3.2 Cari si Haechan

14 6 0
                                    

Happy Reading 💚



Sesampainya di sekolah, gue langsung menuju ke tempat Haechan berada. Entah bagaimana, tapi gue kayak punya radar aja gitu. Gue tahu tempat dia biasa duduk bersama Jeno. Ya, di mana lagi kalau bukan ruang klub musik. Gue segera membuka pintu tanpa mengetuknya terlebih dahulu.

"Haechan!" teriak gue tanpa salam.

Semua yang ada di sana menoleh ke arah gue. Gak malu juga, sih. Soalnya isi ruangan itu adalah orang-orang yang gue kenal, anggota klub musik yang biasanya nongkrong sama Haechan.

"Napa teriak-teriak?" tanya Jeno sambil memasang tatapan tajam ke gue. "Kaget, tahu gak?"

Gue nyengir aja sambil agak menunduk-nunduk kepada yang lain juga di sana. Sungkan, karena sudah membuat huru-hara. "Haelminya ada?" tanya gue kepada Jeno. Plislah, di sana memang hanya ada anggota klub musiknya Haechan, tapi gue gak sebegitu kenal juga dengan mereka. Hanya sekedar tahu gitu.

"Gak ada. Dia gak ke sini dari tadi." Jawaban dari Seungmin, salah satu anggota klub, membuat gue mengangguk paham. Gue mematung  sejenak dan memikirkan tempat mana yang dikunjungi Haechan setelah datang ke sekolah selain ruangan ini. Kalau kalian jawab kelas, kemungkinannya sangat kecil. Haechan gak suka menghabiskan waktu di kelas. 

Gue menghela napas kasar. Percuma gue datang ke sini ternyata. Tiwas pegel mlayu. "Ya, udah. Hehehehe. Maaf mengganggu kalian. Jen, kalau lihat Haechan, kabari gue, ya." 

Jeno mengacungkan ibu jarinya dan memberikan senyuman lebar. Kedua matanya juga ikutan tersenyum dengan lengkukan ke bawah. Ah, si sipit itu manis banget kalau lagi mode kayak gini. 

Gue pun melangkah menjauh dari ruangan itu. Lalu, gue mendengar ada kegaduhan tak lama setelah gue pergi. Haaah, ternyata gue ganggu acara mereka. Jadi merasa bersalah. Nanti gue bakalan minta maaf lewat Jeno aja, deh.

Langkah kaki gue hanya menuju ke kelas sekarang. Otak gue masih berpikir keras, di mana kira-kira letak Haechan berada. Kalau di perpustakaan, itu kemungkinan paling akhir dan sangat buruk, sih. Boro-boro buntut Om Johnny itu ke perpustakaan, ke kelas aja ogah. Sekolah, mah, menurut dia cuma 'untuk mengisi waktu luang'. Apalagi? Dia males sekolah yang herannya, dia malah lebih bagus peringkatnya daripada gue. Gue akui itu. Haechan punya otak yang encer. Sangking encernya sampai mau meluber dari tempatnya. Mekanya kelakuan dia hampir tidak bisa dimaklumi. Kalian yang tahu ini, harap maklum aja, ya. Makasih.

"Sendiri, Fay?" Suara itu membuat gue menoleh. Suara manis nan lembut serta senggolan di bahu untuk sapaan. Saat gue menoleh, bener apa yang gue sangkakan.

"Iya." Di sebelah gue sekarang ada Kak Jungwoo yang sedang berjalan. Gak mungkin, 'kan, kalau gue berjalan dan dia ngesot.

"Kelihatan murung banget. Kenapa?" tanyanya sambil mengulum senyuman. Kayaknya Kak Jungwoo ini tipe orang yang tahu kalau dia manis dan malah mengumbar aura manisnya itu. Sebelas dua belas sama Mas Yuta, sih, yang suka banget sok keren. Iya, gue akui kalau dia memang ada kerennya tapi, ya, gak tebar pesona juga kali.

"Gak papa." Gue tersenyum tipis setelah kembali dari renungan cepat gue.

"Gak mungkin. Kamu lagi mikirin apa? Mikirin temen-temen kamu itu?"

Gue terbelalak. Astaga, gue baru inget kalau gue harus membalaskan dendam ke orang manis ini. Karena orang ini gue di-bully tadi pagi.

"Kak Jungwoo! Nyebelin!" teriak gue tiba-tiba dan menghentikan langkah.

Kak Jungwoo mengangkat kedua lengan bawahnya di depan dada dan sedikit menarik tubuhnya ke belakang. Matanya membulat. Begitu pula dengan bibirnya. Dia kayaknya kaget dengan suara gue yang tiba-tiba berubah.

Bestie Ever || HaechanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang