Nathan, Who are You?

28 4 0
                                    

Yuhuuu... Karena aku udah lama engga update, jadi sekali update banyak ya gais, mwehehehe... Happy reading all! Jangan lupa vote dan komennya yaw!

***

Sore itu senja mulai datang. Menyambut kepulangan bahu-bahu penuh beban ke tempat peraduan. Langit yang berubah menjadi orange kekuning-kuningan begitu memanjakan mata sembari seolah-olah berkata, "ini hadiah dariku untuk kalian yang sudah bekerja keras hingga kelelahan."

Di salah satu tempat yang ada di dunia, tempat yang menurut Jevan menjadi salah satu tempat yang wajib ia kunjungi bahkan saat ia lulus nanti -warung Bang Iduy- sore itu tampak ramai, suara-suara bising memenuhi gendang telinga, tak hanya dari mulut-mulut pelanggan Bang Iduy saja, tetapi juga dari kendaraan yang berlalu-lalang di jalanan depan.

Walau begitu, kebisingan itu tak mengganggu kekhusyukan Jevan menikmati semangkok cilok pedas full saus ditambah dengan es teh full es yang sudah mulai ia makan lima menit yang lalu. Sore ini Jevan sendirian, ia tak bersama Haikal yang katanya sedang sibuk mengurusi Soju yang kemarin salah makan.

Jevan ingat ia berdecih ketika Haikal bercerita jika marmut lucunya itu tak sengaja makan kentang yang diberikan oleh sepupu Haikal yang masih kecil, katanya waktu itu Haikal tidak memperhatikan jika para sepupunya tengah bermain dengan Soju sampai memberikan banyak makanan yang ada di dapur untuk marmut itu. "Alah, pilih-pilih makanan banget marmut lo, kalau tipes baru tahu rasa." Itu yang dikatakan Jevan kemarin setelah Haikal bercerita mengenai hal yang membuatnya galau merana. Sayangnya setelah itu Jevan malah mendapatkan umpatan serta tempelengan dari Haikal.

"Jadi orang pinter dikit, mana ada marmut tipes." Ucap Haikal dengan kesal, yang kemudian hanya Jevan hadiahi dengan kekehan.

Jevan berdecak, aneh sekali rasanya duduk sembari makan sendiri di warung Bang Iduy, biasanya kalaupun Haikal tidak menemaninya, masih ada Bang Iduy yang mengajaknya mengobrol. Namun, sepertinya laki-laki yang lebih tua sepuluh tahun darinya itu kini juga tengah sibuk melayani pelanggan. Sebenarnya Jevan juga heran, tumben sekali warung Bang Iduy ramai dengan anak sekolah sebelah. Jevan mau curiga kalau Bang Iduy punya guna-guna tapi ia mendadak ingat jika Bang Iduy diajak nonton film horor saja takut, masa iya dia mau berurusan sama makhluq halus buat jadi penglaris? Itu sama sekali tidak mungkin.

Jevan kemudian membuka ponselnya, ia membuka aplikasi Twitter untuk mengusir rasa bosan. Namun, ketika telinga Jevan tak sengaja mencuri dengar percakapan-percakapan yang empat orang lakukan di bangku sebelahnya, sontak jari-jari Jevan terhenti. Pemuda yang seumur hidupnya sama sekali tidak tertarik dengan urusan orang asing itu mendadak memilih menajamkan telinga dan menyimak baik-baik tiap-tiap kata yang terlontar dari empat mulut yang ada di sampingnya.

"Ya goblog banget dia mau aja gue suruh ambil rokok, kena kan dia sama Pak Elang. Jadi, dikira dia yang ngerokok."

"Iya anjir, gue bingung sama dia. Dia itu sebenarnya goblok apa pura-pura goblok. Tau kita kayak gini masih ngotot aja pengen masuk circle kita."

"Alah, lo semua pada sok baik. Kalau mau bully Ethan jangan setengah-setengah-"

BRAK

Jevan menggebrak mejanya begitu mendengar nama sosok yang begitu ia kenal. Keempat anak yang duduk di samping Jevan sontak terkejut dengan apa yang Jevan lakukan. Mereka berempat kemudian menatap Jevan yang tengah memberikan tatapan mematikan sembari menghampiri keempat anak itu.

"Lo bilang apa tadi?" Jevan mencekal kerah pemuda yang mengatakan mengenai bully. Namun, tangan Jevan langsung dihempas begitu saja oleh seorang anak laki-laki yang sekilas Jevan baca tag namenya bernama Nathan. Padahal anak laki-laki itu tadi diam saja, tetapi saat Jevan beraksi ia malah tampak menjadi sosok yang mengejek Jevan.

Melodi HarmoniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang