Biar kuceritakan sedikit awal mereka bertemu. Enam tahun lalu, pada musim semi. Saat itu, Renjun sedang menghadiri upacara pemakaman kerabat keluarganya di sebuah rumah duka. Pada hari dan tempat yang sama, dilakukan pula upacara pemakaman keluarga lain. Renjun melewati ruangan penghormatan, matanya tidak sengaja menangkap anak laki-laki yang tengah menangis seorang diri di hadapan peti mati dan foto mendiang.
Karena tampak sepi, Renjun melangkahkan kaki masuk ke ruangan tersebut. Didekatinya anak itu, wajahnya sembab berderai air mata. "Siapa yang meninggal?"
"Ibuku," jawabnya.
Lantas Renjun melakukan penghormatan di depan peti tersebut. Foto wanita yang terpajang di sana tersenyum lebar, kelihatan cantik. Setetelah selesai, dia duduk bersila di sisi anak lelaki tadi. "Kenapa kau hanya sendirian? Di mana keluargamu?"
"Belum datang, atau mungkin tidak akan ada yang datang," sahutnya, lalu menghirup ingus. "Ayah sedang pergi, sementara aku ditinggalkan."
"Pergi ke mana?" Renjun membungkukkan kepalanya, mencoba melihat lebih dekat wajah lelaki yang sejak tadi menunduk. Ketika anak itu mendongak, Renjun melihat iris cokelat hangat dalam matanya. Tatapan yang sama dengan foto mendiang sang ibu.
"Ke rumah sakit, mungkin. Entahlah, aku tidak begitu peduli." Lagi, dia menghirup ingus hingga tertelan. Tiba-tiba keningnya mengkerut, menyadari bahwa anak lelaki yang sejak tadi mengajaknya mengobrol adalah seseorang yang tidak dia kenal. "Kau siapa?"
"Aku ... Huang Renjun," jawabnya, tersenyum kelinci. "Maaf, aku memang tidak mengenali Ibumu, namun saat melihatmu menangis sendirian di sini, aku ingin menemanimu. Aku turut berduka cita."
"Terima kasih." Dia menatap Renjun dengan perasaan haru yang meluap. Anak lelaki itu adalah orang pertama yang mengucapkan belasungkawa untuknya. "Kau orang baik. Mau berteman denganku?"
"Tentu," balas Renjun gembira. "Namamu?"
"Lee Donghyuck." Mata cokelat Donghyuck menatap Renjun tepat di iris. Satu senyuman hangat tercipta di bibir keduanya.
"Baiklah, Donghyuck, mulai sekarang kita adalah teman."
Pertemuan pertama mereka adalah salah satu kejadian yang paling berkesan dalam hidup Donghyuck. Sejak saat itu, Donghyuck terus menempeli Renjun ke mana pun. Dia bahagia memiliki teman seperti Renjun. Saking bahagianya, Donghyuck sampai pindah ke sekolah yang sama. Bahkan dia juga menyuruh anak itu supaya tinggal dengannya saja. Selain karena ingin terus bersama, Donghyuck juga tidak tega melihat Renjun tertekan menghadapi kehancuran keluarganya.
Namun, setelah bertahun-tahun hidup satu atap dengan Renjun, ada saat di mana Donghyuck gemas ingin mengusir pria itu dari tempat tinggal mereka. Sebab lambat laun, perilaku-perilaku tidak terduga Renjun semakin terlihat. Dan itu sangat-sangat mengganggunya!
Seperti beberapa menit lalu, ketika Donghyuck baru saja pulang menemui sang ayah hingga sore hari. Dia-seharusnya-tidak terkejut mendapati ruang tengah apartemennya seperti pembuangan sampah. Bungkus-bungkus makanan berserakan, botol-botol kaleng soda tergeletak di meja dan karpet sampai salah satu isinya tumpah berceceran, lalu ada juga boks junk food dengan sisa tiga potong pizza dibiarkan terbuka. Sedangkan si pelaku pembuat kekacauan tengah asyik cekikikan bermain game online sambil tiduran.
Benar-benar Huang Renjun dan perilaku joroknya! Tunggu dulu, bahkan Donghyuck meyakini bahwa pria itu belum membersihkan diri hari ini-tepatnya, sejak mereka selesai melakukan seks dini hari tadi. Hal itu kentara jelas dari wajah kucelnya dan setitik kotoran di sudut matanya. Ew, menjijikkan!
"Renjun, aku sungguh-sungguh ingin mengusirmu." Donghyuck duduk di seberang sofa. Meremat rambutnya, dia tampak jemu dengan keadaan sekitar.
"Kalau begitu usir saja," sahut Renjun cuek. Malahan dia tidak melirik Donghyuck sama sekali. "Tapi beri aku pesangon yang besar, ya. Saham perusahaan juga tidak apa-apa."
Donghyuck mendecakkan lidah. Dia sangat tidak menyukai kebiasaan jorok pemuda itu. "Cepat bersihkan semua ini, Renjun! Lalu segeralah mandi! Bau badanmu sangat busuk, kau tahu!"
Merasa tersinggung, Renjum meletakkan ponselnya di meja. Tatapan tajam mereka beradu. Renjun menghampiri Donghyuck dan duduk di pangkuan pria itu. Perlahan, dia mendekatkan wajahnya. Donghyuck yang berpikir bahwa Renjun akan menciumnya pun memejamkan mata. Namun, bayangan bercumbu sirna seketika saat Renjun mengembuskan napas lebar-lebar melalui mulutnya.
"Sial, kau benar-benar jorok!" Donghyuck menjauhkan kepala, menutup hidungnya. Sementara Renjun terpingkal karena bau mulutnya membuat pemuda Lee berseru kesal. "Pergilah mandi dan sikat gigimu, brengsek! Demi Tuhan, bahkan aku masih mencium bau sperma di badanmu!"
Renjun lagi-lagi terkikik melihat wajah Donghyuck menahan mual. Setelah puas tertawa, dia bangkit mengambil ponselnya. "Baiklah, aku akan mandi."
"Hei, bersihkan dulu sampah-sampahnya!"
"Panggil housekeeper saja sana! Atau kau mau berlapang dada melakukannya, ya, silakan!" Balasnya tidak acuh sambil lalu ke kamar, meninggalkan Donghyuck yang kini bersungut-sungut karena ulah menyebalkannya.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Beautiful Sin - Hyuckren
Fanfiction[COMPLETED] [FOLLOW DULU SEBELUM BACA] Mereka saling membenci, namun juga saling menginginkan. HYUCKREN - A little bit angst - Drama - Fwb