The Truth Untold

3.9K 442 33
                                    

SEPERTI senang sekali bermain perasaannya, Donghyuck tega kembali menggores luka. Baru beberapa waktu lalu Renjun pikir kebahagiaan akan didapatnya, nyatanya ... pesan Donghyuck bualan semata. Tepat ketika dia bersemangat membuka pintu kamar pria itu, pemandangan yang tersaji adalah dua tubuh saling merengkuh, merayu manis dalam pagutan bibir.

Nyaris ... nyaris saja Renjun menendang kursi di dekatnya. Sungguh tidak tahan melihat Donghyuck bercumbu dengan orang lain di kamarnya. Orang lain. Di kamarnya. Mata Renjun terpejam sendu. Ini kali pertama Donghyuck membawa jalangnya pulang sampai melakukan adegan yang membuat matanya sakit. Brengsek ... brengsek sekali!

Renjun menggebrak pintu yang telah dibuka olehnya. Tangannya terkepal marah. Dua sejoli itu memandang terkejut padanya. Donghyuck segera menggulingkan tubuh Nancy dari atasnya. Seperti orang linglung, cara berjalannya sempoyongan menghampiri Renjun. "Aku bersumpah bahwa apa yang kau lihat adalah kekeliruan. Demi Tuhan, aku tidak melakukannya."

Mengabaikan Donghyuck, Renjun melangkah mendekati Nancy. Sial, pakaian mininya membikin mata Renjun iritasi. Apalagi tampak buah dada kebesaran yang seperti implan. Dia benar-benar seperti jalang simpanan. Berdiri di hadapannya, Renjun menarik rambut pendek gadis itu hingga si pemelik memekik histeris.

"I'm the only one who's allowed to touch him," ujarnya posesif. Telinganya seolah tuli untuk mendengar erangan kesakitan Nancy. Renjun sedang memanas, amarahnya benar-benar membara. Beruntungnya, masih ada sedikit belas kasih dalam dirinya. Jika Renjun tidak teringat bahwa Nancy adalah seorang wanita, dia mungkin sudah membanting tubuhnya.

"Pergi." Cengkeraman tersebut lepas dengan kasar. "Pergi dan jangan pernah kembali."

"Kau siapa?!" Mengamuk, pemilik buah dada besar itu mengangkat tangan hendak menampar Renjun, namun Donghyuck menghentikannya. Mata Nancy berkaca-kaca. "Donghyuck, dia siapa?!" Dia berteriak.

Tangan Renjun semakin mengepal. "Aku kekasihnya!" Sahutannya menolehkan kepala Donghyuck, menatap penuh kejut. Namun, persetan, Renjun terlalu marah dengan situasi ini. Dia ingin gadis itu segera pergi! "Aku kekasih Donghyuck, kau dengar? Pergilah, sebelum aku menyeretmu."

Nancy tetap bergeming sembari meminta penjelasan pemuda Lee lewat tatapannya. Sayang, pria itu tidak memberi minat lebih dan terkesan membiarkannya. Nancy membuka mulut tidak percaya atas apa yang dia dengar kemudian.

"Pergilah. Barang-barangmu akan kubawakan besok." Meskipun Donghyuck bicara padanya, pandangan pria itu terarah pada lelaki yang mengaku kekasih Donghyuck. Bahkan, dia tidak berada di sisinya. Cih, apa-apaan?! Bagaimana dengan pernyataan suka yang pernah Donghyuck katakan? Apakah itu hanya candaan?

Sebelum air mata mengalir, Nancy mengambil kardigannya di tepi kasur, kemudian berlalu dari sana. Ekspektasinya hancur, menimbulkan kekecewaan mendalam. Dia pikir Donghyuck sungguh-sungguh menyukainya, namun ternyata ....

Sepeninggal Nancy, Renjun meluruhkan napas sesak. Dia harus duduk sejenak untuk memulihkan kepalanya yang mendadak pusing, juga pandangan yang mengabur karena air mata. Tidak menyangka, efek dari perbuatan Donghyuck sangat mengguncang dadanya.

"Ren," pria itu memanggil, turut duduk bersamanya. Akan tetapi, Renjun menampik, menyuruh untuk tetap diam. Lalu, apa yang dia tahan-tahan akhirnya lolos juga. Setitik-setitik membasahi pipi.

"Jadi, kalian tinggal bersama?" Sebuah koper asing berwarna merah muda yang berada di sisi lemari mengalihkan fokusnya. "Kau ... benar-benar serius dengannya, ya?" Kalimat getir terucap. Renjun menggigit bibir dalam, tangisnya hampir meledak.

Renjun masih berharap bahwa Donghyuck hanya bermain-main dengan gadis itu. Dia lebih lega melihat Donghyuck bergonta-ganti pasangan dibandingkan fokus pada satu orang. Jika Donghyuck berniat serius menjalin hubungan, maka otomatis dia akan tersingkirkan. Itu adalah mimipi buruk bagi Renjun. Dan kini, mimpi itu menjadi kenyataan. Lantas, untuk apa Donghyuck memintanya pulang jika pada akhirnya pria itu mematahkan hatinya?

"Maaf sudah mengaku kekasihmu. Aku ... aku hanya terbawa suasana." Renjun berdiri seraya menyeka air mata. Hendak pergi, tetapi tubuhnya ditarik dan didekap dari belakang. Seharusnya, pelukan itu adalah bentuk pengobatan atas rindu yang dia rasakan. Namun, sekarang malah terasa menyakitkan.

"Aku tidak benar-benar menyukainya. Aku tidak sungguh-sungguh dengannya," bisik Donghyuck pilu.

Haruskah Renjun percaya setelah mengetahui mereka tinggal bersama?

"Kau mengharapkan apa dari reaksiku?" Pemuda Huang mengelus lengan yang melingkari lehernya. "Selama ini, kau berkencan sudah seperti mengganti pakaian. Jika kau tidak bersungguh-sungguh menaruh hati pada gadis incaranmu, itu bukan hal mengejutkan bagiku. Lagi pula, apapun yang kau lakukan bukan urusanku."

"Namun, aku tahu kejadian tadi dan semua tingkah lakuku mengusikmu. Mengusik kecemburuan yang selama ini kau sembunyikan," potong Donghyuck, membalikkan badan Renjun. "Kau menyukaiku, benar?"









Beautiful Sin - HyuckrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang