Bab 21 : Special Guest

334 77 17
                                    

TUBUH Akbar seketika bergeming ketika pagi weekend-nya disambut sosok perempuan yang akhir-akhir ini tidak pernah lagi ia pikirkan. Katakanlah dia benar-benar laki-laki berengsek yang tidak memberikan kepastian ataupun penjelasan kepada sosok tunangannya. Hingga perempuan itu bertandang kemari di hari libur yang semestinya ia habiskan waktu berdua dengan Dessy.

Dan di sinilah mereka sekarang, bersama dengan bunda dan buya yang duduk di atas sofa, sedangkan Queen dan Karamel duduk bersila di karpet berbulu sembari memangku toples berisikan waffle. Akbar masih mematung ketika menuruni tangga, postur yang begitu ia kenal sedang menghabiskan waktu pagi hari bersama keluarganya.

"Apa kabar, Bar?"

Akbar tersenyum kikuk seraya menelan ludah yang tercekat di kerongkongan. "Baik, Win. Hm ... Kamu kenapa ada di sini? Udah selesai shooting-nya di Amsterdam?"

"Subuh tadi pesawatku landing. Jadi, aku langsung ke sini deh. Kangen sama Bunda dan Amel." Queen melirik Karamel yang memeluk lengannya erat, sedangkan mulut gadis itu tidak berhenti mengunyah sepotong waffle tango rasa vanila.

"Nggak langsung pulang ke rumah? Nanti Papa sama Mama kamu nyariin?"

Queen menggelengkan kepala. "Mereka udah stay di Palembang sebulan yang lalu. Miranda mau lahiran. Bunda sama Buya seminggu yang lalu ke Palembang aja ketemuan kok sama mereka. Ya, kan, Bun?" Queen balik bertanya kepada Irma yang dibalas wanita itu dengan anggukan serta senyuman lebar.

"Nggak ada yang nemenin Miranda, soalnya kalau Mirzan sendirian dia bakal kelimpungan mengurus prosesi kelahiran buah hati mereka nanti. Jadi, Mama sama Papa pulang ke Palembang deh. Rumah sepi, aku nggak mau tinggal sendiri-sendiri," tutur Queen seraya menepuk karpet bulu di sisi kanannya, mengkode agar Akbar mendekat dan duduk di sampingnya.

Sebelum mengiyakan permintaan sosok tunangannya, Akbar merangkum iris mata sang ayah yang kini hanya bisa mengedikkan kedua bahunya.

"Sebenarnya aku nggak ngelarang kamu untuk nginep di sini beberapa hari, Win. But, I'm afraid of what people say," kilah Akbar lugas. Sejujurnya, ia takut persepsi istrinya yang menganggap bahwa Akbar masih menaruh hati dengan sang tunangannya. Ya, walau tidak bisa dihapus begitu saja, setidaknya dirinya harus membangun dinding itu sebelum dapat menjelaskan kepada Queen apa sebenernya yang sudah di lewati perempuan itu saat di Amsterdam.

"Hei, I'm your fiancé."

"Yes, fiancé. Kamu hanya tunangan aku."

"Kamu kenapa sih?" Queen lantas berdiri, menghampiri Akbar dengan kerutan di dahi, kebingungan. Selama sebulan penuh di Amsterdam menyelesaikan shooting film yang akan tayang tahun depan dengan genre religi-mengangkat kisah gadis muslim asal Indonesia yang diperankan dirinya berkuliah di negara kincir angin tersebut-selama itu juga komunikasi antara dirinya dan Akbar tidak begitu lancar.

"Bunda nggak ngelarang Queen untuk tinggal di sini beberapa hari. Istirahat aja dulu, Win. Jangan kamu dengerin Akbar!" Irma menarik Queen untuk segera menjauh dari sang putra. Sebelum berbalik arah untuk duduk kembali di ruang depan televisi, Irma memicingkan nertranya dengan tajam kepada Akbar.

Ya, pada akhirnya ia tidak bisa menggubris permintaan sang ibunda. Mengalah untuk keberapa kalinya, Akbar ikut bergabung dengan mereka semua. Memperhatikan kedekatan antara bunda, Karamel, dan Queen yang asik tertawa kala drama Korea Welcome to Wakiki 2 di channel Netflix menampilkan adegan lucu.

"Hahahahahaha, ya ampun. Penampilan Joon Ki ada-ada aja deh, Kak. Liat tuh," seru Karamel tanpa bisa menghentikan tawanya.

Queen yang menontonnya pun ikut mengeluarkan gelak tawa. Namun, rasa kecurigaan yang sedari tadi menghantuinya masih juga belum sirna. Perempuan yang kini rambutnya digelung dipadu make up tipis serta lip blam tak henti menatap Akbar yang pandangannya hanya fokus ke depan.

Bukan Salah Jodoh Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang