PDKT sih Kalau Kata Jevan

55 10 3
                                    

Jangan lupa vote dan komennya kawan! :D

***

Menjadi calon seorang vokalis band, kalimat itu terus terngiang-ngiang di kepala Hana. Rasanya seperti tidak percaya ada seseorang yang mau mempercayakannya untuk menjadi seorang vokalis. Sedari dulu Hana cukup kesusahan dalam bergaul bersama orang, sehingga tak banyak yang tahu jika ia memiliki suara yang bagus dan pantas untuk menjadi seorang penyanyi dan Hana sendiri juga tidak terlalu mempedulikan kemampuannya yang satu itu, sehingga ia sendiri pun kerap tak menyadari kemampuannya.

Namun, perkataan guru barunya kemarin siang membuat Hana begitu merasa bahagia. Membuatnya merasa ia benar-benar dibutuhkan dan bakatnya begitu diapresiasi. Kalau boleh jujur sebenarnya Hana kemarin sangat terharu kala Kainan mengatakan bahwa ia mempercayai bakat Hana, tetapi Hana tidak mungkin menunjukkan perasaannya itu pada orang-orang yang baru ia kenal.

Ah, mengingat kemarin Hana jadi ingat tentang Haikal dan Jevan. Hana tidak dekat dengan Haikal dan Jevan, tapi ia tahu nama mereka, tahu bahwa mereka kerap dijadikan oleh buah bibir anak-anak MIPA entah karena kenakalan-kenakalan yang mereka perbuat atau karena prestasi yang Haikal miliki. Iya, walaupun Haikal kerap berbuat onar dengan Jevan, tapi pemuda itu masih memiliki prestasi yang patut untuk dibanggakan, yaitu berupa kemampuan debat bahasa inggris yang Haikal punya. Sedangkan Jevan, entahlah Hana tidak tahu apakah ada hal yang bisa anak itu tunjukkan mengenai prestasinya.

"Selain pendiam dan canggung, ternyata lo suka ngelamun sampai budeg juga ya." Hana terserentak kaget begitu sosok yang baru saja menjadi lamunannya itu berdiri di depan bangku Hana. Kini tak hanya Hana yang menatap Haikal dan Jevan dengan bingung, tapi hampir seluruh anak di kelasnya juga menatap mereka bertiga dengan penuh tanda tanya. Hana yang biasanya akan diam dan jarang terlihat memiliki teman tiba-tiba didatangi oleh dua orang yang kerap jadi buah bibir di antara anak MIPA 1 yang tentunya hal itu menjadi suatu tanda tanya yang besar.

"Kalian ngapain di sini?" Hana berdiri dan buru-buru mengode Haikal serta Jevan untuk keluar dari kelasnya. Ia hanya mencoba untuk menghindari dari omongan-omongan yang tidak-tidak.

"Mau numpak berak, ya cari lo lah." Ucap Haikal seenaknya sendiri, membuat Hana terdiam.

"Mau ngapain?" Tanya Hana.

"Jadi gini Na, jelasin coba Jev—"

"Asu, gue juga yang harus ngejelasin." Umpat Jevan sembari melirik Haikal dengan kesal.

"Lo juru bicara gue." Jevan hanya menatap Haikal dengan malas.

"Jadi gini Na, gue sama Haikal udah memikirkan ini mateng-mateng baru aja tadi lima menit sebelum ke kelas lo kalau gue sama Haikal mau melakukan suatu PDKT alias pendekatan ke Rafa. Nah, tapi PDKT tahap pertama kita itu lewat lo dulu Na, sebelum kita ke tahap yang selanjutnya kalau-kalau PDKT tahap pertama gagal." Setelah Jevan selesai menjelaskan, Haikal menyeletuk.

"Tahap-tahapan, lo kira kita lagi seleksi lomba apa gimana?"

"Seleksi lomba mah kalau tahap pertama gagal ya gagal aja bodoh, enggak ada masuk tahap yang selanjutnya." Balas Jevan sinis. Hana tak mempedulikan celetukan dua orang dihadapannya itu, kini ia tengah berpikir keras mengenai maksud Jevan.

"Bentar-bentar, jadi maksud kalian gue yang bujuk Rafa buat masuk band, gitu kan intinya?" Tanya Hana. Haikal menjentikkan jarinya, "iyap, betul seperti itu Kakak Hana."

"Lah, kenapa harus gue?" Tanya Hana tak terima. Bukan apa-apa sih, tapi masalahnya Hana itu mau ngajak berteman sama anak perempuan saja sudah canggung, lha ini malah diminta ngebujuk Rafa yang otomatis dia harus bisa mengakrabkan diri dengan ketua kelasnya itu.

Melodi HarmoniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang