Halooo... selamat malam semuaaa...
Aku bawa part baru nih hehehehe... Happy reading all! Jangan lupa vote dan komennya ya!
***
Sudah lebih dari sepuluh menit berlalu, tetapi Kainan masih ragu untuk mengetuk pintu kayu bercat coklat di depannya itu. Ia masih sibuk mondar-mandir sembari sesekali menggaruk kepalanya yang tak gatal. Rasa gugup yang sekarang mendera Kainan hampir sama dengan rasa gugup yang ia rasakan beberapa tahun lalu saat ia pertama kali mengajak Keisha jalan berdua. Namun, sayangnya saat ini ia berada dalam situasi yang berbeda, tak ada rasa gugup dan senang yang bercampur menjadi satu, yang ada hanya rasa gugup dan takut.
CKLEK
Sejenak kegiatan mondar-mandir Kainan berhenti kala pintu berwarna coklat di depannya dibuka oleh sang pemilik kamar. Mata tajam berwarna hitam warisan sang ibu itu menatap heran ke arah Kainan, tetapi sedetik kemudian tatapan itu langsung berubah menjadi tatapan tidak suka.
"Minggir." Hanya satu kata tapi sukses membuat Kainan mendadak kikuk, tetapi buru-buru ia tepis karena ia harus menjalankan misinya dengan sang Kakak agar berhasil.
"Enggak mau." Kainan melawan, ia berdiri tegak di depan sosok yang lebih muda di depannya –Nathaniel.
"Hari ini lo enggak boleh sekolah!" Nathan menaikkan sebelah alisnya heran.
"Are you seriously?" Tanya Nathan sanksi. Kainan mengangguk sembari berdehem. Kemudian tanpa aba-aba ia memegang erat kedua bahu Nathan yang sudah digunakan pemuda itu untuk menyampirkan tas hitamnya.
"Jangan banyak protes dan cepet ganti baju santai. Gue tunggu di bawah buat sarapan bareng."
BLAM
Kainan buru-buru menutup pintu kamar Nathan, meninggalkan pemuda itu yang penasaran. Tumben sekali kakak nomor duanya itu berperilaku 'aneh' seperti itu padanya.
Nathan sudah lupa kapan terakhir kali ia sarapan bersama dengan keluarganya karena setelah meninggalnya sang Mama, ia tidak pernah lagi melakukan kegiatan tersebut, jadi jujur saja ia merasa agak aneh saat melihat dua anggota keluarganya, yaitu Regan dan Kainan sudah duduk manis di meja makan pagi ini.
"Jangan bengong, sini lo!" Nathan mengerjap, kemudian berjalan pelan ke arah mereka berdua, ia menyeret pelan kursi yang berada tepat di depan sang Kakak nomor satu, yaitu Regan, kemudian lagi-lagi ia tidak segera mengambil makanan malah menatap bergantian Regan dan Kainan.
"Cepat makan, Nath!" Ucap Regan menegur. Nathan menatap kedua kakaknya dengan heran, kemudian ia membuka mulutnya karena tidak tahan dengan kedua tingkah kakaknya yang menurutnya mencurigakan itu.
"Kalian berdua mau pamit kemana? Tumben ngajak gue sarapan bareng." Kedua kakaknya itu sontak menghentikan kegiatan sarapan mereka mendengar pertanyaan Nathan yang begitu menohok itu.
"Oiya, lupa, biasanya kalian berdua enggak usah pamit udah langsung pergi kan ya." Lanjut Nathan dengan tawa getir. Mendadak atmosfer di antara mereka bertiga menjadi kikuk, sebagai saudara paling tua Regan buru-buru mengangkat suara.
"Kita mau mengajak lo pergi, jadi hari ini lo jangan berangkat sekolah dulu." Nathan menghentikan kegiatan menyendok makanan dan mengerutkan keningnya heran.
"Mau kemana?"
"Udah, lo ngikut sama kita aja."
***
Nathan menatap lalu lalang di depannya dengan datar. Panas matahari yang begitu menyengat di kulitnya seakan menambah rasa panas dalam dada yang sudah sedari kemarin berkobar. Ia sama sekali tidak memahami isi pikiran kedua kakaknya, tiba-tiba saja ia disuruh untuk bersiap membawa tas ransel, dua pasang baju ganti, dan alat mandi. Setelah itu ia disodori tiket dengan tujuan Bandar Udara Adisutjipto. Kemudian akhirnya Nathan berdiri di tengah keramaian bandara itu sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Melodi Harmoni
Fiksi PenggemarPencarian Kainan pada sosok Keisha Aluna Pratiwi, sosok perempuan yang hingga saat ini masih menjadi pemilik tahta wanita nomor dua setelah Mamanya membawa laki-laki itu bertemu dengan empat anak yang kerap Kainan juluki sebagai 'bocah prik'. Perjan...