Sesuai dengan janji Adel kemarin. Hari ini dia disibukkan mengurus bocah berusia empat tahun yang baru saja masuk Taman Kanak-Kanak. Beruntung gadis itu tidak rempong seperti ayahnya. Jadi Adel merasa lebih tenang dan tidak terlalu was-was.
Selisya Arkina Dafkar.
Kina nama panggilannya. Dia dan Adel sedang duduk di sofa ruangan Arlan. Cowok itu menyuruh keduanya berada disini saja, agar dia tidak bingung mencari keberadaan anaknya nanti.
"Kina pinter banget nyusun puzzle-nya, siapa yang ngajarin?" tanya Adel dengan nada ramah.
Pasalnya sejak tadi Kina sama sekali tidak mengeluarkan suara. Gadis itu hanya diam bermain puzzle dengan wajah serius. Bahkan dia tidak menghiraukan keberadaan Adel disampingnya yang mencoba menarik perhatian bocah itu.
"Ayah." balas Kina cuek.
Adel meringis. Baru pertama kali dia diketusin bocah.
"Kina sama ayah deket banget?" Adel kembali bersuara.
Kina menoleh sinis. "Tante deketin aku karena pengen disukain sama ayah, kan? Basi banget, Tan!"
Gadis itu tersentak. Kosakata Kina sangat kasar untuk anak seusianya. Siapa yang mengajari bocah ini mengucap kata-kata itu?
"Tante nggak mau deketin ayah kamu kok. Tante disini kan cuma jagain kamu." balas Adel disertai senyuman. Berusaha sabar.
Kina memanyunkan bibirnya dengan mata berkaca-kaca. "Ayah sekarang selalu sibuk sama kerjaannya. Ayah sekarang jarang main sama aku. Jangan rebut ayah dari aku!"
Adel mengelus puncak kepala gadis itu. Kemudian mengusap air mata yang mengalir ke pipi tembam Kina. Menatap bocah itu dengan tatapan teduh agar Kina merasa nyaman dengannya.
"Tante nggak akan ngerebut ayah dari Kina." ucap Adel.
Kina terisak pelan. "Tante sayang sama Kina?"
Adel mengangguk. "Sayang dong. Kan Kina udah jadi temen Tante."
Bocah itu sontak menggeleng sambil merengek keras. Menjejakkan kaki kanan dan kiri kuat hingga menendang-nendang paha Adel. Menimbulkan rasa sakit yang bukan main.
"Kina nggak mau temenan sama Tante! Nanti Tante rebut ayah!" rengeknya, lalu menangis keras.
Adel sontak kelabakan. Tidak mengira Kina bisa bersikap se bar-bar ini. Dia kira Kina adalah anak pendiam.
Ternyata bapak sama anak sama aja.
•••
Adel merebahkan tubuhnya di sofa ruang tamu. Ternyata mengasuh Kina lebih melelahkan dibanding berkutat dengan komputer dan juga kertas. Bocah itu baru mau diam saat ayahnya datang. Beruntung Arlan bisa mengerti dan tidak menyalahkan Adel.
"Mama denger, kamu ngurusin anaknya Arlan, ya?" tanya Alana, sang Mama sambil ikut duduk disamping Adel.
Adel menoleh horror. "Mama tau dari mana?"
"Arlan yang minta izin langsung sama Papa." jelas Alana.
"Minta izin?" Adel membeo.
Alana menganggukkan kepalanya antusias. "Arlan sopan banget ya, katanya 'om saya minta izin menyewa Adel sebagai ibu dari anak saya, untuk sehari saja'. Sweet banget pokoknya, Del."
Adel melongo ditempat. Sedekat apa Dean dengan Arlan? Kenapa dua laki-laki itu seakan punya komunikasi tersendiri diluar hubungan pekerjaan? Adel jadi curiga.
"Anaknya gimana, Del? Akrab sama kamu?" tanya Alana.
Adel mendengus. "Boro-boro akrab. Anaknya aja gualak banget."
Alana tertawa pelan. "Masa sih? Coba kapan-kapan bawa kesini, pasti jadi ramah kalau ketemu Mama."
•••
Sementara itu dilain tempat bocah perempuan tidak mau melepaskan pelukan pada ayahnya. Bocah itu takut sang ayah diambil oleh orang lain. Ayahnya yang mengetahui itu hanya tertawa geli sambil membalas pelukan hangat anak angkatnya itu.
"Kina kok tadi galak banget sama Tantenya?" tanya Arlan.
Kina mengerucutkan bibir kesal. "Nanti Tantenya rebut Ayah dari Kina."
"Loh? Katanya Kina mau punya Bunda? Kalau Kina galak sama Tantenya, nanti dapet Bundanya gimana?" Arlan mencoba menjelaskan perlahan agar Kina tidak terus-menerus ketus pada semua orang.
Bocah itu langsung mengerjapkan mata beberapa kali. "Tante tadi mau jadi Bundanya Kina?"
Arlan mengangguk. "Kalau Kina nggak galak-galak lagi."
Secara perlahan senyuman tersungging dibibir bocah itu. Segera dia mempererat pelukannya pada tubuh ayahnya. Arlan ikut tersenyum, dia sangat sayang pada Kina walaupun bocah ini bukan anak kandungnya. Dia mengambil Kina dari panti asuhan dua tahun silam.
"Kina sayang Ayah." cicit bocah itu.
Arlan mengelus surai tebal putrinya. "Ayah juga sayaang banget sama Kina."
"Nanti kalau udah ada Bunda. Kina jadi tambah deh temen mainnya." tutur Kina senang.
Arlan tersenyum tipis. Dua tahun ini dia sudah membuktikan kalau dia bisa menjadi seorang ayah yang baik. Tapi mampukah nanti dia menjadi suami yang baik? Jujur, dia belum siap menjadi kepala keluarga. Dia takut merusak semua, seperti apa yang dilakukan Papanya.
To be continued..
Konflik datangnya belakangan aja yaa!
Kita hepi-hepi dulu!
Sesuai ucapan Loly kemarin, dua part untuk hari inii!
Langsung next part!
KAMU SEDANG MEMBACA
Amour Fate | Takdir Cinta| Lengkap✔
Humor"Kok nama kontak saya ada setannya, Del?" Arlan menambahkan saat tidak sengaja melirik layar ponsel Adel. Gadis itu langsung melempar senyum. "Iya, karena bapak itu sikapnya haluuuss banget. Setan kan makhluk halus..." "JADI BAPAK ITU MASUK KATEGORI...