5.2 Kamu Wibu?

4 0 0
                                    

Gue berjalan dengan tenang melewati gerbang sekolah hingga sebuah suara memanggil nama gue dengan tidak elitnya. "Fay! Fay-ja-raaaann!!!"

Dikira gue mirip kuda apa?!

Hanya satu orang yang berani dan dengan ringan mulut memanggil gue dengan sebutan itu. Orang yang selama tiga hari ini gue hindari. Orang yang membuat gue enggak mood kalau disebut namanya. Orang yang sempat berbuat aneh dan ngambek saat tahu gue pergi sama Kak Mark. Orang yang malam itu teriak ke gue. So, sekarang? Dia panggil gue dengan seenak jidatnya pakai nama itu pula? Gue bakalan respon? Lawak!

"Kak Jungwoo!" Gue melihat sosok lelaki cakep manis itu dari kejauhan. Jauh sekali malahan. Kami berjarak tiga ruang kelas. Gue melambaikan tangan saat lelaki itu menoleh. Sip, gue bisa kabur.

Dengan langkah lima puluh ribu, gue berlarian kecil ke arah Kak Jungwoo yang menghentikan percakapannya dengan orang yang ada di depannya. Gue gak peduli mereka tadi berbicara seserius apa. Pokoknya gue enggak ketemu orang itu.

"Kenapa lari-lari, Fayran?" Kak Jungwoo memandang gue yang membungkuk dan ngos-ngosan. Aduh, dada gue sakit lagi. Sesek rasanya.

"Butuh minum?" Kak Jungwoo menyodorkan botol minum yang dia bawa.

Gue menggeleng dan menyelaraskan napas dengan baik terlebih dahulu. Gue menggeleng sambil melambai tangan, menolak tawaran Kak Jungwoo.

"Eh, Kak Sinbi. Hehehe. Pagi, Kak." Gue nyengir. Astaga, Kak Sinbi malah bersendekap dan menatap bete ke arah gue. Pasti gue bener-bener udah merusak percakapan mereka.

"Cepetan bilang ke Jungwoo ada apa. Ini kita lagi bahas soal serius." Kak Sinbi datar banget ucapannya, membuat gue kikuk sendiri.

"Ada apa, Fay?" tanya Kak Jungwoo lagi.

"Itu ...." Itu apa, anjir? Gue juga enggak tahu mau ngomong apa. Telunjuk gue teracung di udara, tergantung lama. Enggak mungkin gue bilang mau hindari orang yang panggil gue tadi. Astaga, gue harus mikir keras sekarang.

Kak Sinbi bersendekap. Dia menatap gue bete. "Mau nyapa Mas Crush doang? Bentar, ya, Fayran. Mas Crush-nya aku pinjam dulu. Kita lagi ada tugas soalnya, dan nanti dikumpulin."

Gue mengedip-ngedipkan mata bloon sambil memandang Kak Sinbi dengan tatapan tak percaya. Badan gue beku. Gue enggak berani melihat Kak Jungwoo yang kedengeran kekehannya.

"Apa? Bentar." Kak Jungwoo terkikik. "Fayran nge-crush-in Kakak? Nge-crush-in Kak Jungwoo?"

Anjir, gue ingin mengumpat rasanya. Malu pol! Kak Sinbi ada-ada aja bilangnya. Dengan sekuat tenaga, gue menggeleng. "Enggak, Kak. Bukan begitu. Aku enggak nge-crush-in Kak Jungwoo. Beneran!" Astaga, gue terlalu ngegas gak, sih? Asli, panik.

Kak Jungwoo mengulum senyumannya. "Yaaaahhh. Padahal udah berharap tadi, mah."

Mataku membelalak. Bukan kayak gini yang gue mau. Malu banget. "Ka-Kak Jungwoo kalau canda lumayan kelewatan, ya?" Gue berusaha mencairkan suasana dan mengajak Kak Sinbi berbicara.

"Enggak. Siapa yang canda. Beneran itu. Tinggal minta restu ortu, sabilah kita jalan. Tenang, aku bisa melobi Yuta." Kak Jungwoo mulutnya minta dikucir. Bikin deg-degan aja. Mana santai banget ngomongnya.

Kak Sinbi memukul pundak Kak Jungwoo dengan gulungan kertas di tangannya. "Ngardus mulu! Heran."

Kak Jungwoo terkekeh. Oke, berarti tadi dia beneran bercanda.

Gue menjentikkan jari. Ada ide. "Nah itu dia. Mas Yuta. Aku mau nyampein pesan Mas Yuta."

Kedua dahi senior gue berkerut. Gue juga ikutan, emang salah, ya, ide gue?

"Yuta gak punya kuota?" Kak Jungwoo menebak. Lah, iya. Kan, Mas Yuta pasti punya nomernya Kak Jungwoo. Bego baget, sih, lo, Fayran.

"Iya. Wifi di rumah mati pula. Jadi nitip ke aku. Kata Mas Yuta-san, nanti sore  mau ngajakin Kak Jungwoo main futsal. Mau enggak?" Kalau ini gue enggak bohong. Tadi pas sarapan Mas Yuta emang bilang gitu. Ya Allah, terima kasih karena menolong hamba-Mu ini dari kisinan. Mau nangis rasanya. Terharu sama keajaiban diri sendiri.

"Kamu wibu?" Pertanyaan yang enggak pernah gue sangka.

Gue mengerjapkan mata sejenak. "Heh? Wibu? Yang suka kartun itu, ya?"

Kak Jungwoo mengangguk. "Sejak kapan?"

"Aku bukan wibu. Kok Kak Sinbi tanya begitu?"

"Manggil Mas Yuta-san tadi?"

Gue ngekek. "Niru Mas Taeyong sama adikku." Enggak salah, kan, ya?

Kak Sinbi mengangguk. "Oohhh. Kirain wibu."

"Emang kalau aku wibu kenapa?"

Kak Sinbi menyodorkan kepalan tangannya. Gue menyambutnya gagok dengan tos, tidak mengerti apa maksudnya. "Aku wibu soalnya."

"Ealah." Kak Jungwoo memutar bola matanya malas. "Okelah, nanti aku bilang ke Yuta kalau aku ikut. Makasih informasinya, ya."

Gue mengangguk. "Kalau gitu, aku ke kelas dulu, ya, Kak. Dadah Kak Sinbi, Kak Jungwoo." Gue melambaikam tangan. Sok imut, emang, gue sadar. Tapi, itu emang image gue di mata orang. Hahaha.

"Dadah manis." Kak Jungwoo membalas lambaian tangan gue. Dia digeplak lagi sama Kak Sinbi.

Oke, sekarang ... bagaimana gue tahu kalau Haechan sudah enggak ada di sekitar gue. Dia sudah enggak cari gue, kan? Siapa saja beri tahu gue kalau dia sudah enggak mengarah, memperhatikan, atau membutuhkan gue.

Aish, gue baru inget kalau arah ke kelas gue ada di belokan yang ada di belakang sana, di depan ruang kelas pertama yang gue lewati tadi. Otomatis, gue harus berbalik. Semoga makhluk Tuhan yang paling menyebalkan itu enggak ada di belakang sana.

Gue pun berbalik. Sengaja enggak celingukan, takut sekaligus gengsi kalau ketahuan cari keberadaan Haechan. Ah, lebih tepatnya memastikan, bukan mencari.

Oke, aman. Enggak ada yang sapa gue. Enggak ada yang menghadang gue. Fyuh, gue bisa berjalan dan bernapas dengan lega. Langkah gue menjadi sangat ringan. Enggak kayak orang dikejar penjahat. Mumpung jalan ke kelas gue agak longgar, gue menghela napas dalam sambil memejamkan mata sejenak. Biar ala ala orang menikmati hidup.

Bruukk!

Langkah gue terhenti saat kepala dan badan gue terbentur sesuatu. Gue mendongak. Perlahan gue membuka mata gue, takut apa yang gue pikirkan benar.

"Lo sengaja hindarin gue, ya?"

***

Hai, aku balik ke sini lagi. Semoga terhibur dengan kisah random antara dua bestay yang emang agak enggak waras dan punya kepirbadian multiplayer.

Untuk work yang lain di pf ini ... aku masih usahakan untuk melanjutkan dan membuat baru.

Makasih buat kalian yang sudah nunggu, ya. Maaf kalau ceritanya lempeng-lempeng aja. Aku memang jadikan work ini work gabut dan selingkuhan buat work-ku yang di pf kuda ungu. So, kalau kalian mau baca juga work-ku yang ada di sana. Silakan.

Makasih banyak.

Lily

Bestie Ever || HaechanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang