Let Me Through

4K 457 21
                                    

Dimohon vote dan komennya ygy, supaya aku semangat update :)






Tiga hari Renjun tidak pulang, tiga hari pula dia tidak melihat eksistensi Donghyuck di kampus. Biasanya, meskipun mereka sedang bertengkar, pria itu akan selalu membawanya pulang. Dan walaupun gedung kuliah mereka berbeda, Donghyuck sering kali menemuinya di kantin fakultas ekonomi untuk makan siang bersama. Namun, Renjun tahu hubungan mereka sedang renggang sekarang. Seharusnya itu hal baik karena dia bisa bebas melakukan apapun dan dengan siapa pun, tetapi, Renjun merasa hampa. Renjun merindukan pria dominannya.

"Huang Renjun." Panggilan tersebut membuat pemuda bermarga Huang menoleh, menemukan Jaehyun tengah berjalan ke arahnya. Dia sedang berada di parkiran untuk menunggu Jeno, omong-omong. Lalu, begitu mereka berhadapan, pria tampan itu memblokir pandangannya. "Kau tidak lupa dengan kesepakatan kita, bukan?"

Renjun termenung. Kesepakatan. Bahkan malam itu dia yang mengajukan penawaran. "Sunbae," sebutnya memohon. Renjun tidak mau melakukannya. Tidak setelah dia bertengkar hebat dengan Donghyuck karena ketahuan tidur dengan orang lain. Entah bagaimana jika nanti pemuda Lee mengetahuinya lagi.

"Kau harus tidur denganku. Itulah kesepakatannya." Jaehyun menarik lengan Renjun, menyeretnya paksa.

"Sunbae, aku minta maaf. Tetapi bisakah diganti dengan yang lain saja? Aku tidak bisa tidur denganmu," ujar Renjun meronta.

"Kenapa?" Jaehyun bertanya ketika tiba di tempat mobilnya terparkir. "Kau takut dengannya?" Bukan tindakan aneh bagi warga kampus jika Donghyuck sangat posesif terhadap Renjun. Namun, Jaehyun tahu bahwa pria itu senang bermain wanita, jadi dia pikir keduanya tidak memiliki hubungan apa-apa. Atau, entahlah, Jaehyun tidak mau mengerti tentang mereka. Terpenting, dia harus mendapatkan haknya sebagai pemenang.

"Kau bisa bermain denganku tanpa ketahuan olehnya. Aku bisa jamin." Jaehyun menyentuh pipi Renjun, mengelusnya. Oh, betapa lembut dan halusnya pipi merona itu. Donghyuck pasti sering menciumnya. "Kau tidak bisa lari, Huang. Aku tahu seks bukan hal baru untukmu. Kau sudah sering melakukannya bersama Donghyuck, 'kan?"

Mendengarnya, Renjun sakit hati. Terlebih melihat tatapan Jaehyun yang terkesan merendahkan dirinya. Seks memang bukan hal baru baginya. Tanpa seks, dia bisa gila. Tetapi mengapa pria-pria dominan seolah tidak memiliki batas toleran terhadap hawa nafsu?

"Kulitmu sangat halus. Aku bisa membayangkan bagian indah tubuhmu yang lain saat telanjang." Renjun bergetar saat kalimat tersebut diucapkan. Dia marah. Jelas Jaehyun sedang merendahkannya. "Kau sangat cocok berada di ranjangku."

Renjun tersentak sewaktu seniornya memajukan wajah hendak menciumnya. Namun, tindakan itu tidak sampai dilakukan sebab tiba-tiba saja tubuh Jaehyun ditarik dan dihempaskan. Renjun mengerjap, menyadari hal yang terjadi sekarang. Donghyuck menjotosnya di wajah, keras sekali.

"Berani kau menyentuhnya, kau akan berhadapan denganku."

Tidak, tidak. Meskipun Renjun masih marah pada Donghyuck, tetapi melihatnya balas dipukuli sedangkan luka sebelumnya belum sembuh benar, Renjun tidak tega. Pria itu menolongnya. Maka, dia bergegas menahan Donghyuck.

"Hentikan! Sudah cukup!" Teriaknya. Beruntung Jeno datang di waktu yang tepat untuk membantunya melerai. Orang-orang juga berkerumun untuk menonton. Ck, sialan!

Pergulatan mereka berhasil diredam. Jaehyun ditangani oleh seseorang yang lain-seperti temannya. Sedangkan Donghyuck, kini dia berhadapan dengan Jeno. "Rupanya kau masih memiliki nyawa untuk menerima bogeman, ya," kata Jeno menyindir. Dia tahu tidak akan ada asap jika tidak ada api. Ada pun pemicu yang membuat Donghyuck melakukan perkelahian di lingkungan kampus adalah tidak jauh dari Renjun. Itu pasti.

Setelah menemukan emosinya sedikit stabil, Donghyuck melepaskan cengkeraman Jeno pada kerah kemejanya. Dia menatap pemuda Huang. "Kau akan pulang dengannya?"

Ragu-ragu, Renjun mengangguk. Mereka bertatapan lama dalam diam, menyalurkan sebuah emosi yang Renjun tahu adalah kemarahan dan kerinduan. Keduanya terpancar di mata Donghyuck. Namun, mengapa pria itu malah bertanya hal demikian? Mengapa tidak mengajaknya pulang? Seperti bukan Donghyuck, Renjun tidak mengerti.

"Baiklah, hati-hati." Pemuda Lee memperbaiki penampilannya. "Jika Jaehyun mengganggumu lagi, katakan padaku." Sesudahnya, dia pergi. Meninggalkan tanya penasaran dari orang yang tidak dibawanya kembali.

Renjun termangu lama menatapi sepasang sepatu hitam yang menghilang dari pandangannya. Donghyuck berubah. Memang benar dia menginginkan kebebasan, tetapi bukan begini. Bukan dengan cara diabaikan dan ditinggalkan. Renjun merasakan matanya panas. Apakah dia sudah tidak dibutuhkan lagi?



***


Menghempaskan tas ransel, Donghyuck membanting tubuhnya di atas kasur. Jika diperhatikan, wajah tampannya tampak lelah dengan lingkaran hitam di bawah mata, juga memar-memar di setiap sisi yang belum pudar. Donghyuck berguling ke samping, menatap jendela kamarnya yang terbuka. Dia bukan berada di apartemennya, melainkan di rumah ayahnya.

Semenjak Nancy tinggal bersamanya, Donghyuck jarang pulang ke apartemen, bahkan lebih banyak menginap dan menghabiskan waktu di rumah sang ayah. Sangat asing baginya memasukkan orang lain ke tempat ternyamannya. Dia hanya membutuhkan Renjun di sana, bukan orang lain. Namun, Donghyuck sedang membebaskan pemuda manis itu. Dia tidak mau menyeretnya pulang meskipun berkeinginan besar membawanya pergi setiap dia memandang. Donghyuck akan membuat Renjun pulang dengan sendirinya, lalu menyadari bahwa kebebasan yang dia dapat tidak seindah hidup di bawah kekangannya.

Donghyuck mendesah kesal, teringat pertengkaran mereka terakhir kali. Dia belum bisa menemukan orang yang Renjun tiduri malam itu. Mereka belum bertemu lagi sejauh ini. Jadi, Donghyuck kesulitan mengorek informasi. Damn! Renjun tidak boleh bersetubuh dengan pria lain selain dirinya!

Ketukan kamar sedikit mengagetkannya. Sosok wanita cantik berumur 40-an masuk setelah dia memberinya izin. Ibu tirinya sedang hamil besar. "Donghyuck, boleh Ibu bertanya sesuatu?"

Pemuda Lee mengangguk heran.

"Kau sedang memiliki masalah dengan Renjun? Belakangan ini kau sering menginap- maksud Ibu, tumben sekali kau mau tidur di rumah ini." Tangan hangatnya mengelus rambut Donghyuck. Wanita ini begitu lembut padanya. "Ibu tahu seberapa sayang kau dengannya. Dan Ibu juga tahu hubungan apa yang sedang kalian jalani."

Terkejut, Donghyuck melebarkan mata. "Ibu ... tahu?"

"Bagaimana tidak?" Demi Tuhan, Donghyuck tidak berani berkutik ketika sang ibu menatapnya dengan senyum geli. "Ibu mantan mahasiswa psikologi. Ibu adalah pemerhati sikap kalian, lalu Ibu sadar bahwa tatapan kalian berbeda. Seperti sepasang kekasih."

"Bukan. Kami bukan seperti itu." Donghyuck menampik gugup. Ini gila! Selama ini dia menyembunyikan rahasia besar tentang hubungannya dengan Renjun dan aktifitas mereka dari orang tuanya. Donghyuck berkilah mereka hanya teman. Beruntung juga sang ayah sangat menyayangi Renjun hingga menganggapnya seperti anak sendiri.

Wanita itu berujar lagi, "Ibu tidak masalah jika kau memiliki ketertarikan terhadap sesama lelaki. Ibu tidak memiliki hak untuk mengatur. Kau bebas berteman dan jatuh cinta dengan siapa pun tanpa memandang gender. Apalagi orang itu adalah Renjun."

Donghyuck merasakan jantungnya berdebar keras. Ibunya adalah pemerhati sikap, lalu menyimpulkan bahwa tatapan mereka memiliki arti berbeda, yakni cinta. Donghyuck tidak yakin mengenai perasaannya, tetapi jika itu benar, haruskah dia menerima?

"Ibu, kumohon rahasiakan ini dari Ayah. Aku bisa dipenggal jika Ayah mengetahuinya," pinta Donghyuck sembari menggenggam tangan sang ibu. "Dan tentang hubunganku dengan Renjun, Ibu benar. Kami ... sedikit bermain. Yeah, kau tahu maksudku. Namun, mengenai perasaanku, aku sendiri tidak tahu. Jelasnya, tidak begitu yakin. Jadi biarkan aku melaluinya dulu."












Beautiful Sin - HyuckrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang