SEBENARNYA peran wanita itu sangat besar, setiap lelah yang di keluarkan ada setiap pahala yang mengalir untuknya. Terlebih lagi menjadi istri yang salihah, berbakti pada suami, dan mendidik generasi rabbani guna menjadi sebaik-baiknya insan cendikia masa kini.
Mulianya aktivitas seorang wanita jika benar-benar mengharapkan rida dari-Nya. Banyak hal yang bisa seorang wanita lakukan, bahkan bisa masuk lewat pintu surga mana saja jika ia benar-benar berbakti pada Sang Pencipta.
Awalnya ... Ya, mulanya Dessy memegang prinsip itu di saat seorang wanita harus menjadi sebaik-baiknya istri untuk menyongsong keluarga yang berbakti. Menjadi rumah yang tentram untuk keluarganya, mendapatkan seorang pria yang kelak mendampinginya sehidup sesurga. Yang kerap kali Dessy kagumi sebelum mencapai mimpi panjang, membacakan surat-surat terindah dari firman Allah untuknya.
Sungguh. Dessy tak pernah memprioritaskan list pria idaman untuk pendamping hidupnya kelak adalah seorang chief eksekutive officer dari perusahaan start up yang kini melesak tinggi di tengah perekonomian Indonesia. Ingin rasanya menolak, oh, Dessy pasti harus menolak permintaan nek Pina di saat laki-laki itu sudah terikat dan ia pun sama—hatinya sudah berlabuh pada seorang pria yang jauh seperti Akbar.
Kata lain jauh masalah finansial seperti Akbar yang mungkin pundi-pundi uang sudah berkeliaran di rekeningnya. Namun untuk masalah agama, Dessy tak menomorduakan pria itu.
Namanya Sulthan. Pria tak sesempurna isi dompetnya seperti Akbar. Yang mungkin saja papa bisa menolak mentah-mentah, tapi Dessy sungguh tak bisa. Memang Sulthan belum pernah bertemu dengan papa, tapi niat yang diutarakan itu sudah pernah terlontar sebelum sebuah skandal yang ingin Dessy singkirkan mencuat dalam dunianya.
“Dessy juga nggak bisa.” Dalam sekejab, tarik urat antara Akbar dan nek Pina meredam kala ia dengan lantang menolak juga permintaan. Dessy tak bisa memamerkan sosok pria yang kerap kali ia damba kepada semua orang di saat laki-laki itu pun menjaga hatinya.
Ya, hanya penolakan itu yang kini membuat diskusi antara keluarga belum terpecahkan. Kedua belah pihak tak bisa, Dessy dan Akbar tak mungkin menjalin mahligai rumah tangga tatkala hati sama-sama tak bertaut.
Ketika pembicaraan mengenai skandal mereka berdua masih menjadi urutan pertama di social media, namun belum ada klarifikasi yang mereka berdua keluarkan sampai hari ini. Dessy bungkam dan untuk sekadar mengangkat kepalanya saja pun ia tak bisa. Lalu Akbar pun sama saja, bahkan Dessy pun tak mengerti apa isi pikiran laki-laki itu.
“Mas Arash! Mas Arash! Apa komentarnya ketika skandal Anda dengan anak Pak Johan menjadi buah bibir netizen di sosial media?”
Seketika Dessy tersentak tatkala layar televisi yang tergantung di dinding membingkai wajah Akbar yang memakai batik cokelat khas Jawa sedang berjalan di kelilingi wartawan. Dessy memutar otak kala Akbar yang terlihat segar sedang mendatangi undangan. Baiklah, Dessy baru sadar bahwa hari ini adalah pernikahan Nifa.
Tujuan Akbar untuk ke Palembang itu, 'kan? Ya, bukan untuk menikah apalagi mempersuntingnya.
“Saya dan Dessy terjebak. Untuk komentar teman-teman jika saya panjat sosial, itu terserah persepsi kalian masing-masing. Namun boleh kalian pahami, bahwa saya dan Dessy masih keluarga. Mama kami berdua adalah saudara sepupu, sedangkan nenek kami saudara kandung. Untuk klarifikasi selanjutnya akan saya posting di Instagram. Maaf teman-teman, saya lagi sibuk dengan pernikahan Nifa.”
Lalu Akbar pun berdesak-desakan guna mendorong wartawan yang masih tetap kekeh untuk meminta penjelasan. Bahkan rela datang ke pernikahan Nifa yang notabenenya jelas-jelas bukan publik figur. Oh, baiklah Akbar seharusnya tak datang ke acara ini di saat Nifa mengusung tema outdoor untuk hari spesialnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Salah Jodoh
ChickLit"Berjodoh denganmu mungkin adalah salah satu dari sekian hal yang tak pernah terbayangkan." ** Mereka jarang bertemu, tapi kenal walau hanya sekadar nama yang tersemat itu. Mereka berdua punya tambatan hati di masing-masing hidupnya, lalu tanpa tah...