuti." tutur Arlan.
Kina mengerjapkan mata lugu. "Kenapa Ayah begitu?"
Pertanyaan polos yang terlontar dari bibir mungil Kina membuat Arlan tersenyum sembari mendudukkan Kina di sofa ruang tamu. Cowok itu duduk disamping Kina, lalu menjawab dengan senyuman lebar yang terpatri diwajahnya.
"Karena Ayah lagi seneng."
To be continued…
KAMU SEDANG MEMBACA
Amour Fate | Takdir Cinta| Lengkap✔
Humor"Kok nama kontak saya ada setannya, Del?" Arlan menambahkan saat tidak sengaja melirik layar ponsel Adel. Gadis itu langsung melempar senyum. "Iya, karena bapak itu sikapnya haluuuss banget. Setan kan makhluk halus..." "JADI BAPAK ITU MASUK KATEGORI...