"Ini jam bekerja, bukan malah tidur."
Adel membuka matanya, menatap Arlan yang diam dengan wajah dingin, tidak ada senyuman diwajahnya. Hanya tatapan mata sinis yang membuat Revin merinding. Cowok berkulit putih bersih itu dengan memaksa menarik kepala Adel agar tidak menyender pada Revin.
"Apa-apaan sih, Pak!?" pekik Adel tidak terima.
"Lihat ini! Kamu ngetik kaya gini aja kok nggak becus!?" Arlan melempar map yang baru Adel antarkan tadi pagi keatas meja.
Dengan cepat Adel meraih map itu, matanya menatap Arlan dengan aura permusuhan dan disaksikan Arlan langsung. Dia meneliti isinya secara seksama, namun tidak menemukan kejanggalan disana.
"Nggak ada yang salah, Pak!" protes gadis itu.
Arlan melotot. "Ada Adel! Itu kenapa nama saya berubah jadi Arman!? Arlan, Del! A-R-L-A-N pakai L!" tutur Arlan menggebu-gebu.
Revin yang tidak mau terkena peluru nyasar memutuskan untuk mundur alon-alon dari medan perang. Adel dan Arlan memang tidak akan pernah akur, satu perusahaan tau bagaimana kedua orang itu membuat satu gedung mumet karena perkelahian mereka.
"Pak! Jari saya meleset, saya ngantuk gara-gara tadi malam pulang larut asal bapak tau!" Adel berujar dengan nada sinis.
Arlan terdiam, menatap karyawatinya yang terlihat sangat emosi itu. Tangannya yang mengepal perlahan melemas. Menyadari kalau Adel pulang larut karena salahnya juga. Dia berujar dengan nada tenang sebelum pergi meninggalkan Adel.
"Yasudah, kamu istirahat saja. Jangan sampai sakit."
•••
Perempuan mana yang tidak akan salah mengartikan perhatian pria yang berlebihan pada kita? Adel juga merasa begitu, setelah sekian lama dia jomlo, ada orang yang kembali menaruh perhatian berbeda padanya. Adel merasakan perasaan aneh.
"Heh! Lo! Sini ikut gue!" tiba-tiba tangan Adel ditarik kuat.
Gadis itu terseok-seok mengikuti langkah orang yang menariknya karena kakinya masih sakit.
"Apa sih!?" dia menghempaskan tangan wanita yang menariknya setelah berada di tempat sepi.
Wanita itu menatap Adel dengan sorot mata tajamnya. Adel baru ingat siapa orang ini, perempuan yang ada di ruangan Arlan waktu itu. Adel tidak tau ada masalah apa sampai perempuan ini menariknya dengan kasar seperti ini.
"Lo deket sama Arlan?" tanya wanita itu.
"Namanya sekertaris sama bos ya pasti deket!" balas Adel kesal.
Wanita itu mendengus. "Gue Zara, calon istrinya Arlan."
Adel menatap wanita itu sungguh-sungguh. Calon istri? Waktu Adel membicarakan Zara didepan Arlan saja cowok itu langsung merasa kesal. Mana mungkin Zara akan menikah dengan Arlan?
"Terus apa hubungannya sama saya?" Adel bertanya dengan nada malas.
"Lo itu ngerusak hubungan gue sama Arlan!" bentak Zara.
Adel melotot. "Merusak dimananya!? Terus kalau saya nggak deket sama Pak Arlan, gimana saya mau kerja!?" balas Adel yang ikut emosi.
Zara berdecih pelan. "Ngaku aja, lo suka kan sama Arlan!?" tuturnya. "Sadar diri deh! Arlan nggak bakalan mau sama lo. Lo itu kaum rendah sementara Arlan setaranya sama gue."
Mendengar ucapan Zara membuat Adel naik pitam. Wanita itu memang pandai membuat orang lain emosi. Untuk membuat wanita itu kalah, maka Adel harus bisa mengikuti cara mainnya. Dia menyeringai tipis lalu menatap Zara berani.
"Kalau iya gue suka sama Pak Arlan. Lo takut posisi lo kegeser sama gue?" tanya Adel menantang.
Zara malah gelagapan mendengar jawaban tidak terduga yang terlontar dari mulut Adel. "Lo beneran suka sama Arlan!?"
"IYA! KENAPA!?" seru Adel dengan nada kesal.
Wanita itu melotot lebar lalu tertawa gugup. "Lo nggak akan bisa menggeser posisi gue."
Adel menutup mulutnya berpura-pura terkejut dengan raut wajah yang dia buat dramatis. Kemudian dia menatap Zara dengan sorot mata memincing. Yakin sekali wanita itu kalau Arlan akan mencintainya.
"Ups, gue takut deh. Gimana ya kalau Pak Arlan nggak suka sama gue? Apa gue harus ikhlas sumbangin ke elo aja?" tanya Adel dengan mata mengerjap polos.
Zara menggeram keras lalu menghentak-hentakkan kaki meninggalkan tempat itu. Adel tersenyum puas. Ternyata membuat wanita itu marah bukan perkara yang sulit. Zara sangat mudah terpancing emosi dan meledak-ledak.
"Heran gue. Pak Arlan kenal orang kaya gitu dari mana?" gumam Adel lirih.
Dia geleng-geleng kepala pelan.
"Tingkahnya kaya petasan banting gitu."
To be continued…
KAMU SEDANG MEMBACA
Amour Fate | Takdir Cinta| Lengkap✔
Umorismo"Kok nama kontak saya ada setannya, Del?" Arlan menambahkan saat tidak sengaja melirik layar ponsel Adel. Gadis itu langsung melempar senyum. "Iya, karena bapak itu sikapnya haluuuss banget. Setan kan makhluk halus..." "JADI BAPAK ITU MASUK KATEGORI...