Halooo... Malam semuanya, jangan lupa vote dan komennya ya :D
***
Pagi itu di meja makan yang biasanya tidak berpenghuni mendadak tersaji beberapa macam makanan yang menggugah selera, tetapi karena mood Jevan masih buruk, rasa-rasanya ia begitu malas menyentuh makanan-makanan itu. Akhirnya, Jevan pun memutuskan untuk tidak sarapan di rumah.
"Pa, Jevan berangkat." Entah sang Papa yang tengah duduk sembari memotong daging ayam goreng itu mendengarnya atau tidak Jevan tidak peduli, yang penting ia sudah berpamitan.
"Sarapan Jevan!" Oh, mendengarnya ternyata.
"Malas Pah, mau sarapan di sekolah aja." Jawab Jevan santai, yang walaupun ia sudah tahu ia akan tetap dipaksa untuk duduk di samping Papanya.
"Papa tidak menerima penolakan, cepat sarapan!"
"Pah!" Jevan mendesah berat, percuma juga ia membantah ucapan Papanya.
"Papa dengar kemarin kamu bolos lagi, mau jadi apa kamu besok kalau sekolah masih suka bolos?" Ini yang Jevan tidak suka dari sarapan pagi di rumah, pasti Papanya akan mengomel mengenai tingkah lakunya di sekolah. Terkadang Jevan sampai heran kira-kira siapa mata-mata Papanya, sebab Papanya selalu mengetahui kegiatan Jevan di sekolah.
"Kamu itu calon penerus perusahaan Papa. Gimana kamu bisa menangani perusahaan Papa yang besar itu jika kamu sendiri belum bisa bertanggung jawab dengan kewajiban kamu." Jevan mendesah pelan, "anak Papa bukan cuma aku kan." Jawab Jevan santai, sampai-sampai ia tidak menyadari bahwa ucapannya sudah memancing kemarahan dalam diri sang Papa.
"Kamu mau Papa memberikan perusahaan Papa sama anak itu? Jangan harap Jevan!" Jevan menelan makanannya, kemudian ia menatap sang Papa.
"Pa, dia masih darah daging Papa." Sang Papa tertawa sinis menatap Jevan.
"Papa tahu Jevan, tapi Papa yakin jika perusahaan Papa jatuh ke tangan dia, Mama kamu juga akan ikut campur ke dalamnya, dan Papa tidak mau itu sampai terjadi." Balas Papanya dengan tegas. Jevan mendesah kuat, dengan cepat ia menghabiskan sarapannya dan buru-buru pergi dari hadapan Papanya. Paginya benar-benar rusak.
Jevan membelokkan motornya melewati SMA Tunas Bangsa, salah satu SMA swasta elit yang selalu bersaing dengan SMA Harapan Jaya. Yang dimaksud bersaing di sini tidak hanya bersaing secara akademik maupun non-akademik, tetapi juga masalah adu fisik dan adu kekuatan, alias murid kedua sekolah itu tak jarang terlibat pertengkaran yang kadang dimulai karena sesuatu yang tidak jelas. Bahkan beberapa tahun yang lalu kedua sekolah swasta ini terkenal saling terlibat tawuran.
Salah satu hal yang membuat siswa di antara kedua sekolah ini kerap terlibat perselisihan ialah karena dari segi lokasi sekolah yang berdekatan membuat kedua sekolah ini merasa saling bersaing, saling bersaing menunjukkan siapa di antara kedua sekolah tersebut yang memiliki banyak murid yang unggul dalam prestasi, hingga tanpa disadari nyatanya kedua sekolah tersebut sudah bersaing hingga dititik yang lebih dari seharusnya.
Jevan menghentikan laju kendaraannya kala rambu lalu lintas menunjukkan warna merah, tinggal beberapa meter lagi ia sampai di sekolah tujuannya. Tanpa menengok Jevan sesekali melirik gerbang depan SMA Tunas Bangsa yang letaknya tepat berada di samping lampu merah tempatnya berhenti, ia menatap ramainya gerbang depan sekolah itu yang dipenuhi oleh siswa-siswa yang memakai seragam coklat pramuka seperti dirinya. Lantas Jevan menyipitkan matanya kala tak sengaja melihat sosok yang memakai motor berwarna hitam yang menyebrang dari arah berlawanan menuju SMA Tunas Bangsa.
Sejenak jantung Jevan rasanya berhenti berdetak, ada rasa tak karuan di sana begitu Jevan menyadari sosok itu bukanlah sosok asing baginya. Dari jaketnya, motornya, helm, tas, dan segara atribut yang menempel di badan sosok itu begitu Jevan hapal di luar kepala. Sebab, diam-diam saat Jevan masuk SMA, ia mulai mengamati sosok itu. Sosok yang seharusnya tidak dapat dipisahkan dengan dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Melodi Harmoni
FanfictionPencarian Kainan pada sosok Keisha Aluna Pratiwi, sosok perempuan yang hingga saat ini masih menjadi pemilik tahta wanita nomor dua setelah Mamanya membawa laki-laki itu bertemu dengan empat anak yang kerap Kainan juluki sebagai 'bocah prik'. Perjan...