Bab 13 : Fight For Blessings

762 104 35
                                    

ASSALAMUALAIKUM

VOTE DAN KOMEN, JAN LUPA.

HAPPY READING

**

SEPERTI ada bunga-bunga putih yang hinggap di relung hati. Ada melodi yang mengiring derap jiwa yang tadi sempat patah bak duri. Perkataan itu menguncang nadi yang kini berdesir hingga mendesirkan sayap afeksi.

Dessy tak sadar diri tatkala sosok pria yang kini berdiri di ambang pintu telah beralih maju dua langkah, memberikan celah kepada Dyah untuk meninggalkan sepasang insan yang baru saja mengikat sakral.

Satu-kesatuan yang sempat menggetarkan napasnya, menghentikan rongga oksigen walau hanya beberapa detik saja.

Sebuah kalimat sederhana, juga bukan kalimat cinta yang menjadikan Dessy bangga, hanya beberapa frasa yang entah mengapa menampik rasa kecewa. Namun, sungguh kebahagian itu belum sempat ia raih lama ketika amarah atau mungkin kecewa kembali membubung di jiwa.

Terkesiap, Dessy berdeham saksama guna menetralkan kerongkongan yang kering. Hanya mereka berdua. Iris netra yang menjadikan Dessy terpana hanya karena tatapan itu menusuk kalbunya.

Takut-takut perasaan cinta walaupun ini sudah layak untuknya, bukankah nanti Dessy akan tetap menuju pada satu ujung yang sama; dia akan kecewa.

Baiklah. Dessy ini hanyalah topeng.

Sebab tadi ada mama dan Akbar tak mungkin membeberkan keburukannya semudah itu. Dessy menyunggingkan senyum kecutnya seraya menundukkan wajah. Tatapan itu kembali membuat area hatinya berdenyut tanpa arah. Sebuah perasaan yang tidak tahu kenapa kembali membuat jiwanya ciut seketika.

Takut menyadari jika ini cinta. Dan kembali patah ketika Akbar menerjunkannya pada jurang nestapa. Bukankah ia perempuan terbodoh yang pernah ada di dunia? Memberikan segenap raga dan sukmanya kepada Akbar yang mungkin bisa mematahkan begitu saja.

"Lihat aku."

Suara bass itu beradu dengan decitan pintu yang perlahan menutup tanpa ragu. Yang Dessy sesali kenapa jantungnya berpacu, adrenalin ikut-ikutan berdetak tanpa jalur. Astaga. Dessy jangan malu-maluin, oke?!

Ini lebih baik bukan daripada di apartemen waktu itu? Ia masih berpakaian sangat lengkap, orang-orang di depan sana masih betah. Dan Dessy merutuki dirinya sendiri tatkala tanpa sadar mengusir mereka semua walau dalam hati. Dia minta sebentar saja untuk tetap berada dalam posisi. Namun bagaimana cara meneriakkannya?

Mengatakan bahwa Akbar tiba-tiba masuk ke dalam kamar?

Lalu menjadikan Dessy seperti orang bodoh hanya karena suaminya sendiri.

"Dessy, lihat aku, bisa?"

"Nggak bisa, Akbar." Dessy masih setia menundukkan wajahnya, menetralkan degupan di dada agar tak di dengar oleh Akbar.

Ck! Akbar tertawa sumbang, sebelah tangannya berkacak pinggang sedangkan satu tangannya menyugar rambut yang terlihat basah ke belakang. Manik matanya dengan lekat memperhatikan gelagat Dessy walau wajah sendu yang sampai saat ini masih merangkai di otaknya semakin menari-nari.

Terenyuh dengan segala kepelikan yang mendera, Akbar ikut turut serta teriris sedalam-dalamnya. Kala sosok perempuan yang berusaha tegar, menampik derita payah, menumpahkan segala keperihan yang ada lewat air mata.

Dan seharusnya Akbar sangat sadar, ia tak mungkin kembali menyakiti sosok perempuan ringkih di hadapannya ini. Namun lagi-lagi, bisakah ia egois satu kali saja?

Bukan Salah Jodoh Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang