He's So Soft

4.5K 458 50
                                    

Dimohon vote dan komennya ygy, biar aku semangat update :)

⚠️ Konten 18+








Susah payah Jaemin memapah Renjun masuk ke apartemennya. Pemuda manis itu mabuk dan sejak tadi terus meracau tidak jelas hingga menyebut beberapa nama yang tidak dia kenal. Jaemin bernapas lega begitu berhasil meletakkan Renjun ke sofa. Badannya pegal. Dia membawa tubuh kurus itu dari parkiran basement sampai menaiki lift ke lantai sepuluh. Meskipun kurus, ternyata Renjun berat juga.

Jaemin merogoh saku celananya. Ada telepon masuk dari Jeno. Pria itu menyuruhnya untuk mengurus Renjun. Mereka adalah teman lama, omong-omong. "Dia berada di apartemenku. Jangan khawatir. Dia baik-baik saja bersamaku."

Setelah mendengar ucapan terima kasih, Jaemin mematikannya. Dia menaruh benda pintar itu ke meja, lalu dirinya duduk di sisi Renjun. Menyugar rambut panjangnya, Jaemin menarik kuncir dari pergelangan tangan dan mengikat rambutnya setengah. Menoleh pada Renjun, Jaemin mengelus wajah meronanya. Pemuda itu tertidur sebelum Jaemin memindahkannya ke kamar.

"Ren, kau mau tidur bersamaku?" Jaemin membasahi bibir, merasa tergoda akan ucapannya sendiri. Tidak dipungkiri bahwa Renjun terlihat manis walaupun dengkuran cukup keras keluar dari bibirnya yang sedikit terbuka.

Tangannya bergerak mengusap kening Renjun yang berkeringat. Di saat yang sama, kelopak mata layunya terbuka. Jaemin tersenyum simpul. "Kau berada di tempatku. Jeno menitipkanmu padaku. Kau aman. Kami berteman."

"Benarkah?" Jawabnya tidak acuh.

"Ya." Jaemin membantu Renjun untuk duduk. Meskipun mereka baru kenal, tetapi Jaemin tidak merasakan kecanggungan di antara mereka. Renjun juga tidak terlihat takut padanya sebagai orang asing. "Kau bisa tidur di kamarku dan mengganti pakaianmu."

"Aku tidak ingin tidur."

"Lalu?"

Memukul dadanya dua kali, Renjun membalas, "Dadaku sesak. Aku ingin sesuatu yang menggairahkan."

"Maksudmu?" Jaemin tidak paham.

"Aku butuh pelampiasan, Jaemin." Pandangan mereka bertemu. Masih dengan tatapan layu, mata itu seakan memohon. "Aku butuh sentuhan. Aku ingin melebur dalam kenikmatan hingga rasa sakit hatiku hilang."

Jaemin terdiam sejenak. Jadi, apakah nama Haechan yang dielu-elukan dalam keadaan mabuk adalah penyebab pemuda itu bersedih? "Kau ... mencintai seseorang?"

"Ya, tetapi dia tidak mencintaiku," jawabnya cepat, tanpa emosi berlebih. "Dia sedang bersenang-senang dengan kelasihnya, Jaemin, sementara aku di sini seperti lelaki hampa."

"Dia pasti pria yang buruk," celetuk pemuda Na, sedikit cemburu sebab Renjun kelihatan sangat mencintai pria itu. "Aku tidak keberatan menjadi pelampiasanmu. Aku dapat memberimu semuanya, termasuk kenikmatan bersanggama."

"Kau ... tidak marah?" Tanya Renjun, merasa ragu. Lalu, Jaemin mencubit dagunya, terkesiap saat kecupan lembut di bibir mengantarkannya pada gelitikan di perut.

"Saat ini, tidak. Namun, jika ke depannya perasaanku padamu berkembang, aku akan marah." Jaemin membawa Renjun dalam rengkuhan, memberi pemuda manis merasakan kehangatan perhatiannya. "Kau tidak perlu ragu. Mari kita melakukannya untuk bersenang-senang."



***





Ternyata benar tebakan Renjun. Selain tampan, Jaemin juga hebat dalam permainan ranjang. Satu jam ini, dia dibuat tidak berdaya olehnya. Renjun banyak memuji keahliannya.

Dia tidak menyesal menyeret Jaemin untuk melampiaskan nafsu yang diliputi amarah membara. Selama waktu itu, Renjun melupakan Haechan. Sakit hatinya seperti melebur. Jaemin pandai sekali membuatnya merana, mabuk oleh sentuhan-sentuhan intimnya.

"Renjun, apa kau sadar saat ini kau sangat menarik di mataku?" Jaemin menggigit bibir, gemas akan pemuda di bawahnya yang tersentak-sentak dengan wajah menggoda. Oh, sial, gairahnya semakin dibakar.

"Aku menarik di mata semua orang," jawabnya bangga.

"Dan itu berbahaya." Renjun menggelinjang ketika Jaemin mengurut pangkal kejantanannya, terasa geli dan nikmat. "Kau membuatku gila, Renjun. Ini seks terhebat yang pernah kurasakan."

"Terima kasih atas pujiannya," pemuda Huang tersenyum geli. Dia mendesah lagi dan lagi sebab permainan Jaemin belum mau berhenti. Mereka sama-sama menikmati. "Kau juga. Kau sangat gentleman. Caramu menyetubuhiku tidak pernah kurasakan sebelumnya. Aku suka. Aku suka kau yang melakukannya."


Jemari Renjun dikecup basah. Mata Jaemin menggelap. "Jangan sering-sering merayuku. Aku memiliki riwayat jantung lemah, asal kau tahu."

Mendengarnya, pemuda Huang cuma terkekeh. Tidak ada lagi percakapan serius. Mereka sibuk mendesah, mengejar kepuasan satu sama lain dengan tangan saling bertaut. Renjun benar-benar merasakan kelembutan dalam seks mereka. Berbeda ketika dia melakukannya dengan Haechan. Ah, pria itu lagi ....







Beautiful Sin - HyuckrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang