Satu episode drama berdurasi satu jam telah habis ditonton Donghyuck, namun Renjun belum kunjung muncul sejak pria itu masuk ke kamarnya dengan balutan handuk dan penampilan yang lebih segar. Kakacauan yang sempat Renjun buat tadi sudah Donghyuck bereskan dengan memanggil housekeeper pihak apartemen. Sekarang dia lapar, tapi terlalu malas beranjak ke kamar Renjun untuk menyeret pria itu agar membuatkannya makanan.
Padahal, jarak sofa ruang tengah dengan kamar Renjun tidak sampai sepuluh meter. Jadi, yang dia lakukan hanya berteriak-teriak memanggil, lalu membombardir Renjun melalui pesan dan panggilan. Donghyuck tidak sadar bahwa tingkahnya juga sama-sama menyebalkan.
Akhirnya setelah hilang kesabaran, pria berambut hitam pekat mau bergerak. Tidak perlu mengetuk pintu, dia langsung menyelonong masuk ke kamar Renjun usai membukanya sedikit keras. Oh, betapa kesal batin Donghyuck ketika mendapati pemuda itu sedang bermain game di komputer dengan headset terpasang di kedua telinganya. Maka, Donghyuck mencabut kabel PC dari arus listrik yang berada di sisi tembok.
"Bangsat, apa-apan kau!" Renjun menyalak tidak terima. Hei, dia ingin menciptakan rekor terbaru dalam permainannya!
"Aku lapar, cepat masakkan aku sesuatu!"
Renjun menggulirkan mata sebal. Menyuruh seenaknya! Donghyuck pikir dia pembantu?! "Tidak mau!" Balasnya, beralih mengambil ponsel di nakas yang sedari tadi dia silent karena ledakan panggilan dari Si Tukang Memerintah.
"Renjun, ayolah, aku sangat lapar. Buatkan aku makanan, ya?" Pemuda Huang bergidik ngeri begitu mendengar nada merengek dari ucapan Donghyuck. Entah pria itu sadar atau tidak sudah bertingkah demikian.
Menarik napas pendek, Renjun mau mengalah. Dia berjalan ke luar kamar dengan malas-malasan. "Zaman sudah canggih, Donghyuck, gunakan ponselmu untuk memesan makanan. Jangan terus merepotkanku untuk hal yang sesungguhnya bisa kau tangani sendiri." Renjun membuka kulkas, lalu bertanya, "Mau kumasakkan apa?"
"Apapun tidak masalah."
"Sop sundae, mau?" Donghyuck menggeleng. Renjun tahu pria di belakangnya ini tidak suka sundae, namun dia terlalu jengkel atas jawaban 'apapun' yang Donghyuck berikan seolah pria itu pemakan segalanya. "Jadi mau makan apa, bangsat?! Katakan dengan spesifik!"
"Kalau begitu telur gulung saja."
Spontan, Renjun merengut marah. "Kau bahkan bisa membuatnya sendiri!"
Masalahnya, dia malas. Dan menyuruh Renjun memasak adalah solusi pertama yang dia pikirkan. "Cerewet! Cepat buatkan saja! Aku sudah sangat-sangat lapar!" Tekannya di kalimat terakhir, kemudian duduk di bar.
Bersungut-sungut Renjun melakukan pekerjaannya dengan tidak ikhlas. Hanya masak telur gulung, seharusnya Donghyuck tidak perlu meminta dirinya. Pria itu bisa membuat makanan sederhana walaupun soal rasa masih belum sempurna.
"Renjun-ah, besok malam mau pergi denganku?"
Yang diajak bicara tidak menoleh. "Ke mana?" Tanyanya.
"Menonton teater."
"Kenapa kau mengajakku?" Tanya Renjun kembali. "Ah ... lupa, kau 'kan belum punya kekasih lagi, ya, pantas saja."
Donghyuck memandang keki. "Jadi, mau atau tidak? Kalau tidak, aku akan pergi dengan yang lain."
Dalam batin, Renjun menggerutu. Sial. Semestinya Donghyuck berusaha lebih keras mengajaknya! Dia kan gengsi menerima kalau tidak dipaksa! Berdeham, Renjun membalikkan badan sejenak. "Kalau mau?"
"Kita berangkat jam tujuh."
"Baiklah, kalau kau memaksa, aku akan pergi denganmu."
Mendengarnya, Donghyuck menahan senyum geli. Tentu saja dia tahu sifat Renjun yang satu itu. Bahkan dia hanya mengajak, dalam ucapannya juga sama sekali tidak ada unsur paksaan. Karena itu, Donghyuck kadang-kadang merasa gemas hingga ingin membopongnya ke ranjang!
TBC
Mau nulis 500 kata aja setiap chapter, biar cepet update
KAMU SEDANG MEMBACA
Beautiful Sin - Hyuckren
Fanfiction[COMPLETED] [FOLLOW DULU SEBELUM BACA] Mereka saling membenci, namun juga saling menginginkan. HYUCKREN - A little bit angst - Drama - Fwb