3.3 Toko Taman Bunga

13 5 0
                                    

Kalau kalian bertanya tentang cerita jalan gue dan Kak Mark bagaimana, gue bakalan jawab biasa aja. Kami menuju ke toko taman bunga yang ada di dekat sekolahannya Yeji. Iya, emang jarak dari rumah gue jauh banget. Secara gitu, sekolahannya Yeji ada di kota sebelah. Gue juga gak mikir lagi buat pergi sama Kak Mark. Yang penting gue udah ijin ke orang tua dan boleh. Plus, Mas Yuta juga tadi memberikan wejangan untuk Kak Mark panjang kali lebar sebelum kami berangkat. Gue tahu kalau itu wejangan ya ... nebak aja, sih. Soalnya, Mas Yuta serius banget dan Kak Mark cuma angguk-angguk aja.

Yang aneh menurut gue di sini adalah Mas Yuta. Ya, kenapa gitu dia gak ada inisiatif buat nganterin gue dan biarin gue jalan sama Kak Mark? Apa Kasihan sama Kak Mark karena udah nunggu gue ganti baju dulu dan siap-siap? Ah, mungkin itu. 

Setelahnya gue pergi sama Kak Mark naik motor. Dia udah ganti baju juga, kok. Pokoknya kami gak pakai seragam. Kak Mark nyamperin gue saat udah balik dari ganti baju di rumahnya.

"Kamu mau cari apa tadi?" tanya Kak Mark saat kami sudah sampai tujuan. 

Gue turun dari motor dan melepas helm yang gue pakai. Lalu, gue menyerahkannya ke Kak Mark. "Bibit bunga mawar. Tapi, katanya Chenle, bunganya itu gak biasa. Kayaknya di sini kemungkinan ada juga, deh. Kalau ke Surabaya bakalan kejauhan soalnya." Gak mungkin juga, dong, gue bilang harganya.

Kak Mark mengangguk dan meletakkan helm kami dengan baik di atas motor. "Mawar jenis apa?"

Gue terdiam sejenak. "Hmm?" Sumpah kenapa gue jadi cengok gini. Boro-boro tahu nama mawarnya, gue aja baru tahu kalau mawar punya jenis yang berbeda-beda. Ya, maaf, gue emang lemah dalam pelajaran biologi tanaman gini.

"Mawarnya yang kayak gimana?"

Gue menggigit bibir bawah gue. Mana tahu gue. Gue bego banget gak tanya dulu itu mawar jenis apaan ke Chenle. Apa gue telepon adik gue aja, ya, sekarang?

"Ya, udah kita jalan dulu aja, ya. Siapa tahu nanti kamu bisa inget mawarnya kayak gimana." Kak Mark mulai melangkahkan kaki menuju jajaran toko bunga di sana. 

Gue masih mematung, memproses ajakan Kak Mark yang ternyata pengertian banget. Huhuhu. Rasanya gue pengin nangis aja sekarang. Peka banget kalau gue gak tahu. Tapi, di detik selanjutnya gue tersadar kalau itu lebih memalukan. Ah, kayaknya gue emang salah iyain buat jalan sama Kak Mark.

"Ayo, Fay!" Kak Mark sudah beberapa langkah di depan sana dan dia melambaikan tangan ke gue.

Gue mengangguk sambil sok gak tahu malu dan menghampiri doi. Baiklah, anggap aja Kak Mark beneran gak tahu dan gak peduli dengan ketidaktahuan gue. Kami pun mulai berjalan menyusuri pertokoan bunga yang membentang sepanjang jalan. Jalannya dinamakan Jalan Kembang, soalnya memang penuh bunga. Kenapa tadi gue bilang toko taman bunga, itu karena emperannya penuh dengan bunga yang malah terlihat seperti taman. Gak tahu, sebutan itu sudah gue kenal dari kecil. Kayaknya keluarga gue juga menyebut tempat ini demikian.

"Masuk sini?" tawar Kak Mark sambil menunjuk toko ketiga di kiri jalan. Tambahan informasi, kanan jalan itu juga sama, ada jajaran toko bunga. Pun jalannya ini bukan jalan besar yang biasa di lewati kendaraan bermotor. Malahan seperti gang perumahan.

Gue mengekor Kak Mark yang sudah membuka pintu toko pertama. Kami langsung disambut dengan aroma khas bunga yang gue sendiri gak tahu secara spesifik itu bunga apa. Mata gue tertuju ke beberapa tatanan mawar yang ada di lemari seperti etalase yang nempel di dinding. Hampir aja gue lupa untuk menutup mulut gue karena sangking kerennya warna-warna mawar di sana. Di tambah lagi dengan sinar lampu yang menerangi. Sungguh terlihat glowing. Makanya Mas Taeyong suka banget sama mawar.

"Bagus banget, ya?" Kak Mark ikut berdiri di sebelah gue dan melihat-lihat isi etalase itu.

Gue mengangguk setuju. Mana gemes banget ada yang masih kuncup, belum mekar di pinggir.

Bestie Ever || HaechanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang