3.4 Ketemuan Sama Yeji

7 1 0
                                    

"Faaayyyyraaaann!!!!!"

Teriakan itu memenuhi telinga. Sebelum menoleh dengan sempurna, tubuh gue hampir limbung kalau misal gue enggak menahan berat badan yang tiba-tiba dihempaskan ke gue. 

"Jahat lo enggak ngomong dari tadi." Yeji memeluk gue dengan sangat erat. Bahkan gue hampir kehabisan napas. "Kalau lo bilang, 'kan, gue bakalan telepon ibu buat masakin lo"

"Hehehe. Gak papa. Ini juga dadakan." Gue peluk balik badan Yeji yang kelihatannya saja ramping tapi beratnya sungguh tidak bisa dikira.

Tanpa sengaja gue melihat ke belakang Yeji dan ada seorang cowok yang berdiri tak jauh dari sepeda motor. Dia tersenyum ramah ke gue. Senyuman untuk sapaan gitu. Gue pun membalas.

"Gue kangen banget." Yeji masih tak melepaskan pelukannya.

"Iya, gue juga." Tubuh kami sudah condong ke kanan dan ke kiri tak menentu.

"Udah, Ji. Kasihan temen kamu," ucap cowok itu sambil meraih tangan Yeji. Mungkin dia tahu kalau gue mulai kewalahan.

Pelukan terlepas dan gue bisa melihat mata cewek di depan gue menghilang. Senyumannya lebar. Tangannya menggenggam tangan gue. "Gimana kabar yang lain? Gue jane pengin main gitu sekali-kali sama kalian, tapi orang ini sibuk terus." Dia menunjuk cowok yang tadi.

Gue melihat wajah cowok itu. Persis seperti Yeji. Mungkin ini kembaran temen gue.

"Hyunjin. Kakak kembarnya Yeji." Cowok itu mengulurkan tangannya seraya tersenyum. Matanya tenggelam.

"Fayran. Temennya Yeji." Gue menjabat tangan dia balik. Beberapa detik gue menatap dan mengamati wajah cowok itu lagi. Beneran persis. Matanya apalagi.

"Ke sini sama siapa?" Yeji menggendeng tangan gue. Kepalanya menyender ke pundak. Manja banget memang cewek satu ini. "Haelmi?"

Gue menggeleng. "Bukan."

Yeji mengangkat kepalanya dan langsung menatap gue. "Jangan bilang lo ke sini sama Mas Taeyong ganteng? Duh, mana gue gak pakai make up yang bener."

Gue tertawa. "Mana ada gue ke sini sama Mas Taeyong. Gue ke sini aja mau beli buat Mas Taeyong."

"Terus sama siapa?"

"Kakaknya Jeno."

"Heh?!!!!"

Gue menjauhkan telinga gue dari suara cewek ini. Pengang rasanya. Belum lagi pundak gue yang ditepuk keras. Gue bahkan bisa melihat kembaran Yeji beberapa kali mau mengulurkan tangan. Mungkin dia mau menghentikan kebarbarannya si Yeji, tapi kurang cepet.

"Sejak kapan lo kenal kakaknya Jeno?" tanya Yeji yang menurut gue malah seperti orang yang menginterogasi karena setelahnya dia malah bilang, "Jangan bilang lo malah pacaran ama kakaknya Jeno. Ck, mana gak bilang-bilang." Pundak gue dipukul.

"Heh, enggak. Sama sekali enggak." Gue melirik ke Hyunjin sejenak. Sepertinya pembahasan kayak gini gak seharusnya diucapin pas ada orang lain, deh. Kan, gue jadi malu. "Kebetulan aja tadi."

Yeji tersenyum centil dan bergelayut ke lengan gue. "Heyyyy, mana ada kebetulan, kok, malah jalan-jalan sejauh ini. Gak kebetulan ini, mah." Dia menaikturunkan alisnya dengan genit.

"Beneran enggak, Yeji. Tadi kebetulan aja gue cari Haelmi tapi enggak ketemu. Terus ada kakaknya Jeno. Ya, udah gue ditemenin ke sini." Gue berusaha menjelaskan.

Yeji malah memajukan bibir bawahnya dan mengibas-ngibaskan tangannya. "Gue gak percaya. Gak bakalan percaya. Pasti lo dan kakaknya Jeno itu udah merencanakan ke sini."

Dengan berat dan kasar, gue menghela napas dalam dan mengembuskannya pelan. "Terserah kalau gak percaya. Tapi, sebenernya gue mau ngajak Haelmi ke sini. Bukan kakaknya Jeno."

Bestie Ever || HaechanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang