Dimohon vote dan komennya ygy, biar aku semangat update :)
Ketika matahari hampir tenggelam dan langit berwarna jingga keunguan, Renjun pulang diantar Jaemin menggunakan motor besarnya. Lihat dia, nyalinya besar sekali sampai berani kembali sore hari. Renjun bergidik ngeri membayangkan marahnya Donghyuck saat dia muncul di hadapannya nanti.
Renjun terlalu asyik berdua-duaan dengan Jaemin hingga tanpa dia ketahui ada seseorang yang telah menunggu lama kepulangannya. Pria itu melakukan banyak hal sambil menanti di ruang tengah, seperti mondar-mandir dengan tangan terkepal, lalu sering kali berjalan ke arah pintu untuk melihat apakah bajingan kecilnya sudah kembali atau belum. Sejauh ini emosinya stabil, tetapi begitu pintu dibuka dari luar, perangainya berubah. Hanya kebengisan yang terlihat pada wajah tampan nan babak belurnya.
"Donghyuck?" Renjun tergugu di tempatnya. Apalagi ketika mendapati luka-luka baru di sekitar wajah Donghyuck. Renjun mengernyit. Pria itu berkelahi? Setelah mengganti sepatu dengan sandal rumah, lelaki itu mendekati pemuda Lee di sofa yang menatap dalam matanya. Celaka, pria itu seperti akan mendampratnya karena ketahuan berselingkuh dengan pria lain. Renjun menelan ludah, duduk di sampingnya. "Wajahmu ... kenapa?"
"Bagus kau bertanya," sebelah sudut bibir Donghyuck ditarik membentuk seringai bosan. "Aku berkelahi dengan temanmu," jawabnya lugas.
"Jeno?"
Tatapan Donghyuck menajam. "Memang temanmu siapa lagi?" Geramnya, mendesak tubuh kecil Renjun dengan tubuh gempalnya. Donghyuck mengukungnya hingga mereka telentang di sofa. Dia seperti tidak membiarkan Renjun memandang ke arah lain kecuali dirinya. "Katakan. Kau bermain di belakangku?"
Aura dominan Lee Donghyuck menyerap semua energinya, membuatnya lemas dan ketakutan. Di posisi seperti ini, Renjun tidak bisa menang melawannya. Maka tangan berkeringatnya mengepal sebagai bentuk pertahanan diri.
"Tidak. Aku tidak bermain di belakangmu," tampiknya, berusaha tidak terintimidasi. Namun, ada satu hal yang dia lupakan. Tanda itu. Tanda yang diberikan Jaemin pada tubuhnya. Dan tanpa Renjun sadari, Donghyuck sudah mengetahuinya sejak mereka duduk bersama. Pria itu kemudian memukul sofa tepat di sisi wajahnya. Renjun tersentak.
"Jalang kecil. Kau bermalam di rumah pria lain dan membohongiku. Kau pikir aku bodoh tidak mengetahui tanda di lehermu, hah?!" Amuknya, mengguncang tubuh Renjun tidak berbelas kasih. Matanya begitu membara. Panas dan bengis. "Sial," makinya geram. "Katakan, siapa dan di mana pria itu tinggal."
Renjun menggeleng-geleng, takut sekaligus tidak ingin memberi tahu. Tangannya makin berkeringat meremas kerah kemeja putih Donghyuck, sediki mendorongnya supaya menjauh. "Biarkan ini menjadi urusan pribadiku. Kau tidak perlu ikut campur," ujarnya.
Satu senyuman patah ditunjukkan. "Melindunginya?" Donghyuck mencengkeram dagu Renjun. "Kau berani melindunginya dariku?!"
"Lantas, apa?" Napas Renjun tertahan. Sempitnya ruang hingga sesak dia rasakan. "Sudah kubilang, kau tidak berhak mengaturku! Meskipun aku hidup di bawah kuasamu, kau tetap tidak bisa memutus jalan hidupku!"
"Tapi kau milikku!"
"Kalimat itu lagi," potong Renjun bosan. "Ya, tubuhku. Tubuhku memang milikmu, silakan kuasai sesukamu. Namun, ada hal lain yang tidak bisa kau miliki dariku," tuturnya frustrasi, menjeda sesaat untuk memberi Donghyuck waktu agar memahami kata-katanya. "Hatiku. Perasaanku. Kau takkan bisa bermain-main dengannya. Jadi, aku berhak dekat dengan siapa pun. Aku bisa tidur dengan pria mana pun yang 'ku mau. Sama sepertimu."
Donghyuck menggeleng terluka. "Aku tidak mau berbagi."
"Kenapa?" Renjun mengelus rahang tegas pemuda Lee, menyelami matanya yang kini tampak khawatir. "Aku hanya temanmu. Friends with benefits. Dulu, kita sama-sama setuju untuk melakukannya, 'kan?"
"Meskipun begitu, aku tetap tidak mau berbagi," cetus Donghyuck tidak peduli. "Persetan! Aku akan mencari tahu sendiri pria itu dan menghajarnya, bila perlu sampai tewas."
"Donghyuck," peringat Renjun.
"Jangan menghalangiku. Dia tidak boleh merebutmu dariku!" Tegasnya tidak menerima bantahan. Dan seakan muak, Renjun hanya bisa menghela napas lelah. Sulit sekali membuat pria itu memahami dirinya. Harus dengan cara apa menyadarkan Donghyuck bahwa dia tidak bisa selalu berlaku egois terhadapnya.
Terakhir kali, Donghyuck menggigit lehernya. Terasa panas dan mencekit. "Aku tidak mau bercinta denganmu sebelum tanda ini hilang," tukasnya, kemudian berlalu meninggalkan Renjun yang termangu karena sakit hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beautiful Sin - Hyuckren
Fanfiction[COMPLETED] [FOLLOW DULU SEBELUM BACA] Mereka saling membenci, namun juga saling menginginkan. HYUCKREN - A little bit angst - Drama - Fwb