Bertemu Kembali

52 9 1
                                    

Jangan lupa vote dan komennya teman-teman :D

***

Ini sudah hari ke tiga Kainan mengajar, ia sudah mulai membiasakan diri dengan kehidupannya yang sekarang menjadi seorang guru. Kainan yang biasanya setelah sholat subuh tidur kembali lalu bangun saat jam hampir mendekati pukul tujuh pagi kini mendadak tidak tidur kembali karena ia harus mengerjakan segala pekerjaan kantornya dulu lalu pukul setengah tujuh pagi segera bergegas berangkat mengajar.

Tiga hari ini pula Kainan sudah dibuat pusing oleh beberapa anak didiknya, ada beberapa siswi perempuan yang terang-terangan menggodanya untuk diajak bercanda, membuat Kainan sampai menggeleng-gelengkan kepala tak habis pikir dengan tingkah mereka. Contoh candaan-candaan yang mereka lemparkan kurang lebih seperti,

"Pak, Pak Kainan sudah punya gandengan belum?"

"Kenapa?"

"Saya mau memantaskan diri Pak kalau Bapak belum punya gandengan." Jawab salah seorang siswi dari XI IPS 2.

"Kamu tidak perlu memantaskan diri, soalnya saya sudah punya gandengan."

Setelah itu sorak-sorakan terdengar di seluruh penjuru kelas, membuat Kainan ikut tergelak dengan tingkah laku muridnya yang satu itu.

"Pak, jangan maju-maju." Ini salah satu siswi dari XI MIPA 3 yang bertanya.

"Lha kenapa?"

"Gantengnya kelewatan, hiya hiya hiya." Dan siswi itu ikut tergelak sendiri dengan rayuan yang ia lontarkan.

Nah, beda lagi dengan salah satu siswi penghuni XI IPS 3.

"Pak Kainan, jangan kayak gitar ya, Pak."

"Saya kan manusia, bukan gitar."

"Iya Pak, tapi Pak Kainan ini sudah kayak gitar saya Pak yang suka menggenjrengkan hati saya."

"Huuuu apasih, basi-basi." Kainan tertawa terbahak mendengar sorakan itu.

"Masa Pak Kainan yang cakep kayak gitu lo samain sama gitar." Murid perempuan yang lain langsung berjulid.

"Terus apaan?"

"Ya lo samain sama masa depan gue lah."

"Woy bangun-bangun, jangan mimpi!" Dan Kainan kembali terbahak.

Sehabis mengajar dari kelas XI IPS 3 yang rusuh tadi, Kainan memutuskan untuk berkeliling sekolah. Kemarin-kemarin ia sempat belum berkeliling mantan sekolahnya ini, sebab ia masih disibukkan dengan belajar cara mengajar yang efektif bersama dengan Pak Bayu. Mumpung sekarang jam istirahat dan dia juga sedang free, ia pun memutuskan untuk berjalan-jalan mengelilingi sekolahan.

"Loh, Mas Kainan ta? Lapo nang kene Mas?" Itu Mang Udin, sosok penjaga sekolah yang sudah mengenal Kainan sejak ia kelas sepuluh. Kainan tersenyum lebar, kemudian menghampiri sosok yang kini sudah semakin keriput itu. Dulu Mang Udin masih terlihat galak dengan kumis tipis yang membuat wajahnya semakin sangar. Namun, sekarang uban Mang Udin sudah semakin banyak, belum lagi kumis tipisnya kini hilang karena telah dicukur.

"Eh, Mang Udin. Apa kabar Mang? Saya mengajar di sini sekarang." Mang Udin terbelalak kaget.

"Loh, kowe mulang opo nang kene, Le?" Mang Udin jelas kaget. Sosok laki-laki di depannya yang beberapa tahun yang lalu suka ketahuan bolos dan telat olehnya kini mendadak menjadi seorang guru yang memiliki stereotype disiplin.

"Seni, Pak." Jawab Kainan singkat sembari menunjukkan deretan gigi putihnya.

"Walah-walah, Mang Udin enggak menyangka kamu jadi guru akhirnya, lha dulu suka telat masuk sekolah." Ucap Mang Udin seraya tertawa. Kainan ikut tertawa, kemudian setelah itu ia berpamitan kepada Mang Udin untuk melanjutkan rencananya jalan-jalan di sekitar sekolah.

Melodi HarmoniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang