Sejak dulu, cita-cita Renjun adalah ingin memiliki banyak uang. Dengan uang, kebahagiaan mudah didapatkan. Renjun tidak menampik bahwa dirinya gila harta. Maka, dia sangat berterima kasih kepada ayah Donghyuck, Tuan Lee, yang sudah membiayai hidupnya selama ini. Bahkan dia dianggap anak sendiri oleh pria itu semenjak orang tuanya berpisah dan dirinya tidak ada yang mengurus.
Meskipun saban minggu diberi uang, namun Renjun tetap merasa tidak enak hati. Tuan Lee terlalu baik padanya. Oleh karena itu, Renjun menjadikan hobinya sebagai ladang pencari uang. Dengan balapan, dia bisa memperoleh penghasilan tanpa perlu menyodorkan tangan pada Donghyuck. Asal kalian tahu, walaupun pemuda Lee kerap berbaik hati memberinya jutaan won, namun pria itu selalu meminta timbal balik dengan membawanya ke ranjang.
Nahas, Donghyuck adalah pria kelebihan horman yang tidak bisa satu-dua kali klimaks, permainan selesai. Donghyuck tidak akan berhenti menyetubuhinya sebelum dia benar-benar mencapai titik kepuasan tertinggi. Dan Renjun benci dengan kesakitan yang dia alami.
Kembali pada hobi. Saat ini, pemuda Huang sedang berada di arena untuk melakukan balap motor bersama kakak tingkatnya, Jung Jaehyun. Minggu lalu, Renjun tidak sungguh-sungguh membatalkan pertandingan. Dia hanya menunda sampai Donghyuck sedikit jinak memberinya kebebasan-lebih tepat disebut terpaksa karena Renjun mengancam tidak mengizinkan pria itu menyentuhnya selama satu bulan.
"Lawanmu lebih hebat. Terpenting, kau harus bisa memecah kefokusan Jaehyun Sunbae. Buat dia terkecoh padamu." Renjun mengangguk paham mendengar penuturan Jeno, satu-satunya teman baik yang dia miliki. Jung Jaehyun rajanya balapan. Renjun mengakui pria itu sangat hebat dalam pertandingan. Namun, fakta tersebut tidak membuat Renjun pesimis kalah. Justru dia percaya diri akan menang.
Sebelum berjalan ke motornya, Renjun menghampiri pemuda Jung yang sudah bersiap-siap memakai helm. Dia berujar, "Sunbae, aku ingin mengajukan penawaran."
"Katakan."
"Apa kau tertarik pada tubuhku?"
Pertanyaan yang begitu tiba-tiba menjurus ke arah hal intim, tidak sekalipun Jaehyun bayangkan terucap dari mulut Renjun. Dia tahu makna di balik pertanyaan tersebut. "Tidak," balasnya setelah berpikir. "Tapi, aku tertarik pada wajahmu. Kau sangat manis."
Renjun tersenyum puas. "Jika kau menang, kau bisa berkencan dan tidur denganku. Namun, jika aku yang menang, biarkan aku memiliki motormu. Bagaimana, kau setuju?"
"Kau yakin hanya motor?" Jaehyun tersenyum culas. "Selain uang taruhan, aku akan memberimu uang tambahan jika kau menang. Tertarik?"
"Tentu," jawab Renjun tanpa ragu. "Jadi, kita sepakat?" Dia mengulurkan tangan ke depan yang langsung ditanggapi oleh Jaehyun.
"Sepakat," balasnya, tersenyum culas. Oh, ini akan menyenangkan. Jaehyun tidak akan kalah malam ini demi meladeni permainan pemuda Huang.
***
Jangan kira, Donghyuck melepaskan Renjun begitu saja. Dia mengizinkan balapan bukan berarti membebaskan Renjun sepenuhnya. Sebab semenjak pemuda itu pergi tengah malam ke arena, Donghyuck mengikuti secara diam-diam. Sungguh, dia khawatir setiap Renjun akan bertanding. Walaupun dia akui kemampuan Renjun dalam menguasai jalanan memang cukup hebat, tetapi rasa takut terhadap hal-hal buruk selalu mengusiknya. Donghyuck tidak mau Renjun-nya kenapa-napa.
Pertandingan sedang berlangsung. Pemuda Lee masih tenang berdiri di barisan penonton yang mendukung Renjun. Tangannya bersedekap santai, namun batinnya harap-harap cemas. Selama motor balap itu melintas kencang melewati garis perputaran, di situlah tubuh Donghyuck lemas. Di sana, Renjun bisa saja celaka.
Donghyuck baru bisa bernapas lega setelah menyaksikan motor balap itu berhenti beberapa meter melewati garis finis. Renjun terlambat sekian detik daripada Jaehyun. Dia kalah, namun Donghyuck tidak peduli. Terpenting, Renjun-nya selamat.
Maka, pemuda Lee berjalan menghampiri dan menarik Renjun sebelum orang-orang mulai berkerumun. "Sudah selesai. Sekarang, kita pulang."
Renjun menahan tubuhnya. Dia melepas genggaman tangan Donghyuck. "Hei, tunggu! Donghyuck, aku belum selesai!"
"Apa lagi? Kau kalah!"
"Aku tahu, tapi-"
Tiba-tiba, seseorang merangkul Renjun dari samping. Jaehyun dengan keangkuhannya datang, membuat pemuda Lee mengepalkan tangan. "Kau tidak bisa membawanya begitu saja, Donghyuck. Temanmu ini, dia akan berkencan denganku karena kekalahannya."
Donghyuck menoleh cepat pada Renjun, bertanya melalui tatapan mata. Benarkah? Namun, Renjun malah menghindari tatapannya. Lalu, Donghyuck kembali menarik Renjun ke sisinya-sedikit kasar dia lakukan. "Sunbae, aku tidak akan mengizinkanmu berkencan dengannya. Kutegaskan, dia adalah milikku."
Matanya membara. Renjun melihat kemurkaan dalam mata Donghyuck. Tetapi, ini bukan saatnya dia takut. Donghyuck tidak bisa seenaknya mengklaim kepemilikan atas dirinya. Pria itu tidak bisa selalu mencampuri urusannya!
"Aku membuat penawaran dengannya," ucap Renjun tak gentar, "Aku kalah, itu artinya aku akan berkencan dan tidur dengannya satu malam." Renjun meneguk ludah kaku. Di matanya, Donghyuck semakin menyeramkan.
"Apa karena uang?" Renjun merasakan nyeri di bahunya. Donghyuck meremas terlalu kuat. "Katakan. Apa kau berniat menjual dirimu lagi?"
"Ya." Jaehyun yang menjawab. "Temanmu ini mengincar motorku, tapi, sayang sekali dia harus kalah."
Mendengarnya, gigi Donghyuck bergemeletuk. Dia menoleh sekali pada Jaehyun bersama tatapan tajamnya. Lalu, dia menahan kepala Renjun menghadapnya. Di hadapan Jaehyun dan seluruh pasang mata yang menonton aksinya, Donghyuck menyatukan bibir mereka. Memagut dengan menggebu. Liar dan nakal lidahnya mempermainkan Renjun yang tidak bisa menolak sentuhannya.
Melepas lumatan, Donghyuck tersenyum miring. Untaian saliva tercipta sebelum terputus. Renjun menatapnya sendu.
"Lihat, Sunbae, dia milikku," ujarnya sombong.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Beautiful Sin - Hyuckren
Fanfiction[COMPLETED] [FOLLOW DULU SEBELUM BACA] Mereka saling membenci, namun juga saling menginginkan. HYUCKREN - A little bit angst - Drama - Fwb